Friday, December 5, 2008

AMALIAH IDUL ADHA

Tak lama lagi kita akan memasuki Hari Raya Idul Adha. Meskipun di Indonesia kaum muslimin menyam­but hari raya ini tidak seperti menyambut raya 'Idul Fitri, sesungguhnya ia tak kalah penting. Bahkan, ia memiliki kelebihan yang tak terdapat pada hari raya `Idul Fitri maupun pada hari-hari besar umat Islam lainnya. Yang paling penting, hari raya ini di antaranya berkaitan de­ngan pelaksanaan ibadah haji, juga dengan ibadah qurban.
Sebagaimana `Idul Fitri, `Idul Adha juga hari raya kita yang harus kita agung­kan, dengan melaksanakan berbagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. `Idul Fitri dan `Idul Adha adalah hari raya tahunan kita, di samping hari raya setiap pekan, yaitu hari Jum'at. Da­lam hadits disebutkan, Rasulullah SAW mensyariatkan dua hari raya ini sebagai ganti dua hari raya Jahiliah yang digunakan orang Arab untuk masa-masa keramaian dan riang gembira. Rasulullah SAW berkata kepada penduduk Madinah, "Allah telah menggantikan kedua hari Jahiliah ini dengan yang lebih baik dari­pada keduanya, yaitu hari `Idul Adha dan `Idul Fitri."

Menghidupkan Hari dan Malam `Idul Adha
Ada beberapa hal penting berkaitan de­ngan `Idal Adha, terutama bagi mereka yang tidak sedang melakukan ibadah haji, yaitu tentang menghidupkan malam `Idul Adha, pelaksanaan shalat `Idul Adha, dan penyembelihan qurban. Meskipun masa­lah-rnasalah tersebut adalah hal-hal biasa saja yang secara rutin kita alami dan kita jalani, banyak hal penting berkaitan de­ngan ketiga persoalan tersebut yang perlu kita perhatikan. Beberapa hal di antaranya mungkin belum kita ketahui atau belum kita pahami, karena jarang dibicarakan atau disampaikan. Karena itulah, bonus doa kali ini akan menyuguhkan kepada Anda amalan-amalan yang berkaitan de­ngan hal-hal tersebut disertai penjelasan yang terperinci.

PUASA HARI ARAFAH
Sebelum memperhatikan amalan-amal­an yang berhubungan dengan meng­hidupkan malam dan hari `Idul Adha, kita perhatikan dulu ihwal puasa hari Arafah.

Sebelum Hari Raya 'Idul Adha, kita terlebih dahulu memasuki hari Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari itu orang-orang yang tidak me­laksanakan ibadah haji disunnahkan berpuasa. Orang-orang yang melaksana­kan ibadah haji sedang berwuquf di Arafah. Puasa Arafah merupakan salah satu puasa yang disunahkan Rasulullah SAW.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa mengerjakan puasa di hari Arafah ka­rena hanya mengharapkan ridha Allah, Allah akan menghapuskan doss-dosanya selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang." Namun orang­orang yang sedang melaksanakan ibadah haji (berwuquf di Arafah) dilarang ber­puasa pada hari tersebut. Abu Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW melarang berpuasa pada hari Arafah kepada orang­orang yang sedang berwuquf."

Menghidupkan Malam 'Idul Adha

Berdasarkan hadits-hadits yang ada, disunnahkan kita menghidupkan malam 'Idul Adha, sebagaimana juga malam 'Idul Fitri, dengan banyak berdzikir ke­pada Allah, melakukan shalat, berdoa, beristigfar, dan mengerjakan ketaatan-­ketaatan lainnya. Juga disunnahkan ba­nyak bersedekah. Di dalam Al-Quran di­katakan, "Dan sebutlah Allah di hari-hari yang berbilang-bilang." (QS Al-Bagarah: 203 1. Menurut Ibn Abbas, hari yang ber­bilang-bilang itu adalah ketiga hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijj ah).

Para ulama berbeda pendapat tentang berapa lama ukuran waktu untuk dapat dikatakan telah menghidupkan malam 'Idul Adha. Ada yang berpendapat, sese­orang harus menggunakan sebagian be­sar waktu malam itu untuk beribadah. Tetapi ada pula yang mengatakan, ber­ibadah beberapa saat saja di malam itu telah memadai.
Di malam 'Idul Adha serta sebelum dan sesudahnya kita disunnahkan ber­takbir, yakni sejak setelah shalat Subuh

pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) sampai setelah shalat Ashar hari tasyriq yang terakhir, yakni tanggal 13 Dzulhij­jah. Jadi waktunya lebih lama dibanding­kan takbir pada saat 'Idul Fitri.

Dalam hadits yang diriwayatkan Ath­Thabarani dari Ubadah bin Shamit di­katakan, "Barang siapa menghidupkan dua malam 'Id, tidaklah mati hatinya di saat mati seluruh hati_' Dalam hadits lain yang diriwayatkan Anas dikatakan, "Hiasilah dua hari raya mu dengan tah­lil, takbir, tahmid, dan taqdis (menyuci­kan Allah)

Lafaz takbir adalah sebagai berikut:

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar

"Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar."

Tetapi redaksi takbir pada 'Idul Adha dan juga 'Idul Fitri yang biasa dibaca masyarakat Islam sejak masa sahabat adalah berikut ini

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lilahil-hamd.

-Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tidak ada Tuhan melain­kan Allah, dan Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, dan segala puji milik Allah."

Dan menurut Imam Syafi'i, bagus jika ditambahkan dengan kalimat-kalimat berikut ini:

Allahu akbar kabira, wal-hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw-wa ashila, la ilaha illallahu wa la na'budu illa iyyah, mukhlishina lahud-dina walau karihal-kafirun, la ilaha illallahu wahdahu shadaqa wahdahu wa nashara 'abdahu wa hazamal-ahzaba wahdahu la ilaha illallahu wallahu akbar.

“ Allah Mahabesar ,sangat besar sekali.Segala puji milik Allah, sungguh banyak sekali.Mahasuci Allah,baik di pagi hari maupun di petang hari.Tidak ada Tuhan melainkan Allah.

Tak ada yang kami sembah melainkan Dia, dengan ikhlas menjalankan agama karena-Nya sekalipun orang-orang kafir membenci. Ti dak ada Tuhan melainkan Allah semata, Dia menepati janji-Nya, me­nolong hamba-Nya, menghancurkan sekutu-sekutu musyrikin sendirian. Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Allah Maha­besar.'
Selama hari-hari takbir itu, kita me­ngumandangkan takbir setiap selesai me­lakukan shalat apa saja, baik shalat far­dhu. shalat sunnah, maupun shalat Jena­zah. Juga baik shalat fardhu itu shalat yang tunai, shalat qadha, maupun shalat yang dinazarkan. Takbir itu dapat dibaca di rumah, di masjid, di jalan jalan umum, di majelis-majelis khusus, di mana saja di tempat yang layak untuk itu, karena takbir itu merupakan syiar hari raya.

Malam 'Idul Adha dan juga siang harinya adalah salah satu di antara saat ­saat yang paling utama dalam setahun dan penuh dengan keberkahan. Berdoa di waktu itu sangat dianjurkan, karena merupakan saat dikabulkannya per­mohonan. Karena itu, sebaiknya malam dan siang hari 'Idul Adha, selain diguna­kan untuk mengerjakan hat-hat lain, juga dimanfaatkan untuk menyampaikan apa yang kita butuhkan kepada Allah SWT.

Untuk keperluan di atas, kita dapat me­lakukan shalat Hajat_ Di antara caranya adalah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abi Aufa, ia mengatakan, "Rasulullah pernah keluar ke tempat kami kemudian bersabda. 'Barang siapa memiliki ke­butuhan kepada Allah atau kepada se­orang manusia, hendaklah ia berwudhu dan membaguskan wudhunya, lalu melakukan shalat dua rakaat, kemudian memuji (bertahmid ) kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW. Setelah itu mengucapkan:

La ilaha illallahul-halimul-karim, sub­ hanallahi rabbil-`arsyil-`azhimi wal-hamdu lillahi rabbil-`alamin, as'aluka mujibati rah­matika wa`aza'ima maghfiratika wal-gha­nimata min kulli birrin was-salamata min kulli dzanbin, la tada ` li dzanban illa ghafartahu wa la hamman illa farajtahu wa la hajatan hiya laka ridhan illa qadaytaha ya arhamar­-rahimin.

"Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Penyantun lagi Maha Pemurah. Mahasuci Allah, Tuhannya Arsy, yang agung, dan segala puji milik Allah, Tuhan sekalian alam. Aku memohon kepada-Mu penyebab-penyebab rahmat-Mu, ampun­an-Mu, simpanan setiap kebaikan, dan ke­selamatan dari setiap dosa. Janganlah Engkau biarkan suatu dosa padaku melain­kan aku Engkau ampuni, jangan biarkan suatu kesusahan melainkan Engkau le­paskan, jangan pula biarkan suatu ke­butuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Paling Peng­asih di antara yang pengasih.

No comments: