Wednesday, October 15, 2008

MENGASINGKAN DIRI (UZLAH)


Orang-orang berselisih tentang hal itu. Sebagian mereka ber­pendapat lebih menyukai uzlah daripada pergaulan, seperti Sufyan Ats-Tsauri, .Ibrahim bin Adham, Dawud At-Tha'iy, Al-Fudhail bin Iyadh, Sulaiman Al-Khawash, dan Basyar Al-Hafi.
Sebagian besar tabi'in lebih menyukai pergaulan dan memper­banyak saudara (teman) untuk saling menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. Semuanya berdalil dengan sabda Nabi Saw. ten­tang persaudaraan dan kerukunan ketika ia datangkan kepadanya seorang laki-laki yang telah pergi ke gunung untuk beribadah di situ. Maka Nabi Saw. bersabda, "Jangan engkau lakukan dan jangann seorang pun di antara kamu melakukannya. Sungguh kesabaran seseorang di antara kamu dalam suatu negeri Islam lebih baik daripada ibadah sese­orang dari kamu selama 40 tahun."

Pendukung keutamaan uzlah, seperti Fudhail bin Iyadh ra. berdalill dengan sabda Rasulullah Saw. kepada Abdullah bin Amr Al juhani ketika ia berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana cara keselamatan itu?" Nabi Saw. menjawab, "Cukuplah engkau tinggal di rumahmu, tahanlah lidahmu (dari perkataan buruk), dan tangisilah dosamu,"


Faedah-Faedah, Gangguan-Gangguan, dan Keutamaan Uzlah

Masalah ini berbeda menurut perbedaan orang-orangnya. Adapun faedah uzlah, ada kemungkinan untuk selalu melakukan ketaatan dan mengajarkan ilmu serta menghindari perbuatan­-perbuatan terlarang yang cenderung dilakukan manusia dengan pergaulan, seperti riya', ghibah, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar, meniru akhlak tercela, dan juga terlalu menekuni urusan-­urusan duniawi serta pekerjaan dan pabrik.


Faedah Pertama: Menekuni Ibadah, Berpikir, Menghibur Diri dengan Allah Ta'ala, Bermunajat kepada-Nya, dan Merenungkan Kerajaan Allah.
Hal itu bisa dilakukan dengan uzlah dan menjauhi masyarakat. Itulah sebabnya, seorang bijak berkata bahwa tidaklah seseorang mampu melakukan khalwat, kecuali bila menekuni Kitabullah. Orang-orang yang berpegang pada Kitab Allah adalah mereka yang beristirahat dari kepayahan dunia dengan mengingat Allah.
Orang yang mengingat Allah Ta'ala hidup dengan menyebut nama Allah dan mati dengan menyebut nama Allah serta bertakwa kepada Allah dengan menyebut nama Allah.
Tidaklah diragukan bahwa mereka ini terhalang oleh pergaulan untuk berpikir dan berzikir. Begitu aRasulullah SAW di awal dakwahnya beribadah di gunung Hira. Maka apabila seseorang tetap di dalam khalwat, hasilnya ialah ayang dikatakan oleh Al-Junaid ra.: "Aku berbicara dengan Allah selama 30 tahun di saat orang-orang menyangka bahwa aku berbicara dengan mereka."
Dikatakan kepada salah seorang dari mereka, "Kenapa engkau tinggal sendirian ?"
Ia menjawab, "Aku tidak sendirian, tetapi aku duduk di sisi Allah , Apabila aku ingin Allah berbicara kepadaku, maka kubaca kitab Allah ,dan apabila aku ingin berbicara kepada-Nya, maka akupun shalat." diceritakan bahwa ketika Uwais Al-Qarani sedang duduk, tiba-tiba datang kepadanya Haram bin Hayyan. Kemudian ia berkata, Kenapa Engkau datang?"
Haram menjawab, "Aku datang untuk menghibur diri denganmu."
Uwais berkata, "Aku tidak yakin bahwa seseorang mengenal Tuhan-nya, bila ia menghibur diri dengan orang lain."
Al-Fudhail berkata, "Apabila kulihat malam datang, akupun gembira dengannya dan aku katakan : Aku menyendiri dengan Tuhanku. Apabila aku lihat Subuh datang, maka aku pun merasa gelisah karena khawatir bertemu orang-orang dan datang kepadaku orang yang membuat aku lalai dari Tuhanku."
Malik bin Dinar berkata, "Barangsiapa tidak senang berbicara dengan Allah hingga meninggalkan pembicaraan dengan manusia, maka iapun sedikit amalnya dan buta hatinya serta menyia-nyiakan umurnya.


Faedah Kedua:
Menjauhi Maksiat-Maksiat yang Biasanya Menimpa Manusia dengan Pergaulan dan la Selamat darinya di dalam khlawat (Ghibah,Riya dan tidak Melakukan Amar Makruf Nahi Mungkar)
Ringkasnya, tidak dapat kita memutuskan bahwa lebih utama secara mutlak, tetapi berbeda-beda menurut perbedaan orang-orangnya.

Bersikap wajar adalah lebih utama, yaitu tidak menjauh sama sekali hingga luput sama sekali dari faedah-faedah yang tergantung pada pergaulan, dan tidak bergaul sebebas-bebasnya sehingga luput dari faedah-faedah uzlah.
Dengan uzlah hendaklah ia berniat menjauhi manusia dari keja­hatannya dan mengingat Tuhannya dengan segenap hatinya. Janganlah berangan-angan panjang sehingga nafsunya mengkha­yalkan panjang angan-angan. Hendaklah dengan uzlah ia berniat jihad akbar, yaitu jihad melawan nafsunya.
Sebagaimana dikatakan pada sahabat, "Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar."

No comments: