Tak terasa, kita telah berada di penghujung Ramadhan 1429 H, dan sebentar lagi menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Hari kemenangan bagi mereka yang telah berhasil menyelesaikan ibadahnya di bulan suci Ramadhan dengan sebaik baiknya. Tetapi kemenangan itu bukan berarti kebebasan dalam arti membebaskan diri dari upaya mengekang hawa nafsu. Kemenangan itu justru haruslah dipandang sebagai langkah awal untuk menapak hari-hari yang lebih baik di bulan-bulan selanjutnya dalam menjalankan perintah agama.
Karena itulah, Hari Raya `Idul Fitri semestinya menjadi kelanjutan dalam meningkatkan ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Tanpa harus menghilangkan perasaan senang dan bahagia di hari raya, sebaiknya kita mengamalkan apa yang dituntunkan oleh agama dalam mengisi hari yang membahagiakan ini.
Yang perlu diketahui, Hari Raya 'Idul Fitri, baik malam maupun siangnya, sebagaimana juga 'Idul Adha, termasuk saat yang mustajab untuk berdoa. Karenanya, sangat disayangkan apabila kita biarkan berlalu begitu saja tanpa mengisinya dengan berbagai ibadah dan amal kebaikan.
Untuk itu, dalam bonus kali ini kami persembahkan kepada Anda berbagai dzikir dan doa yang bagus untuk kita amalkan di hari bahagia ini. Semoga kita dapat mengamalkannya untuk menyempurnakan ibadah bulan Ramadhan, dan agar kita benar-benar dapat kembali pada kesucian sebagaimana yang menjadi harapan.
Amalan Hari Raya `Idul Fitri
Para ulama menyebutkan beberapa amalan yang dapat kita lakukan pada Hari Raya `Idul Fitri, baik malam maupun siangnya, yang sebagiannya berasal dari hadits-hadits dan sebagian lagi dianjurkan oleh salafush shalih. Berikut sebagian di antaranya.
Menghidupkan Malam 'Idul Fitri
Berdasarkan hadits-hadits yang ada, disunnahkan kita menghidupkan malam `Idul Fitri, sebagaimana juga malam `Idul Adha, dengan banyak berzikir kepada Allah, membaca takbir, melakukan shalat, berdoa, beristighfar, dan mengerjakan ketaatan-ketaatan lainnya. Juga disunnahkan banyak bersedekah.
Lafal takbir pada dasarnya adalah demikian:
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.
"Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Ticlak ada Tuhan melainkan Allah dan Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan segala puji milik Allah"
Dan menurut Imam Syafi'i, lebih bagus jika ditambahkan dengan kalimat-kalimat berikut ini:
Allahu akbar kabira, wal-hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratawwa ashila, la ilaha illallahu wa la na `budu ills iyyah, mukhlishina lahuddina walaw karihal-kafirun, la ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa `dah, wa nashara 'abdah, wa hazamal-ahzaba wahdah, la ilaha illallahu wllahu akbar.
"Allah Mahabesar, sangat besar. Segala puji milik Allah, sungguh banyak sekali. Mahasuci Allah, baik di pagi hari maupun di petang hari. Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Tak ada yang kami sembah melainkan Dia, dengan ikhlas menjalankan agama karena-Nya sekalipun orang-orang kafir membenci. Tidak ada Tuhan melainkan Allah semata, Dia menepati janji-Nya, menolong hambaNya, menghancurkan sendiri sekutu sekutu musyrikin. Tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Allah Mahabesar."
Kita mengumandangkan takbir di mana saja, baik di rumah, di masjid, di j alan jalan umum, di majelis-majelis khusus, dan di mana saja di tempat yang layak untuk itu, karena takbir merupakan syiar hari raya.
Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah
Yang perlu diketahui, Hari Raya 'Idul Fitri, baik malam maupun siangnya, sebagaimana juga 'Idul Adha, termasuk saat yang mustajab untuk berdoa. Karenanya, sangat disayangkan apabila kita biarkan berlalu begitu saja tanpa mengisinya dengan berbagai ibadah dan amal kebaikan.
Untuk itu, dalam bonus kali ini kami persembahkan kepada Anda berbagai dzikir dan doa yang bagus untuk kita amalkan di hari bahagia ini. Semoga kita dapat mengamalkannya untuk menyempurnakan ibadah bulan Ramadhan, dan agar kita benar-benar dapat kembali pada kesucian sebagaimana yang menjadi harapan.
Amalan Hari Raya `Idul Fitri
Para ulama menyebutkan beberapa amalan yang dapat kita lakukan pada Hari Raya `Idul Fitri, baik malam maupun siangnya, yang sebagiannya berasal dari hadits-hadits dan sebagian lagi dianjurkan oleh salafush shalih. Berikut sebagian di antaranya.
Menghidupkan Malam 'Idul Fitri
Berdasarkan hadits-hadits yang ada, disunnahkan kita menghidupkan malam `Idul Fitri, sebagaimana juga malam `Idul Adha, dengan banyak berzikir kepada Allah, membaca takbir, melakukan shalat, berdoa, beristighfar, dan mengerjakan ketaatan-ketaatan lainnya. Juga disunnahkan banyak bersedekah.
Lafal takbir pada dasarnya adalah demikian:
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.
"Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Ticlak ada Tuhan melainkan Allah dan Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan segala puji milik Allah"
Dan menurut Imam Syafi'i, lebih bagus jika ditambahkan dengan kalimat-kalimat berikut ini:
Allahu akbar kabira, wal-hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratawwa ashila, la ilaha illallahu wa la na `budu ills iyyah, mukhlishina lahuddina walaw karihal-kafirun, la ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa `dah, wa nashara 'abdah, wa hazamal-ahzaba wahdah, la ilaha illallahu wllahu akbar.
"Allah Mahabesar, sangat besar. Segala puji milik Allah, sungguh banyak sekali. Mahasuci Allah, baik di pagi hari maupun di petang hari. Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Tak ada yang kami sembah melainkan Dia, dengan ikhlas menjalankan agama karena-Nya sekalipun orang-orang kafir membenci. Tidak ada Tuhan melainkan Allah semata, Dia menepati janji-Nya, menolong hambaNya, menghancurkan sendiri sekutu sekutu musyrikin. Tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Allah Mahabesar."
Kita mengumandangkan takbir di mana saja, baik di rumah, di masjid, di j alan jalan umum, di majelis-majelis khusus, dan di mana saja di tempat yang layak untuk itu, karena takbir merupakan syiar hari raya.
Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah
Niat mengeluarkan zakat adalah wajib dan niat itu letaknya di dalam hati sebagaimana pada ibadah-ibadah yang lain. Jadi, jika di dalam hati sudah berniat, itu sudah cukup. Tetapi disunnahkan melafalkannya dengan lisan. Lafal niat zakat fitrah untuk diri sendiri adalah sebagai berikut:
Nawaytu an ukhrija zakatal-fithri `an nafsi fardhan lillahi ta`ala.
"Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah atas nama diriku sebagai kewajiban karma Allah Ta'ala."
Jika zakat dikeluarkan atas nama orang lain, kata nafsi (diriku) diganti sesuai dengan orang yang dizakati, misalnya zawjati (istriku), waladi (anakku), walidi (ayahku), atau disebutkan namanya. Jika dirasakan sulit, tak apa-apa melafalkannya dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain yang dipahami.
Doa setelah Mengeluarkan Zakat
Nawaytu an ukhrija zakatal-fithri `an nafsi fardhan lillahi ta`ala.
"Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah atas nama diriku sebagai kewajiban karma Allah Ta'ala."
Jika zakat dikeluarkan atas nama orang lain, kata nafsi (diriku) diganti sesuai dengan orang yang dizakati, misalnya zawjati (istriku), waladi (anakku), walidi (ayahku), atau disebutkan namanya. Jika dirasakan sulit, tak apa-apa melafalkannya dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain yang dipahami.
Doa setelah Mengeluarkan Zakat
Disunnahkan bagi orang yang mengeluarkan zakat, shadaqah, nadzar, kifarat, dan semacamnya,
mengucapkan doa berikut setelah mengeluarkannya:
Rabbana taqabbal minna, innaka antas-sami `ul-`alim.
"Tuhan Kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Doa Penerima Zakat
Sedangkan bagi yang menerima zakat, baik menerima untuk dirinya sendiri maupun sebagai amil yang akan menyalurkannya, dianjurkan mengucapkan doa berikut kepada orang yang menyerahkan zakat:
Ajarakallahu fima l a'thaita wa ja`alahu laka thahuran wa baraka laka fima abqayta .
"Semoga Allah memberikan ganjaran atas apa yang telah engkau berikan, menjadikannya sebagai penyuci bagimu, clan memberkahimu pada harta yang engkau sisakan.
Hal-hal yang Disunnahkan pada Hari Raya `Idul Fitri
Diantarayang disunnahkan pada Hari Raya 'Idul Fitri adalah makan sedikit sebelum pergi shalat `Idul Fitri. Sebaliknya pada Hari Raya `Idul Adha, kita disunnahkan untuk tidak makan apa-apa sampai selesai shalat 'Id. Disunnahkan pula mandi dan menggunakan wangi-wangian pada pagi hari raya serta memakai pakaian terbaik yang kita miliki.
Hal lain yang disunnahkan adalah pergi ke tempat shalat `Id dengan membaca takbir dan terus-menerus bertakbir hingga imam masuk shalat. Dan yang utama menurut sunnah, pergi dan kembali dari shalat tidak melalui jalan yang sama.
Shalat `Idul Fitri
mengucapkan doa berikut setelah mengeluarkannya:
Rabbana taqabbal minna, innaka antas-sami `ul-`alim.
"Tuhan Kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Doa Penerima Zakat
Sedangkan bagi yang menerima zakat, baik menerima untuk dirinya sendiri maupun sebagai amil yang akan menyalurkannya, dianjurkan mengucapkan doa berikut kepada orang yang menyerahkan zakat:
Ajarakallahu fima l a'thaita wa ja`alahu laka thahuran wa baraka laka fima abqayta .
"Semoga Allah memberikan ganjaran atas apa yang telah engkau berikan, menjadikannya sebagai penyuci bagimu, clan memberkahimu pada harta yang engkau sisakan.
Hal-hal yang Disunnahkan pada Hari Raya `Idul Fitri
Diantarayang disunnahkan pada Hari Raya 'Idul Fitri adalah makan sedikit sebelum pergi shalat `Idul Fitri. Sebaliknya pada Hari Raya `Idul Adha, kita disunnahkan untuk tidak makan apa-apa sampai selesai shalat 'Id. Disunnahkan pula mandi dan menggunakan wangi-wangian pada pagi hari raya serta memakai pakaian terbaik yang kita miliki.
Hal lain yang disunnahkan adalah pergi ke tempat shalat `Id dengan membaca takbir dan terus-menerus bertakbir hingga imam masuk shalat. Dan yang utama menurut sunnah, pergi dan kembali dari shalat tidak melalui jalan yang sama.
Shalat `Idul Fitri
Shalat `Idul Fitri, sebagaimana juga shalat 'Idul Adha, menurut jumhur ulama, hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan). Dan sunnah menunaikannya secara berjamaah. Boleh juga mengerjakannya sendiri, tapi itu kurang utama. Sekurang-kurangnya berjamaah adalah dua orang, yakni imam dan makmum. Tetap disunnahkan dua khutbah bagi orang yang melakukannya dengan berjamaah, meskipun hanya berdua.
Menurut para ulama Madzhab Syafi'i, shalat `Id lebih utama dikerjakan di masjid, karena merupakan tempat yang termulia. Sedangkan para ulama di luar Madzhab Syafi'i pada umumnya berpendapat bahwa shalat `Id lebih utama dilakukan di tanah lapang yang luas dan suci, agar suara takbir membahana.
Ketika pergi ke tanah lapang atau ke masjid untuk menunaikan shalat 'Idul Fitri, disunnahkan kita berjalan kaki seraya mengucapkan takbir dengan nyaring dan terus-menerus. Selain itu, yang utama menurut sunnah, kita pergi dan kembali dari shalat `Id tidak melalui jalan yang sama.
Sebelum melakukan shalat 'Idul Fitri, kita disunnahkan makan sedikit terlebih dahulu. Berbeda dengan ketika akan pergi shalat 'Idul Adha, disunnahkan kita tidak makan apa-apa sampai kembali dari shalat.
Dan amat disukai pula kita mandi dan memakai wangi-wangian pada pagi hari raya ini serta memakai pakaian terbaik yang kita miliki. AlHasan bin Ali, cucu Rasulullah SAW, meriwayatkan, "Pada setiap hari raya, Rasulullah SAW menyuruh kami agar mengenakan pakaian terbaik yang kami miliki, memakai minyak wangi terbaik yang kami punyai, dan menyembelih hewan qurban termahal yang kami mampu sediakan."
Disunnahkan pula mengajak kaum perempuan yang dewasa maupun yang masih remaja, telah bersuami maupun yang masih gadis, demikian pula anak-anak, untuk menghadiri shalat hari raya. Bahkan, wanita yang sedang haid pun dianjurkan hadir, untuk mendengarkan khutbah. Tetapi jika pelaksanaannya di dalam masjid, wanita yang sedang haid itu harus mencari tempat tersendiri, tidak masuk ke dalam masjid.
Yang perlu diperhatikan, wanita yang akan melakukan shalat `Id tidak boleh memakai pakaian yang berlebihan, tidak berdandan secara mencolok, dan tidak memakai wangi wangian yang kuat aromanya, karena akan menjadikan mereka sebagai sumber fitnah (godaan). Artinya, kaum laki-laki mungkin akan tergoda oleh penampilan yang demikian dan mungkin juga akan menggoda, sehingga merugikan kedua pihak.
Shalat `Idul Fitri dikerjakan dua rakaat, seperti shalat yang lain, dan tidak ada shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kecuali, apabila dilakukan di masjid, tetap disunnahkan melakukan shalat Tahiyyatul Masjid sebelum duduk.
Pada shalat `Id tidak ada adzan dan iqamah, karena hal itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah, ia mengatakan, "Aku pernah melakukan shalat `Id bersama Nabi SAW, bukan hanya sekali-dua kali, tanpa adzan dan iqamah." (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan At-Tirmidzi)). Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas dan Jabir, "Belum pernah dilakukan adzan dan iqamah pada Hari Raya `Idul Fitri dan `Idul Adha." (HR Ahmad, Al-Bukhari, dan Muslim).
Pada setiap rakaat sebelum membaca surah Al-Fatihah, kita disunnahkan membaca beberapa takbir tambahan. Pada rakaat pertama, kita membaca tujuh kali takbir (selain takbiratul ihram) setelah membaca doa Iftitah. Dan pada rakaat ke dua, membaca lima kali takbir selain takbir ketika bangkit dari sujud.
Mengenai apa yang dibaca di antara satu takbir dan takbir lainnya, ada beberapa pendapat, sebagaimana yang diuraikan oleh An-Nawawi dalam kitabnya, al-Adzkar. Menurut mayoritas ulama, kita disunnahkan mengucapkan kalimat berikut: :
Subhanallahi wal-hamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar.
"Mahasuci Allah, dan segala puji bagi-Nya. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Allah Mahabesar."
Tetapi ada pula ulama yang berpendapat bahwa yang dibaca adalah kalimat ini:
La ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu biyadihil-khair, wa huwa `ala kulli syai-in qadir.
"Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu apa pun bagi-Nya. Bagi-Nya-lah kerajaan (kekuasaan) dan bagi-Nya jualah segala pujian. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."
Ada pula yang mengatakan bahwa yang dibaca adalah kalimat berikut:
Allahu akbar kabira, wal-hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw wa ashila
"Allah Mahabesar, besar sekali. Segala puji milik Allah, sungguh banyak
sekali. Mahasuci Allah, baik di pagi hari maupun di petang hari"
Kita dapat memilih bacaan yang mana saja di antara bacaan-bacaan di atas. Seandainya semua bacaan tersebut tidak dibaca, bahkan bila takbir-takbir tambahan itu juga tidak dibaca, shalatnya tetap sah dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Hanya saja tidak mendapatkan keutamaan.
Jika imam lupa membaca takbir takbir itu sampai membaca Al-Fatihah, menurut pendapat yang shahih, ia tidak perlu mengulangi untuk membaca takbir-takbir itu. Sedangkan bagi makmum yang ketinggalan, jika imam sudah membaca beberapa kali takbir, ikutilah takbir yang diucapkan imam, tidak perlu diulangi yang tertinggal.
Mengenai surah yang dibaca, disukai sesudah membaca Al-Fatihah kita membaca surah AI-A’la pada rakaat yang pertama, dan pada rakaat yang kedua sesudah Al-Fatihah membaca surah Al-Ghasyiyah.
Sedangkan di dalam khutbahnya, khatib disunnahkan membaca takbir sembilan kali di awal khutbah yang pertama dan kemudian membaca takbir tujuh kali di awal khutbah yang kedua. Jadi sama dengan yang dilakukan ketika khutbah 'Idul Adha. Dan sangat baik khutbah itu diakhiri dengan firman Allah:
Subbhana rabbika rabbil-'izzati `amma yashifuna wa salamun `alal-mursalina wal-hamdu lillahi rabbil-alamin.
"Mahasuci Tuhan-Mu, yang mempunyai kebesaran dari apa yang mereka sifatkan, dan kesejahteraan semoga terlimpah atas para rasul, clan segala pujian itu milik Allah, Pemelihara seluruh alam."
Bacaan pada Hari Raya
Menurut para ulama Madzhab Syafi'i, shalat `Id lebih utama dikerjakan di masjid, karena merupakan tempat yang termulia. Sedangkan para ulama di luar Madzhab Syafi'i pada umumnya berpendapat bahwa shalat `Id lebih utama dilakukan di tanah lapang yang luas dan suci, agar suara takbir membahana.
Ketika pergi ke tanah lapang atau ke masjid untuk menunaikan shalat 'Idul Fitri, disunnahkan kita berjalan kaki seraya mengucapkan takbir dengan nyaring dan terus-menerus. Selain itu, yang utama menurut sunnah, kita pergi dan kembali dari shalat `Id tidak melalui jalan yang sama.
Sebelum melakukan shalat 'Idul Fitri, kita disunnahkan makan sedikit terlebih dahulu. Berbeda dengan ketika akan pergi shalat 'Idul Adha, disunnahkan kita tidak makan apa-apa sampai kembali dari shalat.
Dan amat disukai pula kita mandi dan memakai wangi-wangian pada pagi hari raya ini serta memakai pakaian terbaik yang kita miliki. AlHasan bin Ali, cucu Rasulullah SAW, meriwayatkan, "Pada setiap hari raya, Rasulullah SAW menyuruh kami agar mengenakan pakaian terbaik yang kami miliki, memakai minyak wangi terbaik yang kami punyai, dan menyembelih hewan qurban termahal yang kami mampu sediakan."
Disunnahkan pula mengajak kaum perempuan yang dewasa maupun yang masih remaja, telah bersuami maupun yang masih gadis, demikian pula anak-anak, untuk menghadiri shalat hari raya. Bahkan, wanita yang sedang haid pun dianjurkan hadir, untuk mendengarkan khutbah. Tetapi jika pelaksanaannya di dalam masjid, wanita yang sedang haid itu harus mencari tempat tersendiri, tidak masuk ke dalam masjid.
Yang perlu diperhatikan, wanita yang akan melakukan shalat `Id tidak boleh memakai pakaian yang berlebihan, tidak berdandan secara mencolok, dan tidak memakai wangi wangian yang kuat aromanya, karena akan menjadikan mereka sebagai sumber fitnah (godaan). Artinya, kaum laki-laki mungkin akan tergoda oleh penampilan yang demikian dan mungkin juga akan menggoda, sehingga merugikan kedua pihak.
Shalat `Idul Fitri dikerjakan dua rakaat, seperti shalat yang lain, dan tidak ada shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kecuali, apabila dilakukan di masjid, tetap disunnahkan melakukan shalat Tahiyyatul Masjid sebelum duduk.
Pada shalat `Id tidak ada adzan dan iqamah, karena hal itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samurah, ia mengatakan, "Aku pernah melakukan shalat `Id bersama Nabi SAW, bukan hanya sekali-dua kali, tanpa adzan dan iqamah." (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan At-Tirmidzi)). Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas dan Jabir, "Belum pernah dilakukan adzan dan iqamah pada Hari Raya `Idul Fitri dan `Idul Adha." (HR Ahmad, Al-Bukhari, dan Muslim).
Pada setiap rakaat sebelum membaca surah Al-Fatihah, kita disunnahkan membaca beberapa takbir tambahan. Pada rakaat pertama, kita membaca tujuh kali takbir (selain takbiratul ihram) setelah membaca doa Iftitah. Dan pada rakaat ke dua, membaca lima kali takbir selain takbir ketika bangkit dari sujud.
Mengenai apa yang dibaca di antara satu takbir dan takbir lainnya, ada beberapa pendapat, sebagaimana yang diuraikan oleh An-Nawawi dalam kitabnya, al-Adzkar. Menurut mayoritas ulama, kita disunnahkan mengucapkan kalimat berikut: :
Subhanallahi wal-hamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar.
"Mahasuci Allah, dan segala puji bagi-Nya. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Allah Mahabesar."
Tetapi ada pula ulama yang berpendapat bahwa yang dibaca adalah kalimat ini:
La ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu biyadihil-khair, wa huwa `ala kulli syai-in qadir.
"Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu apa pun bagi-Nya. Bagi-Nya-lah kerajaan (kekuasaan) dan bagi-Nya jualah segala pujian. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."
Ada pula yang mengatakan bahwa yang dibaca adalah kalimat berikut:
Allahu akbar kabira, wal-hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw wa ashila
"Allah Mahabesar, besar sekali. Segala puji milik Allah, sungguh banyak
sekali. Mahasuci Allah, baik di pagi hari maupun di petang hari"
Kita dapat memilih bacaan yang mana saja di antara bacaan-bacaan di atas. Seandainya semua bacaan tersebut tidak dibaca, bahkan bila takbir-takbir tambahan itu juga tidak dibaca, shalatnya tetap sah dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Hanya saja tidak mendapatkan keutamaan.
Jika imam lupa membaca takbir takbir itu sampai membaca Al-Fatihah, menurut pendapat yang shahih, ia tidak perlu mengulangi untuk membaca takbir-takbir itu. Sedangkan bagi makmum yang ketinggalan, jika imam sudah membaca beberapa kali takbir, ikutilah takbir yang diucapkan imam, tidak perlu diulangi yang tertinggal.
Mengenai surah yang dibaca, disukai sesudah membaca Al-Fatihah kita membaca surah AI-A’la pada rakaat yang pertama, dan pada rakaat yang kedua sesudah Al-Fatihah membaca surah Al-Ghasyiyah.
Sedangkan di dalam khutbahnya, khatib disunnahkan membaca takbir sembilan kali di awal khutbah yang pertama dan kemudian membaca takbir tujuh kali di awal khutbah yang kedua. Jadi sama dengan yang dilakukan ketika khutbah 'Idul Adha. Dan sangat baik khutbah itu diakhiri dengan firman Allah:
Subbhana rabbika rabbil-'izzati `amma yashifuna wa salamun `alal-mursalina wal-hamdu lillahi rabbil-alamin.
"Mahasuci Tuhan-Mu, yang mempunyai kebesaran dari apa yang mereka sifatkan, dan kesejahteraan semoga terlimpah atas para rasul, clan segala pujian itu milik Allah, Pemelihara seluruh alam."
Bacaan pada Hari Raya
Bacaan berikut sangat baik dibaca pada pagi Hari Raya 'Idul Fitri dan juga Hari Raya 'Idul Adha:
Astaghfirullahal –‘azhim (100 x)
“Aku memohon ampun kepada Allah, yang Maha Agung”
Subhanallahi wa bihamdih (300 x)
"Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya.”
Allahumma inni ahdaitu tsawaba hadzihit-tasbihati li amwatil-muslimina wal-muslimcit. (3 x)
“Ya Allah aku hadiahkan pahala tasbih ini untuk muslimin dan mulimat yang telah wafat.”
Di dalam kitab Al- Wasail Asy-Syafi'ah fi Al-Adzkar wa Al -Adiyyah li Al-Asbab Al-Waqiah halaman 215-216, karya Habib Muhammad bin Ali Khird, disebutkan, di antara doa yang dapat dibaca pada hari raya adalah doa ini:
Allahumma inni as-aluka 'aysyatan taqiyyatan wa maytatan sawiyyatan wa maraddan ghayra mukhzin wala fadhih. Allahumma la tuhlikna faj-atan wala ta'khudzna baghtatan wala tu’jilna `an haqqin wa washiyyah. Allahumma inna nas-alukal-`afafa wal-ghina wat-tuqa wal-huda wa laa husna `aqibatil-akhirati wal-ula, wa na `udzu bika minasy-syakki wasy-syiqaqi war-riya-i was-sum`ati fi dinika ya muqallibal-qulub. (Rabbana la tuzigh qulubana ba `da idz hadaytana wa hab lana min ladunka rahmah. Innaka antal-wahhab).
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kehidupan yang bertaqwa, kematian yang benar, dan sebab yang tidak memalukan dan tidak pula membuka aib. Ya Allah. janganlah Engkau binasakan kami dengan tiba-tiba dan janganlah Engkau cabut kami dari kebenaran dan nasihat. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu sifat iffah (suka menjaga diri), kekayaan, ketaqwaan, petunjuk, dan akhir yang baik di dunia dan di akhirat. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keraguan, pertikaian, riya', dan sum'ah (melakukan sesuatu karena ingin didengar orang) dalam agama-Mu, wahai Dzat Yang membolak-balikkan hati (Ya Tuhan kami.. janganlah Engkau simpangkan hati hati kami setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi anugerah)."
Di dalam kitab itu pula dikutip ucapan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menganjurkan agar kita membaca ayat-ayat berikut pada hari raya sebanyak tujuh puluh kali atau empat puluh kali:
Rabbana zhalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanaku-nanna minal-khasirin. Faghfir lana warhamna wa anta khayrur-rahimin.
“ Ya Tuhan kami, kami telah menaniaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi (QS AI-A'raf: 23). Maka ampunilah kami dan kasihilah kami, dan Engkau adalah sebaik-baik yang mengasihi (QS AI-Mu'minun: 109).
Kemudian membaca ayat ini dua puluh kali:
Walladzi athma’u an yaghfira li kha-ti-ati yawmad-din
”Dan yang amat kuinginkan akan mengampuniku atas kesalahanku pada hari kiamat.” (QS Asy-Syu’ara 82)
Kemudian membaca ayat ini 20 puluh kali :
Qala rabbi inni zhalamtu nafsi faghfir li faghafara lah. Innahu huwalghafurur-rahim.
"la (Musa) berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku' Maka Allah mengampuninya. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS AI-Qashash - 16)
Setelah itu membaca ayat ini:
La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minazh-zhalimin.
"Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim." (QS A-lAnbiya': 87).
Tahniah `Id
Apabila berjumpa dengan kerabat atau sahabat pada Hari Raya `Id, kita dianjurkan mengucapkan tahniah (ucapan selamat). Diriwayatkan oleh Jubair bin Nufair, "Sahabat Rasulullah SAW apabila berjumpa satu sama lain di Hari Raya `Id, mengucapkan:
Taqabbalallahu minna wa minkum.
`Semoga Allah menerima amalan kami dan amalanmu"'
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath AI Bari, "Sanad hadits ini hasan."
Agar Doa di Hari 'Idul Fitri Diterima
Sebagaimana telah disebut di atas, Hari Raya `Idul Fitri, baik malam maupun siangnya, termasuk saat yang mustajab untuk berdoa. Karenanya, sangat bagus apabila saat-saat itu kita manfaatkan untuk memoho hajat-hajat kita kepada Allah SWT. Namun banyak orang yang telah lama berdoa tapi belum juga dikabulkan. Padahal, mereka merasa telah memohon dengan penuh kesungguhan dan air mata pun telah jatuh bercucuran. Ada pula orang-orang yang dalam hidupnya acapkali ditimpa musibah yang datang susul-menyusul tak pernah berhenti.
Bagi mereka yang mengalami keadaan-keadaan sebagaimana di atas, tak ada jalan lain selain segera bertaubat dan beristighfar. Dengan banyak beristighfar, insya Allah doa kita akan lebih mudah diterima.
Di antara istighfar yang ma'tsur dan terkenal adalah istighfar berikut ini, yang dapat dibaca sebelum kita berdoa. Dan jika merutinkannya setiap hari 27 kali atau 25 kali, kita akan termasuk orang yang dikabulkan doanya. Inilah istighfarnya:
Allahummaghfir lil-mu'minina walmu'minati wal-muslimina wal-muslimati hayyihim wa mayyitihim wa syahidihim wa gha'ibihim wa qaribihim wa ba `idihim. Innaka ta `lamu matswahum wa mutaqallabahum.
"'Ya Allah, ampunilah kaum mu'minin dan mu'minat, muslimin dan muslimat; yang masih hidup dan yang sudah mati, yang hadir dan yang ghaib, yang dekat dan yang jauh. Sesungguhnya Engkau mengetahui tempat tinggal mereka dan mesa depan mereka.”
Taqabbalallahu minna wa minkum.
`Semoga Allah menerima amalan kami dan amalanmu"'
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath AI Bari, "Sanad hadits ini hasan."
Agar Doa di Hari 'Idul Fitri Diterima
Sebagaimana telah disebut di atas, Hari Raya `Idul Fitri, baik malam maupun siangnya, termasuk saat yang mustajab untuk berdoa. Karenanya, sangat bagus apabila saat-saat itu kita manfaatkan untuk memoho hajat-hajat kita kepada Allah SWT. Namun banyak orang yang telah lama berdoa tapi belum juga dikabulkan. Padahal, mereka merasa telah memohon dengan penuh kesungguhan dan air mata pun telah jatuh bercucuran. Ada pula orang-orang yang dalam hidupnya acapkali ditimpa musibah yang datang susul-menyusul tak pernah berhenti.
Bagi mereka yang mengalami keadaan-keadaan sebagaimana di atas, tak ada jalan lain selain segera bertaubat dan beristighfar. Dengan banyak beristighfar, insya Allah doa kita akan lebih mudah diterima.
Di antara istighfar yang ma'tsur dan terkenal adalah istighfar berikut ini, yang dapat dibaca sebelum kita berdoa. Dan jika merutinkannya setiap hari 27 kali atau 25 kali, kita akan termasuk orang yang dikabulkan doanya. Inilah istighfarnya:
Allahummaghfir lil-mu'minina walmu'minati wal-muslimina wal-muslimati hayyihim wa mayyitihim wa syahidihim wa gha'ibihim wa qaribihim wa ba `idihim. Innaka ta `lamu matswahum wa mutaqallabahum.
"'Ya Allah, ampunilah kaum mu'minin dan mu'minat, muslimin dan muslimat; yang masih hidup dan yang sudah mati, yang hadir dan yang ghaib, yang dekat dan yang jauh. Sesungguhnya Engkau mengetahui tempat tinggal mereka dan mesa depan mereka.”
No comments:
Post a Comment