Friday, April 13, 2007

Karunia Ilahi Dalam kehidupan Rumah Tangga

Ketika melihat pasangan yang baru menikah, saya suka tersenyum. Bukanapa-apa, saya hanya ikut merasakan kebahagiaan yang berbinar spontandari wajah-wajah syahdu mereka. Tangan yang saling berkaitan ketikaberjalan,tatapan-tatapan penuh makna, bahkan sirat keengganan saat hendakberpisah.Seorang sahabat yang tadinya mahal tersenyum, setelah menikah senyumnyaselalu saja mengembang. Ketika saya tanyakan mengapa, singkat diaberujar“Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri”. Aih…Menikah itu sangat indah, kata Almarhum ayah saya dan hanya bisadirasakan oleh yang sudah menjalaninya. Ketika sudah menikah, semuanya menjadibegitu jelas, alur ibadah suami dan istri. Beliau mengibaratkan ketikaseseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang, saat itu kicauan burungterdengar begitu merdu. Sepoi angin dimaknai begitu dalam, makanan yangterhidang selalu saja disantap lezat. Mendung di langit bukan masalahbesar. Seolah dunia milik mereka saja, mengapa? karena semuanyadinikmati berdua. Hidup seperti seolah baru dimulai, sejarah keluarga baru sajadisusun.
Namun sayang tambahnya, semua itu lambat laun menguap ke angkasamembumbung atau raib ditelan dalamnya bumi. Entahlah saat itu cinta merekaberpendar ke mana. Seiring detik yang berloncatan, seolah cinta mereka juga.Banyak dari pasangan yang akhirnya tidak sampai ke tujuan, tak terhitungpasangan yang terburai kehilangan pegangan, selanjutnya perahu mereka karamsebelum sempat berlabuh di tepian.
Bercerai, sebuah amalan yang diperbolehkan tapi sangat dibenci Allah.Ketika Allah menjalinkan perasaan cinta diantara suami istri, sungguhitu adalah anugerah bertubi yang harus disyukuri. Karena cinta istri kepadasuami berbuah ketaatan untuk selalu menjaga kehormatan diri dankeluarga. Dan cinta suami kepada istri menetaskan keinginan melindungi danmembimbingnya sepenuh hati.
Saya jadi ingat, saat itu seorang istri memarahi suaminyahabis-habisan, saya yang berada di sana merasa iba melihat sang suami yang terdiam.Padahal ia baru saja pulang kantor, peluh masih membasah, kesegaranpada saat pergi sama sekali tidak nampak, kelelahan begitu lekat di wajah.Hanya karena masalah kecil, emosi istri meledak begitu hebat. Saya kira akanterjadi “perang” hingga bermaksud mengajak anak-anak main di belakang.Tapi ternyata di luar dugaan, suami malah mendaratkan sun sayang penuh mesradi kening sang istri. Istrinya yang sedang berapi-api pun padam, senyummalu-malunya mengembang kemudian dan merdu suaranya bertutur “MaafkanMama ya Pa..”. Gegas ia raih tangan suami dan mendekatkannya juga ke kening,rutinitasnya setiap kali suaminya datang.
Jauh setelah kejadian itu, saya bertanya pada sang suami kenapa iaberbuat demikian. “Saya mencintainya, karena ia istri yang dianugerahkan Allah,karena ia ibu dari anak-anak. Yah karena saya mencintainya” demikianjawabannya.
Ibn Qayyim Al-Jauziah seorang ulama besar, menyebutkan bahwa cintamempunyai tanda-tanda. Pertama, ketika mereka saling mencintai makasekali saja mereka tidak akan pernah saling mengkhianati, Mereka akan salingsetia senantiasa, memberikan semua komitmen mereka. Kedua, ketika seseorangmencintai, maka dia akan mengutamakan yang dicintainya, seorang istriakan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu saja akanmengutamakan istri dalam hal perlindungan dan nafkahnya. Mereka akansama-sama saling mengutamakan, tidak ada yang merasa superior. Ketiga,ketika mereka saling mencintai maka sedetikpun mereka tidak akan mauberpisah, lubuk hatinya selalu saling terpaut. Meskipun secara fisikberjauhan, hati mereka seolah selalu tersambung.
Ada do’a istrinya agar suami selamat dalam perjalanan dan memperolehsukses dalam pekerjaan. Ada tengadah jemari istri kepada Allahi supaya suamiselalu dalam perlindunganNya, tidak tergelincir. Juga ada ingatan suamiyang sedang membanting tulang meraup nafkah halal kepada istritercinta, sedang apakah gerangan Istrinya, lebih semangatlah ia.
Saudaraku, ketika segala sesuatunya berjalan begitu rumit dalam sebuahrumah tangga, saat-saat cinta tidak lagi menggunung dan menghilangseiring persoalan yang datang silih berganti. Perkenankan saya mengingatkanlagi sebuah hadist nabi. Ada baiknya para istri dan suami menyelamibulir-bulir nasehat berharga dari Nabi Muhammad.
Salah satu wasiat Rasulullah yang diucapkannya pada saat-saat terakhirkehidupannya dalam peristiwa haji wada’: “Barang siapa - diantara parasuami- bersabar atas perilaku buruk dari istrinya, maka Allah akanmemberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub ataskesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa -diantara para istri- bersabaratas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala sepertiyang Allah berikan kepada Asiah, istri fir’aun” (HR Nasa-iy dan IbnuMajah ).
Kepada saudaraku yang baru saja menggenapkan setengah dien, Tak adasalahnya juga untuk saudaraku yang sudah lama mencicipi asam garamnyapernikahan, Patrikan firman Allah dalam ingatan : “…Mereka (paraistri) adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagimereka…” (QS. Al-Baqarah:187)
Torehkan hadist ini dalam benak : “Sesungguhnya ketika seorang suamimemperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allahmemperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuhtelapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suamiistri itu dari sela jemarinya” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar- Rafi’dari Abu Sa’id Alkhudzri r.a)
Kepada sahabat yang baru saja membingkai sebuah keluarga, Kepada parapasutri yang usia rumah tangganya tidak lagi seumur jagung, Ingatlahketika suami mengharapkan istri berperilaku seperti Khadijah istri Nabi, makasuami juga harus meniru perlakukan Nabi Muhammad kepada para Istrinya.Begitu juga sebaliknya. Perempuan yang paling mempesona adalah istriyang shalehah, istri yang ketika suami memandangnya pasti menyejukkan mata,ketika suaminya menuntunnya kepada kebaikan maka dengan sepenuh hatidia akan mentaatinya, jua tatkala suami pergi maka dia akan amanah menjagaharta dan kehormatannya. Istri yang tidak silau dengan gemerlap duniamelainkan istri yang selalu bergegas merengkuh setiap kemilau ridhasuami.
Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakanistrinya. Suami yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajahistrinya. Suami yang menjadi qawwam istrinya. Suami yang begitu tangguhmencarikan nafkah halal untuk keluarga. Suami yang tak lelah berlemahlembut mengingatkan kesalahan istrinya. Suami yang menjadi seorangnahkoda kapal keluarga, mengarungi samudera agar selamat menuju tepian hakiki“Surga”. Dia memegang teguh firman Allah, “Wahai orang-orang yangberiman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim:6)
Akhirnya, semuanya mudah-mudah tetap berjalan dengan semestinya. Semuaberlaku sama seperti permulaan. Tidak kurang, tidak juga berlebihan.Meski riak-riak gelombang mengombang-ambing perahu yang sedang dikayuh, ataukarang begitu gigih berdiri menghalangi biduk untuk sampai ketepian.Karakter suami istri demikian, Insya Allah dapat melaluinya denganhasil baik. Sehingga setiap butir hari yang bergulir akan tetap indah, fajardi ufuk selalu saja tampak merekah.
Keduanya menghiasi masa dengan kesyukuran, keduanya berbahtera denganbekal cinta. Sama seperti syair yang digaungkan Gibran, Bangun di fajar subuhdengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan Istirahat di terik siangmerenungkan puncak getaran cinta Pulang di kala senja dengan syukurpenuh di rongga dada Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalamsanubari Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyumanSemoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai karenaAllah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan.
Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian beningsaripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yangmenyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluargasakinah, mawaddah, warrahmah. Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiapgerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkanikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana,the real world “Akhirat”. Mudah- mudahan kalian selamat mendayung sampaiketepian. Allahumma Aamiin.
Barakallahu, untuk para pengantin muda. Mudah-mudahan saya mampumengikuti tapak kalian yang begitu berani mengambil sebuah keputusan besar, yangbegitu nyata menandakan ketaqwaan kepada Allah serta ketaatan kepadasunnah Rasul Pilihan. Mudah-mudahan tak perlu lagi sayabertanya mengapa teman saya menjadi begitu murah senyum. Karena mungkinsaya sudah mampu menemukan jawabannya sendiri.

No comments: