Thursday, April 12, 2007

Bahaya Ghibah



Di antara akhlak mereka adalah menutup pintu bicara tentang keburukan orang lain (ghibah) agar majelis mereka.tidak menjadi suatu majelis dosa.Saudaraku Syaikh Afdhaluddin pernah berkata: "Aku memperbanyak amal shalih agar bersamaku ada amal shalih kelak di hari kiamat." Saya pernah bertanya kepada Syaikh Ali al-Khawwash agar membuat perjanjian tidak melakukan ghibah di majlisnya terhadap seseorang. Akan tetapi ia mengatakan bahwa membuat perjanjian seperti itu adalah adab yang tidak baik terhadap Allah dan juga terhadap manusia. Sebab melakukan perbuatan dan perkataan yang muncul dari murid adalah milik Allah. Maka bagaimana mungkin membuat perjanjian dengan seseorang dengan sesuatu yang tidak ia miliki, melainkan Allah menciptakan itu semua apa pun keadaannya. Lalu aku katakan kepadanya bahwa Rasulullah (SAW) membaiat para sahabatnya untuk patuh dan setia serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dulu pernah mereka lakukan (pada masa Jahiliah). Ia menjawab: "Yang demikian itu beliau lakukan berdasarkan pada wahyu dari Allah (SWT), berbeda dengan kita." Maka seharusnya melarang sahabat-sahabat kita melakukan ghibah (menggunjing) dan namimah (mengadu domba), tidak patut membiarkan yang demikian. Sebab jika demikian kita menjadi bagian dari mereka dalam perbuatan dosa dan menjadi orang fasik.Dalam hadits dikatakan bahwa Rasulullah (SAW) bersabda: "Aku diperlihatkan pada malam aku di Isra' Mi'raj kan, di neraka ada satu kaum yang makan bangkai, lalu aku bertanya kepada Jibril, siapa mereka itu?" Ia menjawab: "Mereka adalah orang orang yang suka memakan daging manusia." Jabir (ra) berkata bahwa angin berhembus dengan membawa bau busuk pada masa Rasulullah (SAW). Lalu kami bertanya: "Wahai Rasulullah, betapa busuk bau angina ini". Beliau menjawab: Sesungguhnya segolongan orang munafik melakukan ghibah terhadap sekelompok orang Muslim, oleh sebab itu angin busuk ini berhembus."Abu Qilabah (ra) berkata bahwa ghibah merusak hati dari hidayah dan kebaikan. Abu Auf berkata: "Aku datang menemui Muhammad bin Sirin suatu hari, lalu aku mencerca kehormatan Hajjaj bin Yusuf di hadapannya. Ia kemudian mengingatkan seraya berkata: "Hai Auf, sesungguhnya Allah ta'ala adalah Hakim Yang Maha Adil, maka disamping akan memberi balasan terhadap Hajjaj Dia juga memberi alasan untuk Hajjaj. Bisa jadi kamu menghadap Allah dengan dosa dosa kecil yang kamu lakukan bagimu lebih berat dan lebih besar daripada dosa yang lebih besar yang dilakukan oleh Hajjaj." Hasan Basri bilamana ia mengetabui ada seseorang yang melakukan ghibah terhadapnya, ia mengirim hadiah kepadanya dan menyampaikan kata-kata melalui utusannya: "Aku dengar bahwa kamu, wahai saudaraku, memberi hadiah kebaikan mu yang lebih besar aku yakin, dari pada hadiahku ini." Sayyidi Abdul Aziz ad Dairaini bilamana mengetahui seseorang berbuat ghibah terhadapnya, ia lalu mendatangi rumah orang itu dan berkata kepadanya: "Saudaraku, apa sebenarnya urusanmu dan dosa dosa Abdul Aziz yang kamu rasakan?!"Umar bin Abdul Aziz berkata: "Janganlah kamu menghadapi orang yang berbuat zalim terhadapmu dengan cacian atau makian atau lainnya, sebab berbuat zalim terhadapmu sekali, tetapi kamu melaknatinya dan mencacinya setiap, kali mengingat perbuatannya hingga puas, padahal dengan demikian kamu sebenarnya mengikuti perbuatan zalim itu."Fadhil bin Iyadh berkata: "Buah Para Qari zaman ini adalah ghibah dan saling merendahkan karena khawatir akan diungguli oleh yang lain dalam hal kemasyhuran, ilmu, kezuhudan dan kewara'an mereka sehingga sebagian mereka menjadikan ghibah ibarat lauk pauk pada makanan mereka."Ibrahim bin Adharn adalah salah seorang yang paling keras mengecam terhadap orang-orang yang menggunjing. Seorang laki laki pernah mengundangnya makan. Ketika datang ia melihatnya sedang menggunjing seseorang. Lalu Ibrahim berkata: "Kebiasaan kita makan roti sebelum daging tetapi Anda "makan daging" (ghibah) dulu sebelum roti". Kemudian ia keluar tanpa berkenan makan bersamanya. Wahab bin Ward berkata: "Demi Allah, meninggalkan ghibah bagiku lebih aku sukai dari pada bersedekah emas sebesar gunung."Waki' bin Jarrah berkata: "Di antara kemuliaan selamat dari ghibah adalah bahwa hanya sedikit yang bebas dari ghibah." Sufyan ats Tsauri berkata: "Sebutlah saudaramu apabila ada di belakangmu dengan perbuatan seperti halnya kamu senang ia menyebutmu apabila ada di belakangnya."Malik bin Dinar berkata: "Cukuplah seseorang berdosa yang membuatnya tidak shalih apabila ia duduk di majelis kemudian membicarakan keburukan orang-orang shalih."Az-Zuhri pernah ditanya tentang batas ghibah. Lalu ia menjawab: "Setiap sesuatu yang jika dengannya kamu takut berhadapan dengan saudaramu maka itu adalah ghibah." Suatu malam Syaqiq al-Balkhi bangun dari wiridnya. Lalu istrinya mencelanya. Ia berkata: "Janganlah mencelaku karena aku tidak melakukan wirid malam ini. Sebab kebanyakan ulama kota Balkh dan ahli zuhudnya mengerjakan shalat untukku, berpuasa dan beramal untukku." Istrinya lalu bertanya keras: "Bagaimana demikian?! " Ia menjawab: "Di antara mereka ada yang tidak tidur mengerjakan shalat sepanjang malam dan paginya berpuasa sepanjang siang, kemudian mencemarkan kehormatan Syaqiq dan memakan dagingnya. Maka kebaikan kebaikan mereka berada pada timbangan Syaqiq." Abu Umamah (ra) berkata: "Sesungguhnya seorang hamba benar benar diberi catatan amalnya, yakni pada hari kiamat, lalu ia melihat kebaikan kebaikan yang tidak ia lakukan, lalu ia berkata: "Ya Rabbi, dari manakah kebaikan kebaikan (pahala) ini?" Lalu diberitahu: "Ini adalah dari perbuatan ghibah orang orang sementara kamu tidak merasa".Abdullah bin Mubarak berkata: "Seandainya aku berbuat ghibah terhadap seseorang maka sungguh aku berarti berbuat ghibah terhadap kedua orang tuaku karena keduanya lebih berhak atas kebaikan-kebaikanku daripada selain mereka."Muhammad bin Ali at-Tirmidzi berkata: "Barang siapa melanggar kehormatann seseorang maka ia seakan lebih mengutamakan dia dari pada dirinya sendiri dan lebih mencintainya dari pada dirinya sendiri."(Saya katakan) Maka orang itu tidak perlu bersedih melainkan mencintainya karena mendapatkan pahala. Jika ia tidak bermaksud demikian, maka sebagaimana diketahui, bahwa barang siapa yang tidak senang pada orang yang memberi hadiah kebaikan-kebaikannya (pahala) adalah orang bodoh, kecuali jika ia tidak senang karena alasan yang ditetapkan syari'ah. Said bin Jubair berkata: "Seorang harnba sungguh melakukan kebaikan banyak tetapi tidak melihat kebaikan kebaikan itu dalam catatan amalnya lalu mengucapkan: "Ya Rabbi, dimanakah kebajikan kebajikanku!" Lalu dijawab: "Pahala kebaikan kebaikanmu hilang karena perbuatan ghibahmu terhadap orang lain sementara mereka tidak mengetahui."Mansur bin Mu'tamir berkata: "Janganlah kamu mencerca penguasa bilamana ia berbuat zalim, melainkan banyak istighfar, sebab ia tidak berbuat zalim terhadapmu kecuali karena dosa-dosamu." Az-Zuhri ditanya: "Apakah kita berdosa melanggar kehormatan orang-orang yang mencerca Abu Bakar (ra)?" Ia menjawab: "Ya, benar."Muhammad bin Sirin berkata: "Termasuk ghibah yang haram. yang tidak disadari oleh kebanyakan orang adalah perkataan bahwa Fulan lebih berilmu dari pada Fulan yang lain, sebab orang yang dinilai di bawah orang lain akan merasa tidak berkenan karenanya." Sebagaimana diketahui bahwa batas ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaranya yang tidak ia sukai. Dikisahkan bahwa dua orang tabib datang suatu kali menemui Sufyan ats Tsauri. Ketika mereka keluar ia berkata ; "Seandainya aku tidak takut berbuat ghibah tentu aku katakan bahwa salah satu dari keduanya lebih ahli dalam pengobatan dari pada lainnya." Syaikh Afdhaluddin bilamana ditanya tentang maqam salah seorang ulama berkata: "Tanya kepada orang lain tentang itu, sebab aku tidak mempunyai pengetahuan kasyaf yang dapat mengetahui dengannya maqam mereka di sisi Allah. Sedangkan prasangka adalah pernbicaraan yang paling dusta."Abdullah bin Mas'ud (ra) apabila melewati suatu kaum sedang menggunjingkan seseorang berkata: "Bangunlah, ambilah air wudhu, sebab boleh jadi sebagian pembicaraan kalian lebih berat dari pada hadats (yang membatalkan wudhu)."Abu Turab bin Nakhsyi berkata: "Ghibah adalah buah busuk ahli qira'ah dan sampah orang-orang bertakwa (harus dibuang)." Maimun bin Yasar berkata bahwa suatu kali seorang laki laki digunjing (ghibah) dalam majelisku sementara aku hanya diam. Lalu dalam tidurku aku diberi bangkai busuk lalu dikatakan: "Makanlah ini". Aku menjawab: "Na'udzubillah (kami berlindung kepada Allah) untuk makan itu, bagaimana sebenamya itu?!" Ia menjelaskan: "Ini atas ghibah terhadapku di majelisku sementara kamu hanya diam! "Khalid ar-Rabi'i berkata bahwa suatu hari orang-orang menggunjing seorang laki-laki dalam masjid, lalu aku ikut bersama mereka. Ketika tidur malam itu aku diberi sepotong daging babi dan dikatakan kepadaku: "Makanlah ini." Aku, berkata: "Naudzubillah, aku makan itu". Lalu mereka memasukan daging babi itu secara paksa ke mulutku, kemudian terbangun dan merasakan rasanya di mulutku, dan baunya terus terasa selama empat puluh hari dan orang orang juga merasakan baunya dariku.Fadhil bin Iyadh berkata "Perumpamaan orang yang menggunjingkan orang lain ibarat orang yang memasang manjanik terhadap pahala kebaikan-kebaikannya dan melemparinya ke timur dan ke barat pada semua arah."Atha al-Khurasani berkata : "Janganlah marah terhadap orang yang berbuat ghibah terhadapmu, sebab ia sebenamya berbuat baik kepadamu secara tidak ia sadari." Dikisahkan bahwa orang yang dighibah suatu kali dosanya diampuni setengah."Wahab bin Munabbih berkata: "Kebaikan seseorang tidak menjadi sempurna di sisi Allah hingga ia menjadi kunyahan di mulut orang-orang (di ghibah)."Abdullah bin Mubarak berkata: "Barang siapa mengatakan bahwa pada kaum itu terdapat keluguan, maka itu bukanlah suatu perbuatan ghibah. Dikatakan ghibah jika mengatakan bahwa mereka adalah orang orang lugu. Yakni menunjuk orang yang ia gunjingkan."Yunus bin Ubaid berkata: "Jiwaku dihadapkan pada dua hal, puasa di hari panas terik atau meninggalkan gunjingan terhadap orang lain. Maka jiwaku merasa lebih ringan berpuasa daripada meninggalkan gunjingan."Abdullah bin Mubarak berkata: "Janganlah menyebut buruk terhadap orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan ahli bid'ah kecuali kepada orang yang telah mengetahui demikian. Yang demikian itu dengan harapan mereka akan berhenti dari perbuatan buruknya. Jika tidak, maka tidak ada gunanya menyebut demikian terhadap mereka kepada orang yang belum mengetahui."(Saya katakan) Mungkin yang dimaksud adalah untuk memandang buruk terhadap sifat-sifat itu di mata orang orang yang hadir dan yang demikian tidak diragukan, bermanfaat. Ia juga mengatakan tentang hadits: "Tidak ada ghibah terhadap orang fasik." Yaitu janganlah berbuat ghibah terhadap orang orang fasik dan berhentilah berbuat ghibah terhadap mereka.Hatim al-Ashanim berkata: "Tiga hal yang apabila ada di suatu majils maka rahmat Allah berpindah dari pemiliknya, yaitu menukirkan dunia, banyak tertawa dan menggunjing orang lain." Dikisahkan bahwa orang pendusta berubah menjadi anjing di neraka, pendengki berubah menjadi babi dan penggunjing berubah menjadi kera, begitu juga orang yang senang mengadu domba."Abu Abdullah al-Anthaki berkata: "Termasuk ghibah yang haram adalah jika aib saudaramu berdiam dalam hatimu dan kamu tidak membicarakannya karena takut ia memusuhimu." Ia juga berkata: "Orang yang berani mengatakan terus terang dengan ghibah terhadap seseorang maka itu akan menyeretnya mengatakan kepalsuan dan dusta."Berkacalah pada masalah masalah ini, apakah Anda bebas dari perbuatan ghibab lalu bersyukur kepada Allah, ataukah tidak lalu beristighfar kepadanya dengan segera. Beramallah yang banyak agar dapat diberikan kepada yang berhak pada hari kiamat. Berkeyakinanlah pada diri Anda banyak dosa daripada menganggap diri baik karena mendengar orang orang yang tertutup dari hidayab Allah bahwa anda orang shalih.

No comments: