A'uudzu billahi minasy syaithanirrajiimBismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma salli 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wasahbihi wasallim
Malam Nisfhu Sya'ban, adalah malam 'pemutusan' (pengambilan keputusan)/Night of Absolution/ Laylatul Bara'a atau yang lebih terkenal di kalangan ummat Islam Tradisional Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai malam Nishfu Sya'ban.
Sangat dianjurkan (mustahab) pada malam tersebut bagi kita untukmemperbanyak munajat pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik dengan dzikr, membaca Al Quran, maupun salat. Jika tidak bisa sepanjang malam (dari Maghrib hingga Fajr), mampu sebagian pun dianjurkan untuk diisi dengan munajat pada-Nya.
Tentang Malam Nishfu Sya'ban (laylat al-bara'a) ini ada banyak ayat dalam Al-Quran maupun hadits mulia dari Nabi besar Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam yang menerangkan keutamaannya. Berikut ini adalah beberapa ayat dan hadits tentang keutamaan malam pertengahan Sya'ban (Nishfu Sya'ban) atau Laylatul Bara'ah.
Allah berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ"inna anzalnahu fi laylatin mubarakatin inna kunna mundzirin"
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ"fiha yufraqu kullu amrin hakim"
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,
أَمْراً مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ "amran min `indina inna kunna mursilin"
(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.Sesungguhnya Kami adalahyang mengutus rasul-rasul,
رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ "rahmatan min rabbika innahu huwa al-sami`u al-`alim"
sebagai rahmat dari Tuhanmu.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,
QS AD DUKHAAN (44:3-6)
Sekalipun mayoritas mufassirin (ahli tafsir) mengartikan "malam penuh berkah" di ayat-ayat di atas sebagai Laylat al-Qadr di bulan Ramadhan, tapi sebagian komentar juga menyebutkan bahwa "malam penuh barakah" ini bisa jadi adalah malam pertengahan Sya'ban atau malam Nishfu Sya'ban atau laylatul bara'a. Pandangan ini berdasarkan pada hadits-hadits tentang fadhillah (keutamaan) besar pada malam nishfu sya'ban tersebut. Sebagai konsekuensinya, Syari'ah telah merekomendasikan untuk menghidupkan malam tersebut.
Berkaitan dengan ibadah sunnah pada malam Nishfu Sya'ban, Imam Suyuti mengatakan dalam Haqiqat al-sunna wa al-bid`a:
"Tentang malam nishfu Sya'ban, ia memiliki fadhilah (keutamaan) yang besar dan dianjurkan (mustahabb) untuk melewatkan sebagian daripadanya dengan ibadah-ibadah sunnah"
(Suyuti, Haqiqat al-sunna wa al-bid`a aw al-amr bi al-ittiba` wa al-nahi `an al-ibtida` (1405/1985 ed.) halaman 58. Beliau menambahkan: "Tapi, ini musti dilakukan sendiri, bukan dalam jama'ah.")
Ibn Taymiyya menganggap malam Nishfu Sya'ban juga sebagai malam penuh keutamaan dalam kitab beliau, Iqtida' al-sirat al-mustaqim:
[Beberapa] berkata: Tidak ada perbedaan di antara malam ini (nishfu Sya'ban) dengan malam-malam lain dalam setahun. Tetapi, pendapat banyak ulama, dan mayoritas sahabat-sahabat kami (ulama mazhab Hanbali) dan yang lain adalah malam tersebut adalah malam yang amat istimewa, dan ini juga diindikasikan oleh kata-kata Ahmad (ibn Hanbal), dalam memandang banyak hadits yang diriwayatkan tentangnya, dan dalam memandang apa-apa yang menguatkannya dari kata-kata dan amalan para generasi awal (al-athar al-salafiyya). Beberapa dari keutamaannya diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits musnad dan sunan. Ini adalah benar, sekalipun jika hal-hal lain telah dipalsukan tentangnya.
(Ibn Taymiyya, Iqtida' al-sirat al-mustaqim (1369/1950 ed.) p. 302.)
Di antara hadits-hadits yang menekankan status laylat al-bara'a adalah sebagai berikut:
1. Ibn Hibban meriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal dalam Sahih-nya, riwayat berikut ini, yang juga dinyatakan oleh muhaddits kontemporer Syaikh Shu'ayb Arna'ut sebagai sahih:
Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda:yattali`u Allahu ila khalqihi fi laylati al-nisfi min sha`bana fa-yaghfiru li-jami`i khalqihi illa li mushrikin aw mushahin.
Allah melihat pada makhluq-Nya pda malam pertengahan Sya'ban dan Dia mengampuni seluruh makhluq-Nya kecuali yang musyrik dan mushahin(yang berkhianat).
(Ibn Hibban, Sahih, ed. Shu`ayb Arna'ut 12:481 #5665)
Haythami berkata bahwa Tabarani juga meriwayatkan ini dalam Kabir-nya dan Awsat dengan isnad yang berisi hanya rawi-rawi tepercaya, sehingga sanadnya sahih; Ibn Khuzayma memasukkannya dalam Sahih-nya,yang memiliki level akseptansi di antara ahli hadits sama dengan Sahih Muslim; bahkan "Muhaddits Salafi" Albani juga memasukkannya dalam kitabnya Silsila sahiha!
2. Tirmidhi dan Ahmad meriwayatkan dari `Abd Allah ibn `Amr, al-Bazzar dengan sanad baik (hasan) lewat seorang Tabi`i besar al-Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr al-Siddiq:
"Allah melihat makhluq-makhluq-Nya pada malam nishfu-Sha'ban dan Dia mengampuni seluruh hamba-hamba-Nya kecuali dua orang: seseorang yang berniat untuk berkhianat dan pembunuh."
3. Bayhaqi meriwayatkan dari `A'ishah dalam Syu`ab al-iman dengan riwayat darinya:
Dari 'Aisyah: ia berkata: Nabi berdiri untuk salat pada sebagian malam dan bersujud untuk waktu yang amat lama hingga aku mengira ruhnya telah diambil kembali. Ketika aku melihat hal ini, aku bangun dan pergi untuk mencoba menggerakkan jari jempol beliau yang besar, saat mana beliau bergerak, sehingga aku mundur kembali. Ketika beliau mengangkat kepala beliau dari sujudnya dan menyelesaikan salatnya, beliau saw bersabda: "Wahai 'A'isyah, Wahai Humayra'! Apakah kau pikir bahwa Nabi akan memutuskan perjanjiannya denganmu?" Ia ('Aisyah) berkata: "Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, tapi akuberpikir bahwa ruhmu telah diambil kembali karena engkau begitu lama bersujud." Beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tahukah engkau malam apa ini?" 'Aisyah berkata: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ini adalah malam pertengahan Sha'ban (Nishfu Sya'ban)! Sungguh Allah 'Azza wa Jalla melihat pada hamba-hamba-Nya pada malam nishfu Sya'ban, dan Ia mengampuni mereka yang memohon ampunan, dan Ia memberikan rahmat-Nya pada mereka yang memohon rahmat, dan Ia memberi tunda pada orang-orang yang dengki dan iri pada keadaan mereka."
al-Azhari berkata:
Berkaitan dengan kata-kata beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam: "memutuskan perjanjian denganmu": ini dikatakan pada seseorang yang mengkhianati sahabatnya dan karena itu dianggap tidak memberikan pada sahabatnya hak sahabat tsb.
Bayhaqi melanjutkan:
Aku berkata: hadits ini kehilangan seorang Sahabat pada isnadnya, dan adalah hadits yang baik (hadza mursal jayyid). Sangat mungkin bahwa al-`Ala' ibn al-Harith mengambilnya dari Makhul, Allahu a'lam.
(Bayhaqi, Syu`ab al-iman, ed. Zaghlul 3:382 #3835.)
4. Tirmidhi, Ahmad, dan Ibn Majah meriwayatkan:
Dari 'Aisyah: Aku kehilangan Rasulullah saw pada suatu malam hinggaaku pergi keluar ke al-Baqi' (dan menemukan beliau). Beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda: "Apakah kau takut bahwa Allah akan berbuat salah padamu dan Nabi-Nya akan berbuat salah padamu?" Aku berkata: "Wahai utusan Allah, aku berpikir bahwa engkau mungkin telah pergi mengunjungi salah satu istrimu." Beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda: "Allah 'azza wa jalla turun ke langit terdekat pada malam pertengahan Sha'ban (nishfu Sha'ban) dan Ia mengampuni orang-orang sejumlah lebih banyak daripada bulu-bulu yang ada di kulit domba suku-suku Kalb."
(Tirmidhi, Ahmad, dan Ibn Majah. Tirmidhi berkata bahwa ia telah mendengar bahwa Bukhari memberi derajat hadith ini lemah karena beberapa sub-rawi-nya tidak meriwayatkan secara langsung satu sama lain.)
5. Ahmad dan Ibn Majah meriwayatkan:
Dari `Ali ibn Abi Talib: Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda: "Pada malam pertengahan Sha'ban (Nishfu Sha'ban) laluilah oleh kalian dengan salat pada sebagiannya, dan berpuasalah pada hari (yang mendahuluinya), karena Allah turun pada langit terdekat pada malam itu, dimulai dari matahari terbenam (maghrib) dan berfirman: 'Tak adakah yang memohon ampunan melainkan Aku akan mengampuni mereka? Tak adakah yang memohon rizqi melainkan Aku akan memberi rizki pada-Nya? Tak adakah yang mengalami ujian/musibah melainkan Aku akan mudahkan baginya? Tak adakah yang ini dan itu, tak adakah yang ini dan itu', dan seterusnya hingga fajar menyingsing."
(Ahmad dan Ibn Majah. isnadnya mengandung Ibn Abi Sabra yang lemah(da`if).)
6. Lihat pula link-link berikut ini untuk matan Arab dari hadits-hadits tentang keutamaan Nishfu Sya'ban, terutama yang diriwayatkan Muhaddits Ibn Majah:
a. Sayyidah Aisyah RA yang mencari-cari Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam pada suatu malam, dan ternyata beliau sedang bermunajat di Baqi karena malam itu adalah nishfu syaban, kemudian beliau diberi tahu fadlilah malam itu.
b. Perintah Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam untuk memperbanyak ibadah baik shalat, istighfar, doa, dan lain-lain pd malam Nishfu Syaban
c. Fadlilahnya berdoa malam Nishfu Syaban
d. Dari Imam Ahmad tentang siapa saja yg mendapatkan ampunan di malam Nishfu Syaban.
Semoga, kita termasuk dalam hamba-hamba-Nya yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dengan memberikan yang terbaik dari diri kita untuk mengabdi pada-Nya, khususnya pada malam-malam dan kesempatan yang Ia Ta'ala muliakan. Aamiin ya Rabbal 'Aalamiin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment