Friday, December 5, 2008

AMALIAH IDUL ADHA

Tak lama lagi kita akan memasuki Hari Raya Idul Adha. Meskipun di Indonesia kaum muslimin menyam­but hari raya ini tidak seperti menyambut raya 'Idul Fitri, sesungguhnya ia tak kalah penting. Bahkan, ia memiliki kelebihan yang tak terdapat pada hari raya `Idul Fitri maupun pada hari-hari besar umat Islam lainnya. Yang paling penting, hari raya ini di antaranya berkaitan de­ngan pelaksanaan ibadah haji, juga dengan ibadah qurban.
Sebagaimana `Idul Fitri, `Idul Adha juga hari raya kita yang harus kita agung­kan, dengan melaksanakan berbagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. `Idul Fitri dan `Idul Adha adalah hari raya tahunan kita, di samping hari raya setiap pekan, yaitu hari Jum'at. Da­lam hadits disebutkan, Rasulullah SAW mensyariatkan dua hari raya ini sebagai ganti dua hari raya Jahiliah yang digunakan orang Arab untuk masa-masa keramaian dan riang gembira. Rasulullah SAW berkata kepada penduduk Madinah, "Allah telah menggantikan kedua hari Jahiliah ini dengan yang lebih baik dari­pada keduanya, yaitu hari `Idul Adha dan `Idul Fitri."

Menghidupkan Hari dan Malam `Idul Adha
Ada beberapa hal penting berkaitan de­ngan `Idal Adha, terutama bagi mereka yang tidak sedang melakukan ibadah haji, yaitu tentang menghidupkan malam `Idul Adha, pelaksanaan shalat `Idul Adha, dan penyembelihan qurban. Meskipun masa­lah-rnasalah tersebut adalah hal-hal biasa saja yang secara rutin kita alami dan kita jalani, banyak hal penting berkaitan de­ngan ketiga persoalan tersebut yang perlu kita perhatikan. Beberapa hal di antaranya mungkin belum kita ketahui atau belum kita pahami, karena jarang dibicarakan atau disampaikan. Karena itulah, bonus doa kali ini akan menyuguhkan kepada Anda amalan-amalan yang berkaitan de­ngan hal-hal tersebut disertai penjelasan yang terperinci.

PUASA HARI ARAFAH
Sebelum memperhatikan amalan-amal­an yang berhubungan dengan meng­hidupkan malam dan hari `Idul Adha, kita perhatikan dulu ihwal puasa hari Arafah.

Sebelum Hari Raya 'Idul Adha, kita terlebih dahulu memasuki hari Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari itu orang-orang yang tidak me­laksanakan ibadah haji disunnahkan berpuasa. Orang-orang yang melaksana­kan ibadah haji sedang berwuquf di Arafah. Puasa Arafah merupakan salah satu puasa yang disunahkan Rasulullah SAW.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa mengerjakan puasa di hari Arafah ka­rena hanya mengharapkan ridha Allah, Allah akan menghapuskan doss-dosanya selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang." Namun orang­orang yang sedang melaksanakan ibadah haji (berwuquf di Arafah) dilarang ber­puasa pada hari tersebut. Abu Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW melarang berpuasa pada hari Arafah kepada orang­orang yang sedang berwuquf."

Menghidupkan Malam 'Idul Adha

Berdasarkan hadits-hadits yang ada, disunnahkan kita menghidupkan malam 'Idul Adha, sebagaimana juga malam 'Idul Fitri, dengan banyak berdzikir ke­pada Allah, melakukan shalat, berdoa, beristigfar, dan mengerjakan ketaatan-­ketaatan lainnya. Juga disunnahkan ba­nyak bersedekah. Di dalam Al-Quran di­katakan, "Dan sebutlah Allah di hari-hari yang berbilang-bilang." (QS Al-Bagarah: 203 1. Menurut Ibn Abbas, hari yang ber­bilang-bilang itu adalah ketiga hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijj ah).

Para ulama berbeda pendapat tentang berapa lama ukuran waktu untuk dapat dikatakan telah menghidupkan malam 'Idul Adha. Ada yang berpendapat, sese­orang harus menggunakan sebagian be­sar waktu malam itu untuk beribadah. Tetapi ada pula yang mengatakan, ber­ibadah beberapa saat saja di malam itu telah memadai.
Di malam 'Idul Adha serta sebelum dan sesudahnya kita disunnahkan ber­takbir, yakni sejak setelah shalat Subuh

pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) sampai setelah shalat Ashar hari tasyriq yang terakhir, yakni tanggal 13 Dzulhij­jah. Jadi waktunya lebih lama dibanding­kan takbir pada saat 'Idul Fitri.

Dalam hadits yang diriwayatkan Ath­Thabarani dari Ubadah bin Shamit di­katakan, "Barang siapa menghidupkan dua malam 'Id, tidaklah mati hatinya di saat mati seluruh hati_' Dalam hadits lain yang diriwayatkan Anas dikatakan, "Hiasilah dua hari raya mu dengan tah­lil, takbir, tahmid, dan taqdis (menyuci­kan Allah)

Lafaz takbir adalah sebagai berikut:

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar

"Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar."

Tetapi redaksi takbir pada 'Idul Adha dan juga 'Idul Fitri yang biasa dibaca masyarakat Islam sejak masa sahabat adalah berikut ini

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lilahil-hamd.

-Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tidak ada Tuhan melain­kan Allah, dan Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan segala puji milik Allah."

Dan menurut Imam Syafi'i, bagus jika ditambahkan dengan kalimat-kalimat berikut ini:

Allahu akbar kabira, wal-hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw-wa ashila, la ilaha illallahu wa la na'budu illa iyyah, mukhlishina lahud-dina walau karihal-kafirun, la ilaha illallahu wahdahu shadaqa wahdahu wa nashara 'abdahu wa hazamal-ahzaba wahdahu la ilaha illallahu wallahu akbar.

“ Allah Mahabesar ,sangat besar sekali.Segala puji milik Allah, sungguh banyak sekali.Mahasuci Allah,baik di pagi hari maupun di petang hari.Tidak ada Tuhan melainkan Allah.

Tak ada yang kami sembah melainkan Dia, dengan ikhlas menjalankan agama karena-Nya sekalipun orang-orang kafir membenci. Ti dak ada Tuhan melainkan Allah semata, Dia menepati janji-Nya, me­nolong hamba-Nya, menghancurkan sekutu-sekutu musyrikin sendirian. Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Allah Maha­besar.'
Selama hari-hari takbir itu, kita me­ngumandangkan takbir setiap selesai me­lakukan shalat apa saja, baik shalat far­dhu. shalat sunnah, maupun shalat Jena­zah. Juga baik shalat fardhu itu shalat yang tunai, shalat qadha, maupun shalat yang dinazarkan. Takbir itu dapat dibaca di rumah, di masjid, di jalan jalan umum, di majelis-majelis khusus, di mana saja di tempat yang layak untuk itu, karena takbir itu merupakan syiar hari raya.

Malam 'Idul Adha dan juga siang harinya adalah salah satu di antara saat ­saat yang paling utama dalam setahun dan penuh dengan keberkahan. Berdoa di waktu itu sangat dianjurkan, karena merupakan saat dikabulkannya per­mohonan. Karena itu, sebaiknya malam dan siang hari 'Idul Adha, selain diguna­kan untuk mengerjakan hat-hat lain, juga dimanfaatkan untuk menyampaikan apa yang kita butuhkan kepada Allah SWT.

Untuk keperluan di atas, kita dapat me­lakukan shalat Hajat_ Di antara caranya adalah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abi Aufa, ia mengatakan, "Rasulullah pernah keluar ke tempat kami kemudian bersabda. 'Barang siapa memiliki ke­butuhan kepada Allah atau kepada se­orang manusia, hendaklah ia berwudhu dan membaguskan wudhunya, lalu melakukan shalat dua rakaat, kemudian memuji (bertahmid ) kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW. Setelah itu mengucapkan:

La ilaha illallahul-halimul-karim, sub­ hanallahi rabbil-`arsyil-`azhimi wal-hamdu lillahi rabbil-`alamin, as'aluka mujibati rah­matika wa`aza'ima maghfiratika wal-gha­nimata min kulli birrin was-salamata min kulli dzanbin, la tada ` li dzanban illa ghafartahu wa la hamman illa farajtahu wa la hajatan hiya laka ridhan illa qadaytaha ya arhamar­-rahimin.

"Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Penyantun lagi Maha Pemurah. Mahasuci Allah, Tuhannya Arsy, yang agung, dan segala puji milik Allah, Tuhan sekalian alam. Aku memohon kepada-Mu penyebab-penyebab rahmat-Mu, ampun­an-Mu, simpanan setiap kebaikan, dan ke­selamatan dari setiap dosa. Janganlah Engkau biarkan suatu dosa padaku melain­kan aku Engkau ampuni, jangan biarkan suatu kesusahan melainkan Engkau le­paskan, jangan pula biarkan suatu ke­butuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Paling Peng­asih di antara yang pengasih.

Shalat Idul Adha

Shalat `Idul Adha, sebagaimana juga shalat `Idul Fitri, menurut jumhur Ulama, hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan) bagi orang yang wajib melakukan shalat Jum'at. Pertama kali shalat ini dilakukan oleh Rasulullah SAW pada tahun kedua Hijriah dan be­liau terus melakukannya sampai berpu­lang ke rahmatullah. Dan sunnah menu­naikannya secara berjamaah.
Boleh juga mengerjakannya sendiri, tapi itu kurang utama. Sekurang-kurangnya berjamaah adalah dua orang, yakni imam dan mak­mum. Tetap disunnahkan dua khutbah bagi orang yang melakukannya dengan berjamaah meskipun hanya berdua.

Menurut para ulama Madzhab Syafi'i, shalat 'Id lebih utama dikerjakan di masjid, karena merupakan tempat yang termulia. Tetapi para ulama di luar Madzhab Syafi'i pada umumnya berpen­dapat, shalat `Id lebih utama dilakukan di tanah lapang yang luas dan suci, agar suara takbir membahana.
Ketika pergi ke tanah lapang atau ke masjid untuk menunaikan shalat `Idul Adha, disunnahkan kita berjalan kaki seraya mengucapkan takbir dengan nya­ring dan terus-menerus. Selain itu, yang utama menurut sunnah, kita pergi dan kembali dari shalat `Id tidak melalui jalan yang sama.

Sebelum melakukan shalat `Idul Adha, disunnahkan kita tidak makan apa-apa. Berbeda dengan ketika akan pergi shalat 'Idul Fitri, kita disunnahkan makan sedikit terlebih dahulu. Dan amat disukai pula kita mandi dan memakai wangi-wangian pada pagi hari raya ini serta memakai pakaian terbaik yang kita miliki. AI-Hasan bin Ali, cucu Rasulullah SAW. meriwayatkan. "Pada setiap hari raya. Rasulullah SAW menyuruh kami agar mengenakan pakai­an terbaik yang kami miliki, memakai min-yak wangi terbaik yang kami punyai, dan menyembelih hewan qurban termahal yang kami mampu sediakan.
Disunnahkan pula mengajak kaum pe­rempuan, yang dewasa maupun yang masih remaja, telah bersuami maupun yang masih gadis, demikian pula anak ­anak, untuk menghadiri shalat hari Raya. Bahkan, perempuan yang sedang haid dianjurkan juga untuk hadir untuk men­dengarkan khutbah. Tetapi jika pelak­sanaannya di dalam masjid, perempuan yang sedang haid itu harus mencari tempat tersendiri, tidak masuk ke dalam masjid.
Selain itu, kaum perempuan yang akan melakukan shalat `Id itu sebaiknva memakai pakaian yang tidak berlebihan, tidak berdandan secara mencolok, dan tidak memakai wangi-wangian yang kuat aromanya, karena akan menjadikan mereka aebagai sumber fitnah (godaan). Artinya, kaum laki-laki akan tergoda oleh penampilan yang demikian dan mungkin juga akan menggoda, sehingga merugi­ kan kedua pihak.
Shalat `Idul Adha dikerjakan dua ra­kaat seperti shalat yang lain dan tidak ada shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kecuali apabila dilakukan di masjid, tetap disunnahkan melakukan shalat Tahiyatul masjid sebelum duduk.

Pada shalat `Idul Adha dan `Idul Fitri tidak ada adzan dan iqamah, karena hal itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah, ia mengatakan, "Aku pernah melakukan shalat `Id bersama Nabi SAW, bukan hanya sekali-dua kali, tanpa adzan dan iqamah." (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan At-Tirmidzi).
Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas dan Jabir,” belum pernah dilakukan adzan dan iqamah pada hari `Idul Fitri dan `Idul Adha." (HR Ahmad, Al-Bukhari, dan Muslim).
Pada setiap rakaat sebelum membaca surah Al-Fatihah, kita disunnahkan membaca beberapa takbir tambahan. Pada rakaat pertama, kita membaca tujuh kali takbir - selain takbiratul ihram - setelah membaca doa Iftitah. Dan pada rakaat kedua, membaca lima kali takbir, selain takbir ketika bangkit dari sujud.

Mengenai apa yang dibaca di antara satu takbir dan takbir lainnya, ada bebe­rapa pendapat sebagaimana yang diurai­kan oleh An-Nawawi dalam kitabnya, al­-Adzkar. Menurut mayoritas ulama, kita disunnahkan mengucapkan kalimat berikut:

Subhanallahi wal-hamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar.
La ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu bi yadihil-khair, wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir.

"Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu apa pun bagi-Nya. Bagi-Nya-lah kerajaan (kekuasa­an) dan bagi-Nya jualah segala pujian. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."

Ada pula yang mengatakan bahwa yang dibaca adalah kalimat berikut:

Allahu akbar kabira. wal-hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw-wa ashila.

"Allah Mahabesar, besar sekali. Segala puji milik Allah, sungguh banyak sekali. Mahasuci Allah, baik di pagi hari maupun di petang hari

Kita dapat memilih bacaan yang mana saja di antara bacaan-bacaan di atas. Se­andainya semua bacaan tersebut tidak dibaca, bahkan bila takbir-takbir tambah­an itu juga tidak dibaca, shalatnya tetap sah dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Hanya saja ia tidak mendapatkan keutamaan. Jika imam lupa membaca takbir-takbir itu sampai membaca Al-­Fatihah, menurut pendapat yang shahih, ia tidak perlu mengulangi untuk mem­baca takbir-takbir itu. Sedangkan bagi makmum yang ketinggalan, jika imam sudah membaca beberapa kali takbir, ikutilah takbir yang diucapkan imam, tidak perlu diulangi yang tertinggal.

Mengenai surah yang dibaca, disukai sesudah membaca Al-Fatihah kita mem­baca surah. Al-A’la dalam rakaat yang per­tama_,Dan di rakaat yang kedua sesudah Al-Fatihah, membaca surah Al-Ghasyiyah.
Sedangkan di dalam khutbahnya, khathib disunnahkan membaca takbir ,Sembilan kali di awal khutbah yang per­tama dan kemudian membaca takbir tujuh kali di awal khutbah yang kedua. Jadi sama dengan yang dilakukan ketika khutbah `Idul Fitri. Dan sangat baik khutbah itu di akhiri dengan firman Allah.

Subhana rabbika rabbil-'izzati `amma yashifuna wa salamun `alal-mursalina wal­hamdu lilahi rabbil-'alamin.

"Mahasuci Tuhan-Mu, yang mempunyai kebesaran dari apa yang mereka sifatkan, dan kesejahteraan itu atas para rasul, se­dangkan segala pujian itu merupakan milik Allah, yang memelihara seluruh alam."

Apabila seseorang tidak dapat pergi berjamaah shalat 'Id karena sakit atau ada halangan lain, hendaklah ia me­ngerjakan shalat sendiri dua rakaat juga. AL-Bukhari mengatakan, "Apabila sese­orang tidak mendapatkan shalat `Id ber­sama jamaah, hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat juga. Demikian pula orang-orang perempuan (maksudnya, yang tak dapat melakukannya karena suatu keperluan) dan orang di padang gurun, mengingat sabda Nabi SAW, `Ini adalah hari raya kita, umat Islam'."

Bacaan pada Hari Raya

Di dalam kitab Al- Wasail Asy-Syafi'ah fi Al-Adzkar wa Al-Ad'iyyah li AI-Asbab Al-Waqi'ah halaman 215-216, karya Habib Muhammad bin Ali Khird, disebutkan, di antara doa yang dapat dibaca pada hari raya, baik 'Idul Fitri maupun 'Idul Adha, adalah doa ini:

Allahumma inni as-aluka 'aysyatan taqiy­yatan wa maytatan sawiyyatan wa marad­-dan ghayra makhzin wala fadhih. Allahumma la tuhlikna faj-atan wala ta'khudzna bagh­tatan wala tu’jilna 'an haqqin wa washiyyah. Allahumma inna nas-alukal-'afafa wal-ghina wat-tuqa wal-huda wa husna `aqibatil-­akhirati wal-ula, wa na'udzu bika minasy­syakki wasy-syiqaqi war-riya-i was-sum`ati fi dinika ya muqallibal-qulub (Rabbana la tuzigh qulubana ba'da idz hadaytana wa hab lana min ladunka rahmah. Innaka antal­wahhab).

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kehidupan yang bertaqwa, kematian yang benar, dan kepulangan yang tidak dibuat malu dan tidak terbuka aibnya.
Ya Allah, janganlah Engkau binasakan kami dengan tiba-tiba. dan janganlah Engkau cabut kami dan kebenaran dan nasihat. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu sifat iffah (suka menjaga diri), kekayaan, ketaqwaan, petunjuk, dan akhir yang baik di dunia dan di akhirat. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keraguan, per­tikaian, riya', dan sum'ah (melakukan se­suatu karma ingin didengar orang) dalam agama-Mu, wahai Dzat Yang membolak ­balikkan hati (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau simpangkan hati kami setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi-Mu. Se­sungguhnya Engkau Maha Pemberi anugerah).”

Dalam kitab itu juga disebutkan bah­wa Umar bin Abdul Aziz mengatakan, 'Bacalah pada hari raya (baik 'Idul Fitri maupun `Idul Adha ) sebagaimana yang diucapkan oleh nenek moyang kalian. Nabi Adam AS:

Rabbana zhalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal-khasirin (OS AI-A'raf: 23)."

"Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak meng­ampuni kami dan menyayangi Kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi:"

Faghfirlana warhamna wa anta khayrur-rahimin (QS Al-Mu'minun: 109).

”Maka ampunilah kami, dan berilah kami rahmat, dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik.”

Walladzi athma`u an yaghfirali khathi'ati yawmaddina (QS Asy-Syu'ara': 82).

"Dan yang amat kuinginkan akan menghapuskan kesalahanku pada hari kiamat."

Juga sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Musa AS:

Qala rabbi inni zhalamtu nafsi faghfirli faghafara lahu, innahu huwal-ghafururrahim (QS Al-Qashash:16)

"Musa berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguh­nya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku.' Maka Allah mengampuninya. Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.­

Juga sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Yunus AS:

La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh-zhalimin (QS Al-Anbiya: 87)

”Tidak ada Tuhan selain Engkau.Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.”

BERQURBAN










Pengertian dan Keutamaan Qurban


Salah satu ibadah yang sangat dite­kankan juga pada 'Idul Adha adalah me­nyembelih qurban (udhhiyyah). Berikut diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan ibadah ini.

Qurban disebut juga udhhiyyah, yang berasal dari kata dhahwah, yang berarti naik siang sesudah matahari terbit. Jadi penamaan dengan udhhiyyah ini dengan melihat permulaan waktunya. Sedang­kan menurut istilah, pengertian udhhiy­yah adalah nama bagi suatu hewan ternak yang disembelih, yang terdiri dari kambing, unta, kerbau, atau sapi, pada hari 'Idul Adha dan hari-hari tasyriq, sebagai pendekatan diri kepada Allah SWT.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidaklah seorang manu­sia melakukan suatu perbuatan pada hari nahar (hari `Idul Adha) yang lebih disukai Allah daripada menumpahkan darah (yakni berqurban). Dan sesungguhnya qurbannya itu akan datang pada hari kiamat beserta tanduknya, kukunya, dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah­nya itu sampai kepada Allah di suatu tempat sebelum jatuhnya ke bumi. Maka nyamanlah engkau dengan qurban-qur­ban itu." HR Ibnu Majah dan At-Tir­midzi ).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Zaid bin Arqam dikatakan, "Aku pernah bertanya atau mereka pernah bertanya, 'Apa sesungguhnya qurban qurban ini?

Rasulullah menjawab, 'Sunnah ayah kalian, Ibrahim.'
Mereka bertanya kembali, 'Apa yang kami dapat darinya?'
Beliau menjawab, `Tiap helai rambut­nva satu kebaikan.'
Mereka bertanya lagi, 'Bagaimana bulu halusnya?'
Jawab beliau, Tiap rambut dari bulu halusnya, satu kebaikan'." (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Hukum Berqurban
Hukum menyembelih qurban adalah sunnah muakkadah dan menjadi wajib apabila dinazarkan. Dan ditekankan bahwa menyembelih hewan qurban itu bukan hanya sekali seumur hidup, me­lainkan setiap tahun jika mampu. Dalam sebuah hadits riwayat Abdullah bin `Aun disebutkan, "Hai manusia, sesungguhnya setiap penghuni rumah disunnahkan berqurban setiap tahun." Hadits ini di­riwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad hasan.
Bila suatu keluarga mampu melaku­kannya tetapi meninggalkannya, hukum­nya makruh (dibenci). Demikian kuat penekanannya sehingga dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hu­rairah disebutkan, "Rasulullah SAW ber­sabda, `Barang siapa mampu tetapi tidak berqurban, janganlah mendekati tempat shalat kami'." (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Adapun waktu menyembelih qurban adalah setelah matahari terbit pada hari nahar, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah, dan telah berlalu waktu seukuran shalat dua rakaat dan dua khutbah yang ringan. Dan waktu menyembelih itu terus ber­langsung hingga masuknya matahari di hari tasyriq terakhir, yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Dengan demikian, waktu­ waktu menyembelih itu ada empat hari. Yaitu tanggal 10 Dzulhijah, yang disebut hari nahar, atau sering dikatakan sebagai hari `Idul Adha, kemudian tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, yakni hari tasyriq pertama, kedua, dan ketiga (terakhir).

Doa menyembelih Qurban

Ketika melakukan penyembelihan, di­sunnahkan menghadapkan hewan qur­bannya ke arah kiblat, kemudian me­nyembelihnya dengan mengucapkan:

Bismillahi Allahu akbar. Allahumma taqabbal minni.

"Dengan nama Allah. Allah Mahabesar. Ya Allah, terimalah dariku."

Karena pada umumnya sekarang ke­banyakan orang tidak menyembelih sen­diri qurbannya, melainkan orang lain yang menyembelih, orang yang hewan qurbannya disembelihkan oleh orang lain pun dapat membaca doa di atas.

Thursday, October 23, 2008

WIRID


Bumi dihamparkan oleh Allah swt, agar nyaman bertempat tinggal di sana. Allah memberi amanat dan memerintahkan manusia hidup di muka bumi dengan aman,mampu menjaga diri dari bahaya-bahaya yang ada. Bahaya-bahaya itu adalah yang ditimbulkan oleh bumi dan apa yang ada diatasnya. Karena itu hendaknya manusia menyadari bahwa umur mereka membuatnya mencapai hidup seperti laju kapal dan penumpangnya.
Bumi ibarat kapal dan mahluk adalah penumpangnya,laksana pelancong. Kehidupan pertama bagi manusia di muka bumi ialah diawali semenjak ia berada dalam ayunan orang tua dan berakhir di liang lahat. Dan ketahuilah bahwa tanah air tempat berpijak ini laksana surga dan neraka. Usia adalah jarak perjalanan yang harus di tempuh. Sedangkan tahun adalah pal-pal atau batas-batas tahapan. Sedangkan bulan-bulan di dunia ini merupakan fasakh-fasakh dalam perjalanan. Adapaun hari adalah mil. Dan nafasmu adalah ibarat langkah-langkahmu.
Adapun ketaatan kepada Allah ibarat barang dagangan yang kau bawa dalam perjalanan menempuh langkah-langkah,fasakh-fasakh, pal-pal dan jarak tertentu. Adapun waktu adalah modal, sedangkan syahwat dan keinginan-keinginan itu ibarat perampok yang menghadangmu ditengah perjalanan. Keuntungannya adalah keberuntungan ketika engkau bisa berjumpa Allah di negeri kesejahteraan bersama Raja Yang Maha Besar. Itu merupakan kenikmatan yang tidak berakhir. Lalu kerugiannya adalah jauh dari Allah. Ingatlah, bahwa orang yang lengah walaupun senafas saja dari umurnya, maka ia akan mengalami penyesalan yang tidak berakhir, kerugian yang tidak terhitung.

Hidup di dunia ibarat menapaki jarak untuk mencapai tujuan akhir. Di tengah perjalanan hidup ini banyak kesibukan-kesibukan sehingga cenderung melupakan manusia dalam mengingat Allah. Ibarat pergi lupa tujuan. Di tengah perjalanan hidup banyak godaan­-godaan dapat membelokkanmu dari arah yang benar menuju arah menyimpang dan akhirnya menjadi tersesat.
Oleh sebab itu hendaknya siang dan malam engkau isi dengan banyak mengingat nama Allah, banyak beribadah dan beramal taat. Lakukanlah dengan istiqamah.
Allah berfirman:

Sesungguhnya pada siang hari engkau mempunyai banvak urusan. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadaNya dengan penuh ketekunan. QS. Al Muzamil 7-8.

Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang. Dan sebagian dari malam, maka sujudlah kepadaNya-dan bertasbihlah kepadaNya pada bagian yang panjang di malam hari. QS. Al Insan 25-26.

Seyogyanya manusia memperhitungkan waktu yang dimilikinya. Siang dan malam dianjurkan untuk berdzikir dan diisi dengan amal taat. Yang demikian itu akan dapat menyelamatkan dan menghindarkan diri dari kesengsaraan. Rasulullah saw. adalah tauladan yang baik .Meskipun Allah telah menjamin dirinya dan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang, namun Rasulullah Muhammad saw. tetap melakukan amal taat dan bertaubat.

Jika dipikir, maka seharusnya engkau lebih rajin untuk menekuni amal taat karena mempunyai masalah yang sangat membahayakan diban­dingkan Rasulullah saw. Karena itu janganlah sibuk dan menenggelamkan diri dalam urusan duniawi saja. Bolehlah engkau melakukan kegiatan mencari nafkah namun hendaknya sekedar cukup memenuhi kebutuhan. Utamakanlah mencari pahala dan bekal untuk kehidupan akhirat daripa­da engkau tenggelam dalam urusan duniawi sehingga melupakan ketaatan kepada Allah.
Nabi saw. bersabda, "Hendaknya seseorang mengerjakan shalat malam meskipun hanya seperti orang memerah susu kambing lamanya (meskipun hanya sebentar)."
Orang-orang yang mengharapkan pahala dan keselamatan akhirat, maka tidaklah pantas kiranya mempersiapkan alas tidur yang empuk dan menuruti nafsu untuk tidur nyenyak. Namun haruslah menyibukkan diri bangun malam, shalat dan berdzikir sampai ia tertidur dengan sendi­rinya.
Nabi saw. bersabda, "Ketika kalian tidur setan mengikat dengan tiga ikatan kepadamu. Dada masing-masing ikatan, setan memukul seraya berkata, `Malam masih panjang, tidurlah.' Jika seseorang itu bangun dan menyebut nama Allah, lepaslah satu ikatan. Jika ia berwudlu lepaslah satu ikatan lagi, jika shalat terlepaslah ikatan ketiga. Seseorang tersebut menjadi giat dan baik jiwanya. Kalau tidak, maka ia pun berjiwa buruk dan malas. "
Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa pernah seorang sahabat menceritakan tentang seseorang yang tidur sepanjang malam sampai pagi. Rasulullah saw lalu berkomentar, "Telinga orang itu telah dikencingi oleh setan. "
Rasulullah saw bersabda, "Dua rakaat yang dikerjakan oleh sese­orang di tengah malam lebih baik baginya daripada dunia seisinya. Kalau saja aku tidak takut memberatkan umatku, maka aku akan wajib­kan shalat malam kepada mereka. "

Malam-malam Istimewa Untuk Beramal Taat
Ketahuilah bahwa ada malam-malam utama untuk Beramal taat, shalat Lail, berdzikir dan mengagungkan Allah. Yaitu sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dan malam ketujuh belas dari Ramadhan.Malam pertama di bulan nisfunya, dan malam dua puluh tujuh yakni Mi’raj.
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mengerjakan amal taat di malam ini mendapat kebaikan-kebaikan seratus tahun. Maka yang shalat di malam itu sebanyak dua belas rakaat dengan membaca surah Al-A1 Fatihah dan surah Qaaf dalam setiap rakaat, membaca tasyahud dalam setiap 2 rakaat, dan memberi salam pada akhir shalat. Kemudian mengucapkan subhanallaah wal hamdulillaah wa laa ilaha illallaah wallahu akbar seratus kali dan memohon ampun seratus kali. mengucapkan shalawat atas Nabi saw seratus kali, dan mendoakan dirinya sekehendaknya berupa urusan dunia dan akhirat serta berpuasa di pagi harinya maka Allah Taala mengabulkan seluruh doanya, kecuali dalam maksiat.
Dan ketahuilah bahwa pada malam Nisfu Sya'ban shalat sama dua rakaat sama dengan seratus rakaat. Karena itu dianjurkan kepada setiap muslim untuk menunaikan shalat dua rakaat. Setiap rakaat membaca Al-Fatehah dan surat A1 Ikhlas sepuluh kali. Lalu dianjurkan pula secara khusus untuk menghidupkan dua malam Id. Rasulullah saw bersabda. siapa menghidupkan dua malam Id, tidaklah mati hatinya di saat banyak hati manusia telah mati. " .
Di samping itu ada pula malam utama yaitu malam terakhir di bulan Dzulhijah. Keutamaannya cukup besar. Demikianlah tentang dzikir dan wirid-wirid yang seharusnya dilaksanakan.

DOA DAN DZIKIR

Dan hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang aku, maka jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa jika ia berdoa kepadaku. " QS. Al Baqarah 186
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepadaKu pasti Aku mengabulkan untukmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri menyembah kepadaKu akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. " QS. Al Mukmin 60.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda”Tiada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah yang bisa menandingi doa.” Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba
yang berdoa tidaklah akan terlepas dari tiga perkara: Adakalanya ia ber­dosa, maka setelah berdoa is diampuni. Adakalanya berupa kebaikan yang disegerakan untuknya dan adakalanya kebaikan yang disimpan (di akhirat kelak).

Adab Berdoa
Pertama, orang yang berdoa hendaknya mengamati waktu-waktu yang mulia seperti Hari Arafah, hari-hari di bulan Ramadhan, hari Jumat, waktu sahur dan sebagainya. Allah berfirman, "Dan di akhir­-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah swt). QS. Ad Dzariyat 18. Kemudian dikuatkan pula oleh Sabda Nabi Muhammad saw. "Setiap malam Allah swt. turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Lalu Dia berfirman, "Barangsiapa yang berdoa kepadaKu, maka Aku akan mengabulkannya. Barangsiapa meminta kepadaKu, ma­ka Aku akan memberinya. Dan barangsiapa yang memohon ampunan kepadaKu,- Aku akan mengampuninya.
Kedua, Mempergunakan kesempatan dalam keadaan mulia. Abu Hurairah ra. berkata, "Sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka ketika desakan barisan perang fi sabilillah, turunnya air hujan, dilaksanakannya dan shalat fardlu. " Begitu juga ketika bersujud, perlulah untuk digunakan berdoa.
Ketiga, seyogyanya berdoa itu menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan sampai putih-putih ketiak tampak. Rasulullah saw bersab­da, "Sesungguhnya Tuhanmu adalah Dzat Yang Hidup dan Pemurah. Dia malu menolak hamba-hambaNya dengan tangan kosong ketika mere­ka mengangkat tangan dalam berdoa kepadaNya. "
Keempat, melembutkan suara, tidak terlalu lemah dan tidak terlalu keras. Rasulullah saw bersabda, "Wahai sekalian manusia, Sesungguh­nya Dzat yang kamu panggil tidaklah tuli dan ghaib. Sesungguhnya Dzat yang kamu panggil itu ada diantara kamu dengan tengkuk-tengkuk kendaraanmu (sangat dekat sekali)."
Kelima, tidak memaksakan diri dengan bersajak dalam berdoa. Karena doa yang berlebih-lebihan itu tidaklah baik. Bukankah Rasulullah saw. bersabda, "Akan muncul suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa."
Keenam, hendaknya merendahkan diri, khusyuk disertai harap dan takut. Allah berfirman, "Sesungguhnya mereka adalah orang yang cepat-cepat dalam kebaikan dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. " QS. Al Anbiya 90.
Ketujuh, hendaknya mantap dalam berdoa dan yakin akan dikabulkanNya serta membenarkan harapan-harapan. Rasulullah saw "Bila seorang kalian berdoa, maka hendaknya ia memperbesar harapannya, sebab tidak sesuatu pun yang bisa menyaingi keagungan Allah SWT.
Kedelapan, bersungguh-sungguh dan mengulanginya sampai 3 kali. Ibnu Masud ra. berkata, "Rasulullah saw. bila berdoa. Maka dilakukan tiga kali. Jika memohon, maka dilakukan tiga kali."
Kesembilan, memulai doa dengan menyebut Allah swt shalawat atas Nabi Muhamad saw. Rasulullah saw. bersabda. “ Jika kalian memohon hajat kepada Allah swt. maka mulailah dengan shalawat atas-ku, sebab Allah swt. Maha Pemurah dari diminta dua hajat. Lalu mengabulkan satu hajat dan menolak yang lainnya."
Kesepuluh, adalah adab batin. Ini merupakan masalah yang prinsip dalam terkabulnya doa, yakni: taubat, ,mengembalikan barang-barang hasil perbuatan dzalim dan menghadap Allah swt dengan harapan yang sungguh-sungguh.

Keutamaan Shalawat Atas Nabi
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu kepadanya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." QS. Al Azhab 56.
Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang bershalawat kepadaku, maka para malaikat berdoa kepadanya. Dan barang siapa yang bershalawat kepadaku ketika itu, maka hendaklah ia menyedikitkan atau memperbanyaknya. "
Dalam hadis lain diterangkan bahwa Rasulullah saw. "Seorang mukmin sudah cukup dikatakan kikir bila ia tidak mau membaca shalawat atasku ketika namaku disebut di sampingnya. "

Rasulullah saw. bersabda pula, "Barangsiapa dari umatku memba­ca shalawat terhadapku; maka dituliskan sepuluh kebaikan kepadanya dan dihapuskan sepuluh keburukan yang dimilikinya."
Keutamaan Istighfar

Allah Ta’ala berfirman, "Dan (juga) orang-orang yang jika menger­jakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka lalu ingat kepada Allah dan beristightar (mohon ampunan) atas dosa-dosa mere­ka. " QS. Ali Imran 135.
Dalam hadis riwayat Abu Daud dan An Nasai diterangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang memperbanyak bacaan istighfar, maka Allah swt. menjadikan kemudahan dari setiap kesusahan, mencarikan jalan keluar dari kesempitan dan memberi rejeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. "
Hadis riwayat At Turmidzi menerangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang ketika berangkat ke tempat tidurnya mem­baca `astaghfitullaaahal adziim ... ' (aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup dan Mengurusi makhluk. Dan aku bertaubat kepadaNya, 3x), maka Allah mengampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak jumlah buih di lautan atau pasir yang bertumpuk atau sejumlah daun-daun pepohonan atau sejumlah banyaknya hari dunia. "

Keutamaan Berdzikir
Allah swt. berfirman, "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. " QS An Nisa 103. Kemudian dalam ayat lain diterangkan bahwa Allah berfirman, "Berdoalah kepadaKu pasti akan Kuperkenan­kan bagimu." QS. Al Mukmin 60.
Dzikir artinya mengingat Allah. Tidak terikat waktu, hendaknya dilakukan kapan dan di mana saja. Lebih utama jika ketika duduk sehabis shalat. Atau ketika duduk di tengah-tengah sebuah majelis. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah duduk suatu kaum dalam sebuah majelis sambil mengingat Allah di situ, melainkan mereka dikelilingi para malaikat dan diliputi rahmat serta Allah menyebut mereka di antara para malaikat di sisiNya."Rasulullah SAWbersabda, "Amalan-amalan baik yang kekal adalah ucapan Laa ilaaha illallaah, Subhaanallah, Allaahu akbar, Alhamdulillah laa haulaa wa laa quwwata illaa billaahil ailiyyil adhiem. "
Dzikir tidak hanya menyibukkan lisan saja. Namun dzikir yang benar ialah yang disertai dengan konsentrasi. Sebab yang dituju adalah kesenangan dengan Allah dan hal itu terwujud dengan selalu berdzikir dengan khusyuk.

Wednesday, October 15, 2008

SABAR DAN BERSYUKUR

Iman itu terdiri dari dua bagian. Setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi adalah rasa syukur, sesuai dengan yang dise­butkan dalam kabar-kabar dan atsar-atsar.
Adapun kesabaran, Allah Ta'ala telah berfirman memuji sifat itu, "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar." (QS. As-­Sajdah: 24)

Allah Ta'ala berfirman, "Dan telah sempurnalah perkataan Tuhan-mu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka." (QS Al-A'raf:137)
Allah Ta'ala berfirman, "Kami akan memberi balasan kepada orang­-orang yang sabar." (QS. An-Nahl: 96)
Nabi Saw. ditanya tentang iman, maka beliau menjawab, "Kesa­baran dan tenggang rasa."
Nabi Saw. bersabda, "Kesabaran itu adalah harta terpendam di surga."

A. Hakikat Kesabaran
Kesabaran terdiri dari pengetahuan, keadaan, dan amal. Pengeta­huan di dalamnya seperti pohon, keadaan seperti ranting-ranting, dan amal seperti buah. Maka engkau ketahui bahwa maslahat keaga­maan terdapat dalam kesabaran. Akibatnya, timbul kekuatan dan dorongan untuk melakukan kesabaran. •
Hal itu dilakukan terhadap ibadah atas sabar dari melampias­kan syahwat. Dalam semua keadaan itu membutuhkan semacam kesabaran hingga tidak berlebih-lebihan dalam melakukan per­buatan-perbuatan yang mubah.
Adapun kesabaran dalam ibadah hendaklah diketahui bahwa seseorang bersabar beberapa hari dan akan bahagia selama-lamanya sebagai imbalannya. Ia memerlukan kesabaran untuk tidak menyiar­kan dan merusaknya dengan riya'.
Kesabaran terbesar adalah sabar dalam menahan diri dari me­lampiaskan syahwat dan berlarut-larut dalam melakukannya, dan jugs seseorang harus sabar bila diganggu oleh seseorang dengan perkataan atau perbuatan.

Seorang sahabat Nabi Saw. berkata, "Kami tidak menganggap iman seseorang sebagai iman bila ia tidak sabar di kala menghadapi gangguan."
Allah Ta'ala berfirman, "Dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan ha­nya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang bertawakal. " (QS. Ibrahim:12)
Kesabaran ini terkadang dilakukan atas perbuatan itu dengan menahannya annya dan terkadang sabar dari pembalasannya. Kedua hal menunjukkan kesempurnaan iman.
Macam yang lain adalah sesuatu yang menyerang tanpa disengaja,seperti musibah berupa penyakit, hilangnya penglihatan, kelumpuhan anggota tubuh, dan kematian orang yang dicintai. Ibnu abbas ra. berkata, "Kesabaran dalam Al-Qur'an ada tiga macam, yaitu kesabaran untuk menunaikan kewajiban-kewajiban karna Allah Ta'ala dan ia mempunyai 300 derajat, kesabaran untuk tidak melanggar larangan-larangan Allah Ta'ala dan ia mempunyai 600 derajat, dan kesabaran dalam menghadapi musibah pada pukulan pertama dan ia mempunyai 900 derajat."
Kesabaran yang bagus itu ialah yang tidak diketahui dari penderita ­musibah, dan tidak mungkin mencapai hal ini kecuali dengan latihan yang lama dalam masa yang lama. Wallahu a'lam.
B. Syukur
Adapun rasa syukur, keutamaannya ialah bahwa Allah mengait­kannya dengan zikir, sedangkan Allah Ta'ala berfirman, "Sesung­guhnya zikrullah (mengingat Allah) itu lebih besar." (QS. Al-Anka­but 45)
Allah Ta'ala berfirman, "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. Al-Baqarah:152)
Allah Ta'ala berfirman, "Dan Allah akan membalas orang-orang yang bersyukur." (Ali-Imran: 144)
Allah Ta'ala berfirman, "Sedikit saja dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba':13) Di antara kabar-kabar adalah sabda Nabi Muhammad SAW, "orang yang makan dan bersyukur sama derajatnya dengan orang puasa yang sabar."
Rasa syukur itu dinyatakan dengan mengetahui bahwa tiada pemberi kenikmatan selain Allah. Kemudian apabila engkau ketahui rincian-rincian nikmat Allah atas dirimu pada anggota-anggo­ta badanmu, tubuh dan jiwamu serta segala yang engkau perlukan dari urusan-urusan penghidupanmu, timbullah di hatimu kegembi­raan terhadap Allah dan nikmat-Nya serta karunia-Nya atas dirimu.
Adapun dengan hati, rasa syukur itu dinyatakan dengan me­nyembunyikan kebaikan bagi seluruh manusia dan menghadir­kannya selalu dalam mengingat Allah Ta'ala sehingga tidak melu­pakannya.
Adapun dengan lisan, engkau nyatakan dengan banyak mengucap tahmid.
Dengan anggota tubuh dinyatakan dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah Ta'ala dalam menaati-Nya dan menghindari penggunaan nikmat-Nya untuk mendurhakai-Nya.


Syukur mata dinyatakan dengan menutupi setiap kejelekan yang engkau lihat dari seorang muslim dan tidak menggunakannya untuk melihat maksiat.


Syukur telinga dinyatakan dengan menutupi kejelek­an-kejelekan yang didengar dan mendengarkan apa-apa yang dibolehkan saja.
Nabi Saw. berkata kepada seorang laki-laki, "Bagaimana kea­daanmu di waktu pagi ini?"
Orang itu menjawab, "Baik."
Nabi Saw. mengulangi pertanyaan itu dan orang tersebut me­ngulangi jawabannya hingga pada ketiga kalinya ia menjawab, "Keadaanku baik dan aku memuji syukur kepada Allah Ta'ala."
Nabi Saw. berkata, "Inilah yang aku inginkan darimu."
Setiap orang jika ditanya tentang sesuatu, maka ia antara bersyu­kur atau mengeluh. Bila ia bersyukur, maka ia pun telah menaati Allah. Dan apabila mengeluh, maka ia pun durhaka.
Jika ada yang bertanya, "Apa makna syukur, sedangkarn syukur adalah nikmat sempurna dari Allah Ta'ala?" Maka kami jawab, "Pertanyaan ini telah terlintas di hati Dawud dan Musa as."
Maka Musa as. berkata, "Bagaimana aku mensyukuri-Mu, sedang­kan aku tak dapat mensyukuri-Mu kecuali dengan nikmat yang berasal dari nikmat-Mu?"
Kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepadanya, "Apabila engkau mengetahui ini, maka engkau pun telah mensyukuri Aku."
Dalam kabar lain, "Apabila engkau tahu bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari-Ku, maka Aku rela hal itu sebagai pernyataan syukur darimu."
Jika engkau katakan, "Aku tidak mengerti dengan jawaban ini, maka itu juga merupakan nikmat dari-Nya."
ini adalah cabang dari satu bab tauhid, yaitu bahwa Dialah yang mensyukuri dan disyukuri, yang mencintai dan yang dicintai. Tiada sekutu pun di wujud ini selain Allah. Segala sesuatu akan binasa kecuali l diri-Nya, dan ini adalah kebenaran yang azali dan abadi, karena tiada sesuatu pun di wujud ini selain Allah. Dia berdiri sen­diri.
Segala Sesuatu Selain Dia Dirikan olehnya Maka Dialah yang Sendiri dan Hidup Kekal
Ketika membaca ayat "Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)", (QS. Shaad: 44) Habib bin Habib berkata, :"Alangkah mengherankannya, Allah memberi dan memuji, sebaga isyarat bahwa apabila Allah memuji pemberiannya, maka Dia memuji diri-Nya. Maka Allah yang memuji dan Dialah yang dipuji."
Dari sinilah, Asy-Syeikh Abu Said Al-Maihani memandang ketika dibacakan di hadapannya "Dia mencintai mereka dan mereka mencintainya ", maka ia berkata, "Demi umurku, sungguh Dia mencintai mereka dan biarkan Dia mencintai mereka bagi diri-Nya."
Dialah yang mencintai dan Dialah yang dicintai. Ini adalah ting­kat yang tinggi dan tidak sampai kepada pemahamanmu kecuali dengan sebuah contoh menurut kadar akalmu.
Telah jelas bagimu bahwa apabila pengarang mencintai kara­gannya, maka ia pun telah mencintai dirinya. Apabila pembuat sesuatu mencintai buatannya, maka ia pun telah mencintai dirinya. Apabila seorang ayah mencintai anaknya karena ia anaknya, maka ia pun telah mencintai dirinya. Segala sesuatu di dalam wujud selain Allah Ta'ala adalah karangan dan buatan. Jika Allah mencintainya, maka sesungguhnya Allah mencintai diri-Nya. Ini adalah pandangan dari sisi tauhid.
Itulah yang diisyaratkan dengan perkataan Sufi, "Ia lenyap dari dirinya dan orang lain sehingga tidak melihat selain Allah."
Orang-orang tidak memahami hal ini sehingga mereka mem­persalahkan para Sufi.
Mereka berkata, "Bagaimana ia lenyap, panjang bayangannya tetap seperti dulu dan setiap malam dan siang memakan berbagai macam makanan.
Orang-orang menertawakan mereka karena kebodohan mereka, padahal syarat bagi orang-orang yang arif adalah menjadi tertawaan orang-orang bodoh."
Allah Ta'ala berfirman, "Sesunguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman." (QS. Al­Muthaffifin: 29)
Hingga firman Allah, "Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir." (QS. Al-Muthaffifin: 34)
Maka, rasa syukur adalah penggunaan nikmat di jalan yang di­ciptakan baginya. Contohnya, seorang raja mengirim kepada seorang sahayanya seekor kuda dengan segala keperluannya untuk diken­darai. Jika ia menaiki dan menggunakannya di jalan yang telah ditetapkan baginya, maka ia pun menggunakan nikmat itu dengan semestinya. Jika ia menaikinya dan menjauh dari raja, maka itu. adalah kebodohan dan mengingkari nikmat. Wallahu a'lam.

MENGASINGKAN DIRI (UZLAH)


Orang-orang berselisih tentang hal itu. Sebagian mereka ber­pendapat lebih menyukai uzlah daripada pergaulan, seperti Sufyan Ats-Tsauri, .Ibrahim bin Adham, Dawud At-Tha'iy, Al-Fudhail bin Iyadh, Sulaiman Al-Khawash, dan Basyar Al-Hafi.
Sebagian besar tabi'in lebih menyukai pergaulan dan memper­banyak saudara (teman) untuk saling menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. Semuanya berdalil dengan sabda Nabi Saw. ten­tang persaudaraan dan kerukunan ketika ia datangkan kepadanya seorang laki-laki yang telah pergi ke gunung untuk beribadah di situ. Maka Nabi Saw. bersabda, "Jangan engkau lakukan dan jangann seorang pun di antara kamu melakukannya. Sungguh kesabaran seseorang di antara kamu dalam suatu negeri Islam lebih baik daripada ibadah sese­orang dari kamu selama 40 tahun."

Pendukung keutamaan uzlah, seperti Fudhail bin Iyadh ra. berdalill dengan sabda Rasulullah Saw. kepada Abdullah bin Amr Al juhani ketika ia berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana cara keselamatan itu?" Nabi Saw. menjawab, "Cukuplah engkau tinggal di rumahmu, tahanlah lidahmu (dari perkataan buruk), dan tangisilah dosamu,"


Faedah-Faedah, Gangguan-Gangguan, dan Keutamaan Uzlah

Masalah ini berbeda menurut perbedaan orang-orangnya. Adapun faedah uzlah, ada kemungkinan untuk selalu melakukan ketaatan dan mengajarkan ilmu serta menghindari perbuatan­-perbuatan terlarang yang cenderung dilakukan manusia dengan pergaulan, seperti riya', ghibah, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar, meniru akhlak tercela, dan juga terlalu menekuni urusan-­urusan duniawi serta pekerjaan dan pabrik.


Faedah Pertama: Menekuni Ibadah, Berpikir, Menghibur Diri dengan Allah Ta'ala, Bermunajat kepada-Nya, dan Merenungkan Kerajaan Allah.
Hal itu bisa dilakukan dengan uzlah dan menjauhi masyarakat. Itulah sebabnya, seorang bijak berkata bahwa tidaklah seseorang mampu melakukan khalwat, kecuali bila menekuni Kitabullah. Orang-orang yang berpegang pada Kitab Allah adalah mereka yang beristirahat dari kepayahan dunia dengan mengingat Allah.
Orang yang mengingat Allah Ta'ala hidup dengan menyebut nama Allah dan mati dengan menyebut nama Allah serta bertakwa kepada Allah dengan menyebut nama Allah.
Tidaklah diragukan bahwa mereka ini terhalang oleh pergaulan untuk berpikir dan berzikir. Begitu aRasulullah SAW di awal dakwahnya beribadah di gunung Hira. Maka apabila seseorang tetap di dalam khalwat, hasilnya ialah ayang dikatakan oleh Al-Junaid ra.: "Aku berbicara dengan Allah selama 30 tahun di saat orang-orang menyangka bahwa aku berbicara dengan mereka."
Dikatakan kepada salah seorang dari mereka, "Kenapa engkau tinggal sendirian ?"
Ia menjawab, "Aku tidak sendirian, tetapi aku duduk di sisi Allah , Apabila aku ingin Allah berbicara kepadaku, maka kubaca kitab Allah ,dan apabila aku ingin berbicara kepada-Nya, maka akupun shalat." diceritakan bahwa ketika Uwais Al-Qarani sedang duduk, tiba-tiba datang kepadanya Haram bin Hayyan. Kemudian ia berkata, Kenapa Engkau datang?"
Haram menjawab, "Aku datang untuk menghibur diri denganmu."
Uwais berkata, "Aku tidak yakin bahwa seseorang mengenal Tuhan-nya, bila ia menghibur diri dengan orang lain."
Al-Fudhail berkata, "Apabila kulihat malam datang, akupun gembira dengannya dan aku katakan : Aku menyendiri dengan Tuhanku. Apabila aku lihat Subuh datang, maka aku pun merasa gelisah karena khawatir bertemu orang-orang dan datang kepadaku orang yang membuat aku lalai dari Tuhanku."
Malik bin Dinar berkata, "Barangsiapa tidak senang berbicara dengan Allah hingga meninggalkan pembicaraan dengan manusia, maka iapun sedikit amalnya dan buta hatinya serta menyia-nyiakan umurnya.


Faedah Kedua:
Menjauhi Maksiat-Maksiat yang Biasanya Menimpa Manusia dengan Pergaulan dan la Selamat darinya di dalam khlawat (Ghibah,Riya dan tidak Melakukan Amar Makruf Nahi Mungkar)
Ringkasnya, tidak dapat kita memutuskan bahwa lebih utama secara mutlak, tetapi berbeda-beda menurut perbedaan orang-orangnya.

Bersikap wajar adalah lebih utama, yaitu tidak menjauh sama sekali hingga luput sama sekali dari faedah-faedah yang tergantung pada pergaulan, dan tidak bergaul sebebas-bebasnya sehingga luput dari faedah-faedah uzlah.
Dengan uzlah hendaklah ia berniat menjauhi manusia dari keja­hatannya dan mengingat Tuhannya dengan segenap hatinya. Janganlah berangan-angan panjang sehingga nafsunya mengkha­yalkan panjang angan-angan. Hendaklah dengan uzlah ia berniat jihad akbar, yaitu jihad melawan nafsunya.
Sebagaimana dikatakan pada sahabat, "Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar."

Wednesday, October 8, 2008

DOA HARI JUM'AT


Amalan Hari Jum'at










Bismillahirr-rahmanir-rahim

Astagfirullahirullah,astagfirullah,astagfirullahal-`azhimal-­ladzi
la ilaha illa huwal-hayyal-qayyum ghaffaradz­ dzunubi sattaral-'uyubi wa atubu ilaih.
Ya khaira man dufinat fit-turabi a‘ zhamuhu
Fathaba min thibihinnal-qa’u wal-akamu
Nafsi fida'un liqabrin anta sakinuhu
Fihil-`afafu wa fihil-judu wal-karamu
Laulaka ma khuliqat syamsun wa la qamaru

wa la nujumun wa la lauhun wa la qalamu
Antal-habibul-ladzi turja syafa`atuhu
indash-shirathi idza ma zallatil-qidamu
Antal-habibul-ladzi turja syafa `atuhu
`Indal-ilahi idza mal-khalqu tazdahimu
fakun syafii idza ma tsirtu min jadatsi
fa-innani dhaifukum wadh-dhaifu yuhtaramu
Shalla ‘alaika ilahul-’arsyi ma thala’at
Syamsun wa hanna ilaikadh-dhallu was-salimu
Wal-alu wash-shahbu la nansahum abadan
Minnat-taradhdhi alaihim ma jaral-qalamu.

Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku memohon ampun kepada Allah, aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi senantiasa mengurus hamba-Nya, Penghapus doa, penutup aib, dan aku bertobat kepada-Nya.
Wahai orang terbaik yang dimakamkan di tanah termulia. Karena kebagusannya, bagus pula dasar dan Puncaknya. Jiwaku menjadi tebusan bagi kubur yang kau tempati. Menjaga diri, dermawan, dan mulia ada padanya .

Jika bukan karenamu,matahari dan bulan tak dicipta. Tak juga bintang, Lauhul-Mahfuzh, dan pena.
Engkaulah kekasih yang diharap syafa'atnya. Ketika di Shirath saat tergelincir kaki-kai manusia. Engkaulah kekasih yang di harap syafaa'atnya. Di sisi Tuhan, ketika berdesakan makhluk yang ada, jadilah kau pemberi syafa’atku saat aku bangkit dari kuburku. Karena aku tamumu, dan tamu patut di hormati.
Selama matahari terbit , Tuhan arsy bershalawat kepadamu. Orang sesat dan yang selamat sama rindu kepadamu.
Keluarga dan sahabatmu tak kami lupakan selamanya. Kami ridha kepada mereka selama pena catatan masih berjalan.

Wallahu subhanahu ghaniyyun jawwadun karimun yaqulu wa huwa ashdaqul-qa-ilin, "Wa idza sa'alaka 'ibadi 'anni fa'inni qaribun ujibu da 'watad-da 'i idza da'an."Fad'uhu

Allah SWT Mahakaya, Maha Pemurah, Maha mulia. Dia berfimian (dan DiaYang paling benar di antara yang berkata), "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku ,jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” Maka ,berdoa lah kepada-Nya.

Nas-aluka ya Allah , Rabbana taqabbal minna innaka antas-sami’ul-alim . Rabbana waj-`alna muslimaini laka wa min dzurriyyatina ummatam-muslimatal-laka wa arina manasikana wa tub ’alaina innaka antat-tawwabur-rahim.
Rabbana atina fid-dun-ya hasanataw-wafil-akhirati-hasanataw-waqina ’adzaban-nar.
Rabbana afrigh `alaina shabraw-wa-tsabbit aqdamana wanshurna 'alal –qaumil-kafirin.
Rabbana la tu-akhidzna in-nasina au akhtha’na,
Rabbana wa la tahmil `alaina ishran kama hamaltahu `alal-ladzina min qablina, rabbana wa la tuhammilna ma la thaqata lana bih, wa’fu ’anna waghfir lana warhamna, anta maulana fanshurna ’alal-qaumil-kafirin.


Kami memohon kepada-Mu, ya Allah, ya Tuhan kami, terimalah dari kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau,dan jadikanlah diantara anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau ,dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

YaTuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia den kebaikan di akhirat, den peliharalah kami dari siksa neraka.

Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir .

Ya Tuhan kami janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami ,janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak sanggup kami memikulnya. Ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, yang dekat dengan Yang dekat, kekasih dari Kekasih, juga kepada keluarga, sahabat,pengikut ,dan golongannya.

Ya Allah kami bertawasul kepada-Mu dan Engkau mengetahui apa yang disembunyikan oleh hati, juga apa yang kami lakukan. Kami lemah untuk bangkit menunaikan kewajiban-kewajiban kami terhadap-Mu, semangat kami pun lemah untuk mengerjakan apa yang telah di tunjukkan kepada kami oleh insan yang benar dan di benarkan (yakni Rasulullah SAW)., tetapi ketamakan kami kepada-Mu menyebabkan kami banyak meminta, husnuzh-zhan kami terhadap-Mu menggembirakan kami bahwa apa-apa yang menjadi cita cita akan tercapai, dan Engkau tidak butuh amal orang yang beramal tetapi Engkau pantas untuk memenuhi permintaan orang-orang yang meminta.
Kami memohon kepada-Mu ya Allah , dengan lisan yang mengakui keesaan-Mu, agar Engkau menjadikan kami tergolong hamba-hamba yang baik, Engkau bukakan ilmu bagi kami seperti terbukanya orang-orang yang arif, dan agar Engkau himpunkan untuk kami di dalam mengambil dari-Mu antara ‘ainul-yaqin dan haqqul-yaqin.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan-Nya kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.

Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW ,orang pertama yang menjumpai anugerah-Mu yang pertama dan kekasih termulia yang Engkau berikan keutamaan sehingga memiliki keutamaan. Juga kepada keluarganya, para sahabatnya, pengikutnya, dan golongannya, selama ia menjumpai-Mu, naik ke haribaan-Mu, menghadap-Mu, menyaksikan-Mu, dan berada disisi-Mu, dengan shalawat yang membuat kami dapat menyaksikan-Mu, dan berada si sisi-Mu, dengan shalawat yang membuat kami dapat menyaksikan-Mu dengannya dari cerminnya dan kami sampai dengannya ke hadirat-Mu dari hadirat dzaatnya, dengan menjaga adab yang sempurna terhadap-Mu dan terhadapnya dan dipenuhi bantuan batin maupun lahir dari-Mu dan darinya.

Ya Allah limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjurngan kami, Nabi Muhammad SAW, gudang amanah, kekasih yang Kau tinggikan kedudukannya, Kau jelaskan petunjuknya, Kau dirikan tiang-tiangnya ,penghimpun kesempurnaan, pelimpah pemberian, penjaga kebesaran, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para pengikutnya , dan golongannya.

Ya Allah limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, lisan ilmu dalam penyampaian dan pengenalan, penutur hikmah dalam majelis pengenalan dan pembebanan, juga kepada keluarga, sahabat, pengikut dan golongannya.

Ya Allah limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjurngan kami, Nabi Muhammad SAW, bukit tajalli-Mu, ekspresi nama-nama-Mu ,sifat-sifat-Mu, dan dzat-Mu, yang mendapat kemuliaan yang sempurna di sisi-Muyang diseru memiliki kesendirian dalam sifat-sifatnya, perbuatan-perbuatannya, dan dzatnya di hadapan dzat-Mu .Dalam kesendiriannya, ia ekspresi keesaan-Mu ;dalam menghadap, ia adalah kiblat penghadapan kepada-Mu. Kedekatannya dengan-Mu tak ada bandingnya.

Kemudian Engkau sebutkan kebagusan-kebagus­annya yang Engkau khususkan baginya sehingga orang yang memandang kebagusan-kebagusan itu pun menjadi tercengang. Masing-masing mengambil bagian dari kebagusan-kebagusan itu, dan ia tetap unggul. Ia sampaikan kepada orang-orang yang mulia sebagian rahasia kekasihnya yang Engkau perintahkan ia untuk menyampaikannya kepada mereka dan Engkau izinkan ia untuk menyebarkannya kepada mereka.

la adalah al-amin (orang terpercaya), dan keperca­yaan menjadi sifatnya. Ia orang mulia, dan kemuliaan merupakan akhlaknya. Ia limpahkan kepada orang yang Allah gembirakan, Iimpahan-Iimpahan anugerah-Mu. Lalu berkat kedudukan hamba yang didekatkan kepada-Mu ini, bersinarlah cahaya agama-Mu. Maka limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya wahai Tuhanku dengan rahmat yang berkelanjutan yang menambah kecemerlangan kepada ruhnya, dan yang membuat terbuka baginya sebuah pintu untuk naik karena kedekatannya dengan-Mu. sebagai tambahan atas Mi'raj yang telah Engkau berikan kepadanya, yang dengannya ia dapat memperoleh puncak cita-citanya.
Semoga, dari Mi'raj itu, kembali kepadaku dan kepada orang-orang yang cinta kepadaku hubungan yang sempuma dengannya dalam tampilan-tampiilan akhlaq, ilmu dan amalnya. Aku dapatkan dengan tampilan-tampilan itu kesatuan dzat dengannya .yang tidak hilang dari pandanganku kesaksiannya. Dan aku tidak datangi suatu sumber kecuali bila telah pasti bagiku kedatangannya. Karena, aku bersaksi kepada-Mu, malaikat-Mu, dan pengemban Arsy-Mu, bahwa aku mencintai-Mu dan mencitai kekasih ini karena kecintaan kepada-Mu.
Jika aku benar dalam pengakuan ini, kebenaran ini menruapakan kesukaan-Mu. Tetapi jika yang aku sebutkan itu hanya khayalanku, aku mohon kepada-Mu agar khayalan ini menjadi kenyataan yang menyusulkan aku dengan para shadiqin (orang-orang yang benar dalam pengakuan ke imanannya), wahai dzat yang paling penyayang di antara yang penyayang, wahai dzat yang paling penyayang diantara yang penyayang.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami ,Nabi Muhammad SAW, wasilah yang termulia kepada-Mu, hamba teragung yang Engkau de­katkan di sisi-Mu, juga kepada keluarganya, para saha­batnya, para pengikutnya dan golongannya .

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keseiahteraan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, orang yang Kau himpunkan baginya keutamaan awal dan akhir, dan Engkau tempatkan pada tempat yang membanggakan karena kedekatannya dengan-Mu, juga kepada keluar­ganya, para sahabatnya, para pengikutnya, dan golong­annya, dengan rahmat yang membuat kami dapat menaiki jalan kecintaannya dan mendapatkan bagian yang ba­nyak dari pertolongan-Mu yang khusus dengan perantara pertolongannya.

Ya Alah, sesungguhnya kami bertawasul kepada-Mu dan Engkau mengetahui apa yang disembunyikan oleh hati, juga apa yang kami ucapkan dan apa yang kami lakukan. Kami lemah untuk bangkit menunaikan kewajiban-kewajiban kami terhadap-Mu, semangat kami pun lemah untuk mengerjakan apa yang telah di tunjukkan kepada kami oleh insan yang benar dan di benarkan ( yakni Ra­sulullah SAW ), tetapi ketamakan kami kepada-Mu me­nyebabkan kami banyak meminta, husnuzh-zhan kami terhadap-Mu menggembirakan kami bahwa apa yang menjadi cita-cita akan tercapai, dan Engkau tidak butuh amal orang yang beramal tetapi Engkau pantas untuk memenuhi permintaan orang-orang yang meminta.

Kami memohon kepada-Mu, ya Allah, dengan lisan yang mengakui keesaan-Mu, agar Engkau menjadikan kami tergolong hamba hamba yang baik, Engkau bukakan ilmu bagi kami seperti terbukanya orang-orang yang arif, dan agar Engkau himpunkan untuk kami di dalam mengambil dari-Mu antara ainul-yaqin dan haqqul-yaqin.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah memerintahkan kami untuk berdoa dan menjanjikan penerimaan. Dan ini lisan –lisan kami menuturkan apa yang Engkau buat aku menuturkannya dan anggota-anggota tubuh kami melakukan apa yang Engkau tunjukkan . Maka , terimalah ya Allah amal yang dilakukan oleh anggota-anggota tubuh kami dan doa yang yang dituturkan oleh lisan-lisan kami.

Ya Allah, bimbinglah kami dalam mencintai-Mu kepada jalan yang Engkau sukai dan Engkau ridhai, dan jadikanlah kami tennasuk orang-orang yang memaksa untuk dirinya mengabdi kepada-Mu dan menyucikan diri.

Ya Allah, istirahatkanlah kami dari mencintai dunia menuju kenikmatan yang berhubungan dengan-Mu, te­tapkanlah kami dengan hakikat kebenaran yang sem­puma dalam bergaul dengan-Mu, hiburilah kesepian kami di negeri ini (di dunia) dan di negeri itu (di akhirat) dengan jiwa kecintaan denganMu, tuanglah ke dalam hati kami apa yang telah Engkau tuangkan ke dalam hati orang-­orang yang khusus dari golongan-Mu, jadikanlah tempat kembali kami adalah kepada-Mu, baik dalam keadaan sendiri maupun di hadapan orang, dan jadikanlah ke­tergantungan kami adalah kepada-Mu dalam melak­sanakan tugas-tugas ibadah.

Ya Allah, jadikanlah kekayaan kami adalah dalam memenuhi perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu, dan jadikanlah cita-cita kami sebagaimana cita-cita hamba­ hamba pilihan-Mu.

Ya Allah, aku bersaksi kepada-Mu, malaikat-Mu, dan pengemban Arsy-Mu, bahwa aku mencintai-Mu dan mencintai kekasih ini karena kecintaan kepada-Mu.

Jika aku benar dalam pengakuanku ini, kebenaran ini merupakan kesukaan-Mu.Tetapi jika yang aku sebut­kan itu hanya khayalanku, aku mohon kepada-Mu agar khayalan ini menjadi kenyataan yang menyusulkan aku dengan para shadiqin (orang-orang yang benar dalam pengakuan keimanannya), wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang, wahai Dzat Yang paling Penyayang di antara yang penyayang.

Aku berdoa kepada-Mu dengan kalimat-kalimat ini dan aku berharap kepada-Mu agar Engkau menerima doa-doa ini , wahai dzat yang menunjukkan aku sebelum aku minta petunjuk ,wahai dzat yang datang kepadaku sebelum aku minta datang menghadap. Buatlah aku begitu ber­harap akan kedatangan-Mu kepadaku ketika aku mem­belakangi, sehingga aku bentangkan di hadapan-Mu bentangan pengakuan dan kefakiran , juga bentangan kebutuhan dan kedaruratan yang amat sangat . Aku mempunyai kebutuhan-kebutuhan kepada-Mu yang Engkau ketahui, dan aku memiliki sangkaan-sangkaan yang baik terhadap-Mu yang Engkau ketahui.

Menghitung kebutuhan-kebutuhan itu saja suatu yang sulit bagiku, tetapi untuk memenuhinya sangat mudah bagi-Mu. Dan kebutuhanku yang terbesar adalah agar Engkau mencatatkan (menetapkan) aku termasuk orang-orang yang Engkau cintai dan menjadikan aku dalam setiap keadaanku termasuk orang-orang yang selalu berhubungan dengan-Mu dengan hubungan yang sempurna yang membuat aku dapat mencapai kedudukan orang yang benar hubungannya dengan-Mu dan aku dapat menghadiri tempat-tempat kehadiran mereka yang mulia di sisi-Mu.

YA Allah , sesungguhnya halangan-halangan yang merintangi aku dari-Mu adalah perkara yang sangat me nyusahkanku, dan musuh-musuh yang menghalangi antara aku dan Engkau telah menyedihkanku. Maka aku memohon kepada-Mu agar Engkau merintangi mereka dariku sebagaimana mereka telah merintangi aku dari-Mu, dan agar Engkau menjauhkan mereka dariku sebagaimana mereka telah menjauhkan aku dari-Mu. Wahai dzat yang senantiasa menolong, dari orang yang menghalangi antara aku dan Engkau. Wahai dzat yang senantiasa menolong ,dari orang yang senantiasa menyibukkan aku dari-Mu.Wahai dzat yang menolong dari setiap dosa yang menjauhkan aku dari hadirat-Mu. Wahai dzat yang menolong ,dari setiap dosa yang membuat Engkau tidak ridha kepadaku.

Ya Allah, ridhailah aku, karena sesungguhnya aku telah menjulurkan tangan kebutuhanku, sangat mengharapkan keridhaan-Mu, dan aku telah menghadap kepada-Mu sekalipun aku tidak dapat menghadap kepadaMu sebaik orang yang Engkau ridhai dan ridha kepada-Mu.Karena sesungguhnya aku menempati tempat ber-doa. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan-Nya kepada junjungan kami,Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Tuesday, October 7, 2008

DOA HARI SABTU,AHAD DAN SENIN

Doa-doa yang berasal dari ayat-ayat Al-Quran. Tak diragukan lagi, doa­ doa yang berasal dari Al-Quran adalah doa­ doa terbaik dan paling afdhal untuk diamalkan.
Doa-doa yang dibaca setelah doa­ doa dari Al-Quran itu isinya sangat menyen­tuh dan dapat menambah kekhusyu'an jika kita meresapi maknanya ketika membaca­nya. Sedangkan kita mengetahui bahwa kekhusyu'an dalam berdoa adalah sesuatu yang sangat penting dan menjadi salah satu yang menentukan diterima atau tidaknya doa yang dipanjatkan. Jika kita menjadikannya sebagai amal­an rutin, selain manfaat doa secara umum yang telah kita ketahui, ada juga manfaat lain yang kita peroleh. Yakni, kita akan ba­nyak hafal doa-doa dalam Al-Quran, sehingga kita pun bisa membacanya dalam shalat. Membaca doa-doa dari Al-Quran di luar sha­lat saja sudah memiliki kelebihan tersen­diri; apalagi jika membacanya dalam shalat. Itulah salah satu manfaatnya. Semoga kita dapat mengamalkannya dan meraih ke­berkahannya.

HIZIB HARI SABTU
(Ud,u rabbakum tadharru,aw-wakhufyah, Innahu la yuhibbul-mu, tadin. Wa la tufsidu
fil-ardhi ba,da ishlahiha). Wad,,uhu. Nasaluka ya Allah.
(Rabbana la tuzigh qulubana ba,da idz hadaitana wa hab lana mil-ladunka rah­matan innaka antal-wahhab).
(Rabbana innana amanna faghfir lana dzunubana wa qina ,adzaban-nar).
(Rabbi hab li mil-ladunka dzurriyyatan thayyibah, innaka sami,ud-du,a,).
(Rabbana amanna bima anzalta wat­taba,nar-rasula faktubna ma,asy-syahidin).
(Rabbana afrigh,alaina shabraw watsabbit aqdamana wanshurna,alal-qaumil-kafirin).
Berdoalah kepadaTuhanmu dengan beren­dah diri dan suara yang lembut. Sesung­guhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui Batas. Dan janganlah ka­lian berbuat kerusakan di muka bumi se­telah memperbaikinya.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadi­kan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi karunia.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah kami dari segala dosa kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka.
YaTuhanku, berilah aku dari sisi-Mu se­orang anak yang balk. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.
Ya Tuhan kami, kami telah beriman ke­pada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masuk­kanlah kami ke dalam golongan orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah).
Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, kukuhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.

Bismillahir-rahmanir-rahim.
Allahumma innaka arsyadta ilad-du,a,i wa wa,adtal-ijabata, wa hadzihi alsina­tuna nathaqat bima anthaqtaha wa jawa­rihuna sa,at fima waffaqtaha, faqabililla­humma ma sa,at fihil jawarihu minal-,amali bil-qabuli wa ma nathaqat bihil-alsinatu minad-du,ai bil-istijabah.
Allahumma khudz bina fi mahabbatika sa­bilan tuhibbuha wa tardhaha, waj-,alna mim­man qahara nafsahu,ala khidmatika wa zak­kaha.
Wa shallallahu, ala sayyidina Muham­madin wa,ala alihi wa shahbihi wa sallama wal-hamdu lillahi rabbil-,alamin.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menunjukkan untuk berdoa dan menjanji­kan penerimaannya. Dan ini lisan-lisan kami menuturkan apa yang Engkau buat aku me­nuturkannya dan anggota-anggota tubuh kami melakukan apa yang Engkau tunjuk­kan. Maka terimalah, ya Allah, amal yang dilakukan oleh anggota-anggota tubuh kami dan doa yang dituturkan oleh lisan-lisan kami.
Ya Allah, bimbinglah kami dalam men­cintai-Mu kepada jalan yang Engkau sukai dan Engkau ridhai, dan jadikanlah kami termasuk orang yang memaksa diri untuk mengabdi kepada-Mu dan menyucikan diri.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Segala puji milik Allah, Tuhan sekalian alam.

HIZIB HARI AHAD

(Wa lillahil-asma,ul-husna fad, uhu biha). Ud uhu.
(Rabbana ma khalaqta hadza bathilan sub­hanaka faqina,adzaban-nar).
(Rabbana innana sami,na munadiyay-yu­nadi lil-imani an aminu birabbikum fa amanna. Rabbana faghfir lana dzunubana wa kaffir,anna sayyi-atina wa tawaffana ma,al-abrar).
(Rabbana wa atina ma wa,adtana,ala rusulika wa la tukhzina yaumal-qiyamah, innaka la tukhliful- mi’ad)
Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu. YaTuhan kami, tidaklah Engkau mencipta­kan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan yang menyeru kepada iman (yaitu), "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kami pun beriman.YaTuhan kami, ampunilah kami atas dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
Ya Tuhann kami, ampunilah kami atas dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan­-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan ja­nganlah Engkau hinakan kami di hari kia­mat. Sesungguhnya Engkau tidak menya­lahi janji.

Bismillahir-rahmanir-rahim.
Allahumma arihna min hubbid-dunya bi­-na`imi muwashalatika wa haqqiqna bi haqi qatish-shidqil-kamili fi mu`amalatika wa anis wahsyatana fi hadzihid-dari wa fi tilkad-­dari bi ruhit-ta`alluqi bika wa afidh 'ala qu­lubina ma afadhtahu `ala qulubil-khashshati min hizbika waj`al munqalabana ilaika fil­ghaibi wasy-syahadah wa timadana `alaika fil-qiyami biwazhaifil-`ibadah, birahmatika ya arhamar-rahimin. Wa shallallahu 'ala sayyidina Muhammadin wa `ala alihi wa shahbihi wa sallam wal-hamdu lillahi rabbil­`alamin.
Ya Allah, istirahatkanlah kami dari men­cintai dunia dengan kenikmatan berhu­bungan dengan-Mu, tetapkanlah kami de­ngan hakikat kebenaran yang sempurna dalam bergaul dengan-Mu, hiburlah kese­pian kami di negeri ini (di dunia) dan di ne­geri itu (di akhirat) dengan jiwa kecintaan dengan-Mu, tuanglah ke dalam hati kami apa yang telah Engkau tuangkan ke dalam hati orang-orang yang khusu dari golongan­Mu,jadikanlah tempat kembali kami adalah kepada-Mu, baik dalam keadaan sendiri maupun di hadapan orang, dan jadikanlah ketergantungan kami adalah kepada-Mu dalam melaksanakan tugas-tugas ibadah, berkat rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Segala puji milik Allah, Tuhan sekalian alam.

(Qulid-,ullaha awid-,ur-rahmana ayyam­ma tad, u falahul-asma-ul-husna). Ud, uhu. Nas-aluka Ya Allah:
(Rabbana anzil,alaina ma,idatam­minas-sama,i takunu lana ,idal-li awwalina wa akhirina wa ayatam-minka warzuqna wa anta khayrur-raziqin).
(Rabbana zhalamna anfusana wa il-lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal-khasirin. Rabbana la taj,alna ma,al­qaumizh-zhalimin).
(Rabbij-,al hadzal-balada aminaw­ wajnubni wa baniyya an-na,budal-ashnam). (Rabbana liyuqimush-shalata faj,al af,ida­tam-minan-nasi tahwi ilaihim war-zuqhum­minats-tsamarati la, allahum yasykurun). (Rabbij-,alni muqimash-shalati wa min dzurriyyati , rabbana wa taqabbal du,a)

(Rabbanagh-fir li wa liwalidayya wa lill­mu,minina yauma yaqumul-hisab).
(Rabbi adkhilni mudkhala shidqiw-wa akhrijni mukhraja shidqiw-waj-,al li mil­ladunka sulthanan-nashira).
Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai AI-Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) " Serulah Dia.
Kami memohon kepada-Mu, ya Allah. YaTuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersa­ma kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Beri rizqilah kami, dan Engkaulah Pemberi Rizqi Yang Paling Utama.
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang yang merugi. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan kami bersama kaum yang zhalim.
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mak­kah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak-cucuku dari menyembah berhala.
Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizqilah mereka dari buah-­buahan, mudah-mudahan mereka ber­syukur.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak­ cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat.
YaTuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu-bapakku dan sekalian orang­-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).
Ya Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar, dan keluarkanlah (pula) aku dengan cara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.

HIZIB HARI SENIN

Allahumma shali wa sallim ala sayyidina Muhammadinil-habibil-mah-bubi li kulli mahbubin wa,ala alihi wa shahbihi wa tabi,ihi wa hizhibi.
Allahummaj-,al ghinana fimtitsali amrika wajtinabi nahyika wa amalana haitsu ta,allaqat amalush-shafwati min, ibadik.
Allahumma inna lana fit-ta,alluqi bika ma ta,lamuhu minna wa fit-tawajuhi ilaika ma la yakhfa amruhu alaika wasualu muqaddimatun lid-dukhuli wat­ta,alluqu sababun lil-wushuli wa dha­,fus-sababi la yuqdha bil-hirmani wa hal jazaul-ihsani illal-ihsan.
Wa shallalahu, ala sayyidina Muhammadin wa,ala alihi wa shahbihi wa salam. Wal-hamdulillahi rabbil-alamin
Ya Allah , limpahkanlah rahmat dan kesejahteraaan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, kekasih yang di kasihi bagi setiap yang di kasihi, juga kepada keluarga,para sahabat,pengikut, dan golongannya.
Ya Allah jadikanlah kekayaan kami adalah dalam memenuhi perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu, dan jadikanlah cita-cita kami sebagaimana cita-cita hamba-hamba pilihan-Mu.
Ya Allah sesungguhnya dalam mencintai-Mu kami memiliki apa yang Engkau ketahui pada kami, dan dalam menghadap-Mu kami memiliki apa yang Kau ketahui pula. Dan permintaan adalah pengantar untuk masuk, kecintaan adalah sebab untuk sampai dan lemahnya sebab tidaklah dibayar dengan pencegahan (tidak mendapat­kan apa yang diminta atau diharap­kan). Dan adakah balasan kebaikan selain kebaikan juga?
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta ke­luarga dan para sahabatnya. Segala puji milik Allah, Tuhan sekalian alam.

Wahai Tuhan, Pemilik sifat-sifat yang mulia.
Aku berdiri di hadapan-Mu mengharap anugerah
Di bawah pintu harapan, berdiri aku yang hina
Tolonglah aku aku mencapai tujuan sebelum kematian tiba
Pintu harapanku adalah Rasul yang mulia.
Dialah penolongku dan penolong setiap makhluk yang ada
Tolonglah aku dengan kemuliaannya
Dan sampaikanlah keinginan hati ham­ba
Dan satukanlah ia dengan bahagia dan penuh cahaya
Dengan inti keturunan Hasyim yang mulia
Dengan kehadiran yang benar dalam urusan semuanya
Yang kami maksud dan kebenaran se­mua niat yang ada
Tuhan, tempatkanlah kami di jalan para pemuka
Yang menempuh ketaqwaan pada jalan yang rata
Tuhan kami, berilah kami petunjuk yang nyata
Seperti Kau tunjukkan kepada para pe­mimpin arif yang istimewa
Jadikanlah ilmu bagi kami sebagai pe­doman
Dalam memahami rahasia sebagai makna kebersamaan
Pelihara hati kami dari dihampiri setan
Juga oleh nafsu, keinginan, dan keren­dahan

Sedangkan munajatnya adalah sebagai berikut:

Wahai Dzat yang melihat kerendahan dan kelemahanku
Kembalilah pada hamba yang di ha­dapannya tertutup semua pintu
Bimbinglah aku kepada-Mu dengan husnuzh-zhan diriku
Jalannya kaum yang ikhlas dan kem­bali pada-Mu
Tak ada amal apa pun pada diriku, Wahai Yang Maha Pemberi, selain hus­
nuzh-zhan kepada-Mu
Wahai tempat berlindung, dengan anugerah-Mu terimalah doaku
Berikanlah aku rasa aman, karena aku -masih ragu
Aku telah bertaubat, maka terimalah taubatku
Karena Engkau Maha Menerima Taubat hamba-Mu

Wahai Yang Maha Menerima Taubat, terimalah taubat kami, kasihanilah kami, dan pandanglah kami , wahai Yang paling penyayang di antara yang penyayang . Kasihanilah kami dan kaum muslimin semuanya (Katakan­lah, "Serulah Allah atau serulah Ar­ Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al ­Asmaul-Husna, nama-nama terbaik, dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu, dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu:' Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan­Nya, dan Dia bukan pula hina yang me­merlukan penolong, dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebe­sar-besarnya.").

Kemudian tambahkan dengan ba­caan berikut:
Astaghfirullahal-,azhima wa atubu ilaih li wa liwalidayya wa lil-muslimina wal-muslimat (27-70 x)

Aku memohon ampun kepada Allah, Yang Mahaagung, dan aku bertaubat kepada-Nya bagiku, bagi kedua orang­tuaku, serta bagi muslimin dan mus­limat.

Thursday, September 25, 2008

Amalan Idul Fitri

Doa dan Zikir di Hari Kemenangan

Tak terasa, kita telah berada di penghujung Ramadhan 1429 H, dan sebentar lagi menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Hari ke­menangan bagi mereka yang telah ber­hasil menyelesaikan ibadahnya di bu­lan suci Ramadhan dengan sebaik­ baiknya. Tetapi kemenangan itu bukan berarti kebebasan dalam arti membe­baskan diri dari upaya mengekang ha­wa nafsu. Kemenangan itu justru ha­ruslah dipandang sebagai langkah awal untuk menapak hari-hari yang lebih baik di bulan-bulan selanjutnya dalam menjalankan perintah agama.

Karena itulah, Hari Raya `Idul Fitri semestinya menjadi kelanjutan dalam meningkatkan ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Tanpa harus menghilangkan perasaan senang dan bahagia di hari raya, sebaiknya kita mengamalkan apa yang dituntunkan oleh agama dalam mengisi hari yang membahagiakan ini.
Yang perlu diketahui, Hari Raya 'Idul Fitri, baik malam maupun siang­nya, sebagaimana juga 'Idul Adha, ter­masuk saat yang mustajab untuk ber­doa. Karenanya, sangat disayangkan apabila kita biarkan berlalu begitu saja tanpa mengisinya dengan berbagai iba­dah dan amal kebaikan.
Untuk itu, dalam bonus kali ini ka­mi persembahkan kepada Anda ber­bagai dzikir dan doa yang bagus untuk kita amalkan di hari bahagia ini. Se­moga kita dapat mengamalkannya un­tuk menyempurnakan ibadah bulan Ra­madhan, dan agar kita benar-benar da­pat kembali pada kesucian sebagaimana yang menjadi harapan.
Amalan Hari Raya `Idul Fitri
Para ulama menyebutkan bebe­rapa amalan yang dapat kita lakukan pada Hari Raya `Idul Fitri, baik malam maupun siangnya, yang sebagiannya berasal dari hadits-hadits dan sebagi­an lagi dianjurkan oleh salafush sha­lih. Berikut sebagian di antaranya.

Menghidupkan Malam 'Idul Fitri

Berdasarkan hadits-hadits yang ada, disunnahkan kita menghidup­kan malam `Idul Fitri, sebagaimana juga malam `Idul Adha, dengan ba­nyak berzikir kepada Allah, mem­baca takbir, melakukan shalat, ber­doa, beristighfar, dan mengerjakan ketaatan-ketaatan lainnya. Juga di­sunnahkan banyak bersedekah.
Lafal takbir pada dasarnya ada­lah demikian:
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.
"Allah Mahabesar, Allah Mahabe­sar, Allah Mahabesar. Ticlak ada Tuhan melainkan Allah dan Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan segala puji milik Allah"

Dan menurut Imam Syafi'i, lebih bagus jika ditambahkan dengan ka­limat-kalimat berikut ini:

Allahu akbar kabira, wal-hamdu lil­lahi katsira, wa subhanallahi bukrataw­wa ashila, la ilaha illallahu wa la na `budu ills iyyah, mukhlishina lahud­dina walaw karihal-kafirun, la ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa `dah, wa nashara 'abdah, wa hazamal-ahzaba wahdah, la ilaha illallahu wllahu akbar.

"Allah Mahabesar, sangat besar. Se­gala puji milik Allah, sungguh banyak se­kali. Mahasuci Allah, baik di pagi hari maupun di petang hari. Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Tak ada yang kami sembah melainkan Dia, dengan ikhlas menjalankan agama karena-Nya sekali­pun orang-orang kafir membenci. Tidak ada Tuhan melainkan Allah semata, Dia menepati janji-Nya, menolong hamba­Nya, menghancurkan sendiri sekutu ­sekutu musyrikin. Tidak ada Tuhan me­lainkan Allah dan Allah Mahabesar."
Kita mengumandangkan takbir di mana saja, baik di rumah, di masjid, di j alan jalan umum, di majelis-ma­jelis khusus, dan di mana saja di tem­pat yang layak untuk itu, karena tak­bir merupakan syiar hari raya.

Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah
Niat mengeluarkan zakat adalah wajib dan niat itu letaknya di dalam hati sebagaimana pada ibadah-ibadah yang lain. Jadi, jika di dalam hati su­dah berniat, itu sudah cukup. Tetapi disunnahkan melafalkannya dengan lisan. Lafal niat zakat fitrah untuk diri sendiri adalah sebagai berikut:

Nawaytu an ukhrija zakatal-fithri `an nafsi fardhan lillahi ta`ala.

"Aku berniat mengeluarkan zakat fit­rah atas nama diriku sebagai kewajib­an karma Allah Ta'ala."

Jika zakat dikeluarkan atas nama orang lain, kata nafsi (diriku) diganti sesuai dengan orang yang dizakati, misalnya zawjati (istriku), waladi (anakku), walidi (ayahku), atau di­sebutkan namanya. Jika dirasakan sulit, tak apa-apa melafalkannya de­ngan bahasa Indonesia atau bahasa lain yang dipahami.

Doa setelah Mengeluarkan Zakat
Disunnahkan bagi orang yang mengeluarkan zakat, shadaqah, nadzar, kifarat, dan semacamnya,
mengucapkan doa berikut setelah mengeluarkannya:
Rabbana taqabbal minna, innaka antas-sami `ul-`alim.

"Tuhan Kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Men­dengar lagi Maha Mengetahui."

Doa Penerima Zakat

Sedangkan bagi yang menerima zakat, baik menerima untuk dirinya sendiri maupun sebagai amil yang akan menyalurkannya, dianjurkan mengucapkan doa berikut kepada orang yang menyerahkan zakat:

Ajarakallahu fima l a'thaita wa ja`­alahu laka thahuran wa baraka laka fima abqayta .

"Semoga Allah memberikan ganjar­an atas apa yang telah engkau beri­kan, menjadikannya sebagai penyuci bagimu, clan memberkahimu pada har­ta yang engkau sisakan.

Hal-hal yang Disunnahkan pada Hari Raya `Idul Fitri
Diantarayang disunnahkan pada Hari Raya 'Idul Fitri adalah makan sedikit sebelum pergi shalat `Idul Fitri. Sebaliknya pada Hari Raya `Idul Adha, kita disunnahkan untuk tidak makan apa-apa sampai selesai shalat 'Id. Disunnahkan pula mandi dan menggunakan wangi-wangian pada pagi hari raya serta memakai pakaian terbaik yang kita miliki.
Hal lain yang disunnahkan adalah pergi ke tempat shalat `Id dengan membaca takbir dan terus-menerus bertakbir hingga imam masuk sha­lat. Dan yang utama menurut sun­nah, pergi dan kembali dari shalat tidak melalui jalan yang sama.

Shalat `Idul Fitri
Shalat `Idul Fitri, sebagaimana juga shalat 'Idul Adha, menurut jum­hur ulama, hukumnya sunnah mu­akkadah (sunnah yang sangat di­tekankan). Dan sunnah menunai­kannya secara berjamaah. Boleh juga mengerjakannya sendiri, tapi itu kurang utama. Sekurang-kurangnya berjamaah adalah dua orang, yakni imam dan makmum. Tetap disunnahkan dua khutbah bagi orang yang melakukannya dengan berjamaah, meskipun hanya berdua.
Menurut para ulama Madzhab Syafi'i, shalat `Id lebih utama dikerja­kan di masjid, karena merupakan tempat yang termulia. Sedangkan para ulama di luar Madzhab Syafi'i pada umumnya berpendapat bahwa shalat `Id lebih utama dilakukan di tanah lapang yang luas dan suci, agar suara takbir membahana.
Ketika pergi ke tanah lapang atau ke masjid untuk menunaikan shalat 'Idul Fitri, disunnahkan kita berja­lan kaki seraya mengucapkan takbir dengan nyaring dan terus-menerus. Selain itu, yang utama menurut sun­nah, kita pergi dan kembali dari sha­lat `Id tidak melalui jalan yang sama.
Sebelum melakukan shalat 'Idul Fitri, kita disunnahkan makan se­dikit terlebih dahulu. Berbeda de­ngan ketika akan pergi shalat 'Idul Adha, disunnahkan kita tidak ma­kan apa-apa sampai kembali dari shalat.
Dan amat disukai pula kita mandi dan memakai wangi-wangian pada pagi hari raya ini serta memakai pakaian terbaik yang kita miliki. Al­Hasan bin Ali, cucu Rasulullah SAW, meriwayatkan, "Pada setiap hari raya, Rasulullah SAW menyuruh kami agar mengenakan pakaian terbaik yang kami miliki, memakai minyak wangi terbaik yang kami punyai, dan menyembelih hewan qurban termahal yang kami mampu sediakan."
Disunnahkan pula mengajak ka­um perempuan yang dewasa maupun yang masih remaja, telah bersuami maupun yang masih gadis, demikian pula anak-anak, untuk menghadiri shalat hari raya. Bahkan, wanita yang sedang haid pun dianjurkan ha­dir, untuk mendengarkan khutbah. Tetapi jika pelaksanaannya di dalam masjid, wanita yang sedang haid itu harus mencari tempat tersendiri, tidak masuk ke dalam masjid.
Yang perlu diperhatikan, wanita yang akan melakukan shalat `Id ti­dak boleh memakai pakaian yang berlebihan, tidak berdandan secara mencolok, dan tidak memakai wangi­ wangian yang kuat aromanya, kare­na akan menjadikan mereka sebagai sumber fitnah (godaan). Artinya, kaum laki-laki mungkin akan tergo­da oleh penampilan yang demikian dan mungkin juga akan menggoda, sehingga merugikan kedua pihak.
Shalat `Idul Fitri dikerjakan dua rakaat, seperti shalat yang lain, dan tidak ada shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kecuali, apabila dilaku­kan di masjid, tetap disunnahkan melakukan shalat Tahiyyatul Mas­jid sebelum duduk.
Pada shalat `Id tidak ada adzan dan iqamah, karena hal itu tidak di­contohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah, ia mengatakan, "Aku per­nah melakukan shalat `Id bersama Nabi SAW, bukan hanya sekali-dua kali, tanpa adzan dan iqamah." (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan At­-Tirmidzi)). Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas dan Jabir, "Belum pernah dilakukan adzan dan iqamah pada Hari Raya `Idul Fitri dan `Idul Adha." (HR Ahmad, Al-Bukhari, dan Muslim).

Pada setiap rakaat sebelum mem­baca surah Al-Fatihah, kita disun­nahkan membaca beberapa takbir tambahan. Pada rakaat pertama, kita membaca tujuh kali takbir (se­lain takbiratul ihram) setelah mem­baca doa Iftitah. Dan pada rakaat ke­ dua, membaca lima kali takbir selain takbir ketika bangkit dari sujud.
Mengenai apa yang dibaca di an­tara satu takbir dan takbir lainnya, ada beberapa pendapat, sebagaimana yang diuraikan oleh An-Nawawi da­lam kitabnya, al-Adzkar. Menurut mayoritas ulama, kita disunnahkan mengucapkan kalimat berikut: :
Subhanallahi wal-hamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar.

"Mahasuci Allah, dan segala puji bagi-Nya. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Allah Maha­besar."

Tetapi ada pula ulama yang ber­pendapat bahwa yang dibaca adalah kalimat ini:
La ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu biya­dihil-khair, wa huwa `ala kulli syai-in qadir.

"Tiada Tuhan (yang berhak disem­bah) selain Allah semata, tiada sekutu apa pun bagi-Nya. Bagi-Nya-lah kera­jaan (kekuasaan) dan bagi-Nya jualah segala pujian. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."

Ada pula yang mengatakan bahwa yang dibaca adalah kalimat berikut:

Allahu akbar kabira, wal-hamdu lil­lahi katsira, wa subhanallahi bukrataw­ wa ashila

"Allah Mahabesar, besar sekali. Se­gala puji milik Allah, sungguh banyak
sekali. Mahasuci Allah, baik di pagi hari maupun di petang hari"

Kita dapat memilih bacaan yang mana saja di antara bacaan-bacaan di atas. Seandainya semua bacaan tersebut tidak dibaca, bahkan bila takbir-takbir tambahan itu juga ti­dak dibaca, shalatnya tetap sah dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Hanya saja tidak mendapatkan ke­utamaan.
Jika imam lupa membaca takbir­ takbir itu sampai membaca Al-Fati­hah, menurut pendapat yang sha­hih, ia tidak perlu mengulangi untuk membaca takbir-takbir itu. Sedang­kan bagi makmum yang ketinggalan, jika imam sudah membaca beberapa kali takbir, ikutilah takbir yang di­ucapkan imam, tidak perlu diulangi yang tertinggal.

Mengenai surah yang dibaca, di­sukai sesudah membaca Al-Fatihah kita membaca surah AI-A’la pada ra­kaat yang pertama, dan pada rakaat yang kedua sesudah Al-Fatihah membaca surah Al-Ghasyiyah.
Sedangkan di dalam khutbahnya, khatib disunnahkan membaca takbir sembilan kali di awal khutbah yang pertama dan kemudian membaca takbir tujuh kali di awal khutbah yang kedua. Jadi sama dengan yang dilakukan ketika khutbah 'Idul Adha. Dan sangat baik khutbah itu diakhiri dengan firman Allah:

Subbhana rabbika rabbil-'izzati `am­ma yashifuna wa salamun `alal-mur­salina wal-hamdu lillahi rabbil-alamin.

"Mahasuci Tuhan-Mu, yang mempu­nyai kebesaran dari apa yang mereka sifatkan, dan kesejahteraan semoga terlimpah atas para rasul, clan segala pujian itu milik Allah, Pemelihara se­luruh alam."

Bacaan pada Hari Raya

Bacaan berikut sangat baik dibaca pada pagi Hari Raya 'Idul Fitri dan juga Hari Raya 'Idul Adha:

Astaghfirullahal –‘azhim (100 x)

“Aku memohon ampun kepada Allah, yang Maha Agung”

Subhanallahi wa bihamdih (300 x)
"Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya.”

Allahumma inni ahdaitu tsawaba hadzihit-tasbihati li amwatil-muslimina wal-muslimcit. (3 x)
“Ya Allah aku hadiahkan pahala tasbih ini untuk muslimin dan mulimat yang telah wafat.”
Di dalam kitab Al- Wasail Asy-Sya­fi'ah fi Al-Adzkar wa Al -Adiyyah li Al­-Asbab Al-Waqiah halaman 215-216, karya Habib Muhammad bin Ali Khird, disebutkan, di antara doa yang dapat dibaca pada hari raya adalah doa ini:
Allahumma inni as-aluka 'aysyatan taqiyyatan wa maytatan sawiyyatan wa maraddan ghayra mukhzin wala fadhih. Allahumma la tuhlikna faj-atan wala ta'khudzna baghtatan wala tu’jilna `an haqqin wa washiyyah. Allahumma inna nas-alukal-`afafa wal-ghina wat-tuqa wal-huda wa laa husna `aqibatil-akhirati wal-ula, wa na `udzu bika minasy-syakki wasy-syiqaqi war-riya-i was-sum`ati fi dinika ya muqallibal-qulub. (Rabbana la tuzigh qulubana ba `da idz hadaytana wa hab lana min ladunka rahmah. Innaka antal-wahhab).

"Ya Allah, sesungguhnya aku me­mohon kepada-Mu kehidupan yang bertaqwa, kematian yang benar, dan sebab yang tidak memalukan dan tidak pula membuka aib. Ya Allah. janganlah Engkau binasakan kami dengan tiba-tiba dan janganlah Eng­kau cabut kami dari kebenaran dan nasihat. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu sifat iffah (suka menjaga diri), kekayaan, ketaqwaan, petunjuk, dan akhir yang baik di dunia dan di akhirat. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keraguan, pertikaian, riya', dan sum'ah (melakukan sesuatu karena ingin didengar orang) dalam agama-Mu, wahai Dzat Yang mem­bolak-balikkan hati (Ya Tuhan kami.. janganlah Engkau simpangkan hati ­hati kami setelah Engkau berikan pe­tunjuk kepada kami, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguh­nya Engkau Maha Pemberi anugerah)."

Di dalam kitab itu pula dikutip ucapan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menganjurkan agar kita membaca ayat-ayat berikut pada hari raya sebanyak tujuh puluh kali atau empat puluh kali:
Rabbana zhalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanaku-nanna minal-khasirin. Faghfir lana warhamna wa anta khayrur-rahimin.
“ Ya Tuhan kami, kami telah menaniaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan mem­beri rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi (QS AI-A'raf: 23). Maka ampunilah kami dan kasihilah kami, dan Engkau ada­lah sebaik-baik yang mengasihi (QS AI-Mu'minun: 109).

Kemudian membaca ayat ini dua puluh kali:

Walladzi athma’u an yaghfira li kha-ti-ati yawmad-din

”Dan yang amat kuinginkan akan mengampuniku atas kesalahanku pada hari kiamat.” (QS Asy-Syu’ara 82)

Kemudian membaca ayat ini 20 puluh kali :

Qala rabbi inni zhalamtu nafsi faghfir li faghafara lah. Innahu huwal­ghafurur-rahim.

"la (Musa) berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku' Maka Allah mengampuninya. Se­sungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS AI-Qashash - 16)

Setelah itu membaca ayat ini:

La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minazh-zhalimin.

"Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim." (QS A-l­Anbiya': 87).

Tahniah `Id
Apabila berjumpa dengan kerabat atau sahabat pada Hari Raya `Id, kita dianjurkan mengucapkan tah­niah (ucapan selamat). Diriwayat­kan oleh Jubair bin Nufair, "Sahabat Rasulullah SAW apabila berjumpa satu sama lain di Hari Raya `Id, mengucapkan:

Taqabbalallahu minna wa minkum.

`Semoga Allah menerima amalan kami dan amalanmu"'

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengata­kan dalam Fath AI Bari, "Sanad ha­dits ini hasan."

Agar Doa di Hari 'Idul Fitri Diterima
Sebagaimana telah disebut di atas, Hari Raya `Idul Fitri, baik ma­lam maupun siangnya, termasuk saat yang mustajab untuk berdoa. Karenanya, sangat bagus apabila saat-saat itu kita manfaatkan untuk memoho hajat-hajat kita kepada Allah SWT. Namun banyak orang yang telah lama berdoa tapi belum juga dikabulkan. Padahal, mereka merasa telah memohon dengan pe­nuh kesungguhan dan air mata pun telah jatuh bercucuran. Ada pula orang-orang yang dalam hidupnya acapkali ditimpa musibah yang datang susul-menyusul tak pernah berhenti.
Bagi mereka yang mengalami keadaan-keadaan sebagaimana di atas, tak ada jalan lain selain segera bertaubat dan beristighfar. Dengan banyak beristighfar, insya Allah doa kita akan lebih mudah diterima.
Di antara istighfar yang ma'tsur dan terkenal adalah istighfar berikut ini, yang dapat dibaca sebelum kita berdoa. Dan jika merutinkannya se­tiap hari 27 kali atau 25 kali, kita akan termasuk orang yang dikabul­kan doanya. Inilah istighfarnya:
Allahummaghfir lil-mu'minina wal­mu'minati wal-muslimina wal-musli­mati hayyihim wa mayyitihim wa syahi­dihim wa gha'ibihim wa qaribihim wa ba `idihim. Innaka ta `lamu matswahum wa mutaqallabahum.

"'Ya Allah, ampunilah kaum mu'minin dan mu'minat, muslimin dan muslimat; yang masih hidup dan yang sudah mati, yang hadir dan yang ghaib, yang dekat dan yang jauh. Sesungguhnya Engkau mengetahui tempat tinggal mereka dan mesa depan mereka.”