Friday, April 13, 2007

Kuthbah Jum'at : Berpacu dengan waktu

Demi masa , sesungguhnya manusia berada dalam kerugian . kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-‘Ashr: 1-3) Hadirin hamba Allah yang mulia.
Dalam kesempatan yang mulia ini hendaknya kita manfaatkan untuk mening­kat­kan usaha kita dalam melaksa­nakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena hanya dengan iman dan takwa yang sesungguhnya kita dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan mudah–mudahan kita termasuk golongan hamba yang mendapat ridha-Nya dan senantiasa dalam lindungan-Nya.
Saudara jamaah Jum’at yang terhormat,
Tiada terasa oleh kita bahwa waktu berjalan begitu cepat, hari berganti hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru hijrah 1425. untuk itulah pada kesem­patan yang mulia ini khatib akan menyampaikan tema “Berpacu dengan Waktu.”
Hamba Allah yang mulia,
Nabi Nuh AS terkenal sebagai seorang Rasul yang mempunyai usia yang sangat panjang, kurang lebih seribu tahun. Aneka ragam pancaroba kehidupan telah beliau alami, baik sebelum banjir bandang maupun sesudahnya. Tatkala datang saat kematiannya Malaikat maut pun datang untuk mencabut nyawanya. Sebelum melaksanakan tugas, Malaikat maut bertanya, “Wahai Nabi yang mempunyai umur terpanjang, bagaimanakah kamu dapati dunia ini?” Nabi Nuh menjawab, “Dunia ini bagaikan rumah yang mempunyai dua pintu, saya masuk pintu yang satu dan keluar dari pintu yang lain”.
Saudaraku yang mulia,
Terlepas dari otentik atau tidaknya kisah tersebut, hal ini menggambarkan betapa waktu kehidupan manusia teramat pendek. Waktu seribu tahun sekali pun akan terasa sesaat saja jikalau kematian sudah datang, tetapi kebanyakan manusia lalai memperhatikan hal ini.
Jama’ah Jum’at yang terhormat,
Salah satu di antara yang wajib kita waspadai adalah waktu. Perhatian terhadap waktu dapat kita berikan dengan jalan memelihara dan menjaganya agar terisi dengan hal-hal yang berguna. DR. Yusuf Qaradhawi menyebutkan bahwa meme­lihara waktu hendaknya lebih diutamakan daripada memelihara harta. Dan hendaknya kita setiap Muslim mampu mengambil manfaat dari waktu untuk kepentingan umat Islam.
Dalam Al-Qur`an, Allah SWT berulang kali bersumpah dengan menggunakan nama-nama waktu. Ini menunjukkan waktu sangat penting bagi kehidupan. Allah menggunakan ungkapan wal-laili, wal fajri, wash-shubhi, wadh-dhuha, wan-nahari, wal-’ashri; kesemuanya merupakan upaya menggiring kaum mukminin agar memper­hatikan waktu. Sebagaimana firman Allah yang saya bacakan pada mukaddimah:
“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan nasihat menasehati dalam menetaati kebenaran dan nasihat dan menasehati dalam menetapi kesabaran”.
Artinya, masa(waktu) akan membi­nasakan manusia yang melalaikannya. Sepanjang sejarah berlalu, orang-orang yang tadinya berkuasa dan sombong dengan kekuasaannya hancur binasa termakan waktu. Di mana orang-orang yang dahulu menentang Allah dan Rasul-Nya? Apakah mereka hidup kekal, sebagaimana mereka kira? Tidak sama sekali!! Saat iniu mereka berada di dalam tanah, tubuh mereka hancur dimakan cacing-cacing, dan mereka menunggu saat kebangkitan untuk menerima hasil; perbuatannya!.
Mengapa waktu seringkali membuat kita manusia rugi? Mengapa manusia sering terjebak tatkala dikalahkan oleh waktunya?
Hamba Allah Yang mulia.,
Waktu memiliki tiga karakteristik yang khas: Pertama. Waktu sangat cepat berlangsung, sulit diikuti perubahannya oleh manusia. Ia bagaikan awan yang terbang berlalu dengan cepat. Tanpa kompromi dan tidak peduli dengan orang-orang yang mengejar-ngejarnya. Manusia baru sadar ketika umurnya telah habis, jatah hidupnya telah berakhir, saat mereka menyesal sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‘an Surat An-Nazi’at ayat 46 berikut :
“Pada hari mereka melihat hari ber­bangkit, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi hari.”
Kedua. Waktu yang berlalu tak dapat dikembalikan atau ditukar bahkan sampai kiamat sekalipun. Dan nilai satu waktu ditentukan oleh pengisinya. Bila ia lalai, kesempatnya kurang mutunya atau hilang sama sekali. Bila akibat telah datang, tak akan dapat kembali kepada sebab. Demikian pula jikalau saat pembalasan tiba, seseorang tidak akan dikembalikan meski untuk memper­baiki amalnya.
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (Qs. (Al-Munafiqun: 10).
Ketiga waktu adalah yang termahal dari yang kita miliki. Waktu tak dapat dihargakan dengan uang, kekayaan, kekua­saan, atau atribut duniawi lainnya. Usia manusia adalah satu-satunya saat untuk berbuat, menanam dan menumbuhkah. Sedangkan mati manusia akan memetik hasilnya.
Imam hasan al basri berpesan” Wahai manusia, kamu adalah kumpulan dari hari-hari. Setiap kali hari berlalu , berlalu pula bagian umurmu”.
Artinya dari waktu ke waktu manusia semakin dekat dengan saat dia menjumpai kematian.
Hadirin hamba Allah yang mulia.
Setiap manusia setiap saat bergumul dengan waktunya. Ada yang berhasil mengambil manfaat , ada juga yang justru terbenam dalam kecelakaan karena kelalaiannya terhadap waktu.. karena itulah pepatah Arab mengatakan, “Al Waqtu kas-saif in lam taqthohu qotho’ak” (Waktu itu laksana pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya ia akan memotong dirimu).
Saudaraku sekalian, dengan menghargai waktu, insya’ Allah kita akan terhindar dari bencana-bencananya. Sesuai dengan maksud surat Al-’Ashri, yang saya sampaikan di muka tadi, bahwa mereka yang dapat menghargai waktu mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
Selalu menggunakannya untuk meningkatkan kualitas Iman dan Ilmu demi kemajuan Islam dan kaum Muslimin.
Memanfaatkannya untuk terus menerus beramal shaleh, yaitu amal yang diridhai Allah dan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan kehendak-Nya.
Menggunakan waktunya untuk saling berwasiat dalam rangka menegakkan dan menetapi kebenaran serta bersabar dalam menempuhnya.
Saudaraku sekalian yang mulia. Karena fahamnya dengan Al-Qur‘an dan Sunnah, para ‘Ulama kita dahulu sangat ketat dalam memelihara waktunya. Imam Hasan Al-Bashri mengomentari kehidupan para salafus shaleh dahulu dengan ucapan, “Aku pernah bertemu dengan kaum yang perhatiannya terhadap waktu lebih besar daripada terhadap harta bendanya”.
Para “ulama kita tenpo dulu berusaha mengisi setiap detik yang mereka miliki dengan ibadah dan amal shaleh. Mereka merasa menyesal bila di antara waktu yang ia miliki ada yang sepi dari pahala. Bagi mereka, “Waktu adalah ibadah”. Jauh berbeda dengan pandangan orang-orang materialistis yang berkata “waktu adalah uang “
Hamba Allah yang budiman.
Pentingnya menghargai waktu digambarkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut :
“Pergunakan lima kesempatan sebelum datangnya lima kesempitan: hidupmu sebelum matimu; sehatmu sebelum sakitmu; senggangmu sebelum sibukmu; mudamu sebelum tuamu; kayamu sebelum miskinmu” (HR. Baihaqi dari Ibnu abas RA.)
Saudara sekalian, di saat sehat, memiliki kelapangan, muda, berharta, dan masih hidup kita sangat berpotensi untuk berbuat sebaik-baiknya. Tetapi jikalau salah satu dari lima factor tersebut terganggu, kita akan kehilangan momentum beramal. Sebagai contoh, bila kita sakit, kita akan terganggu untuk mencari nafkah atau bekerja bagi kemaslahatan umat, bahkan barangkali shalat pun demikian. Oleh karena itulah saudara, lima kesempatan dalam hadits tersebut hendaknya kita pelihara dan kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan iman dan amal shaleh, sehingga mencapai ridha Allah SWT.
Hamba Allah yang mulia.
Kesuksesan dunia akhirat hanya akan dicapai oleh orang-orang yang menghargai waktunya, dengan menyegerakan segala kebaikan yang akan diperbuatnya. Selamat berpacu dengan waktu, semoga Allah merah­mati kita semua Amin ya rabbal ‘alamin.
KHUTBAH KEDUA
Hadirin yang mulia. Pada khutbah kedua ini marilah kita renungkan pesan Ibnu Qayyim berikut :
“Waktu, pada hakikatnya adalah umur bagi manusia. Ia adalah modal kehidupan yang abadi di dalam surga kenikmatan, juga sebagai modal kehidupan sengsara dalam azab yang pedih di neraka.
Waktu itu secepat perjalanan awan. Maka barang siapa waktunya semata untuk Allah dan senantiasa berada di jalan-Nya, maka waktu itu menjadi nafas dan umurnya.
Adapun yang digunakan selain itu , maka hal tersebut di luar hitungan dalam hidupnya. Karena ia menjalani hidup ini bagaikan kehidupan binatang. Dan apabila ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan angan-angan semu, maka kematian baginya lebih baik daripada hidupnya.”
Demikian juga Yusuf Qardhawi berkata:
“Orang yang melewati satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ditunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan, maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri” (Al Waqtu fi Hayatil Muslim, hal 13).
Hadirin saudaraku sekalian akhirnya marilah kita berdoa kepada Allah agar kiranya kita selalu diberi kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan hidup ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk-Nya.

No comments: