Thursday, September 25, 2008

Lebaran ikut Rasulullah SAW beridul Fitri

Shalat sunnah Id dua rakaat. Rakaat pertama setelah takbiratul ihram, disusul dengan takbir tujuh kali. Sedang rakaat kedua ditambah takbir lima kali. Tidak ada shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat Id.
Ketika Bilal menyerukan adzan maghrib di akhir bulan Ramadhan, wajah para sahabat pada sumringah senang Rasulullah SAW menangkap suasana gembira itu, "Orang yang berpuasa akan memperoleh dua kebahagiaan­. Kebahagiaan saat berakhirnya ibadah puasa dan kebahagian saat bertemu Rabbnya kelak (dengan pahala puasa yang sa­ngat besar)." Usai shalat Maghrib, berku­mandang takbir di masjid, di rumah, dan di jalan-jalan.

Kebahagiaan itu semakin bertambah ketika para sahabat masih ingat pesan Rasulullah SAW, yang menyebutkan, "Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan landasan iman dan mengharap balasan da­ri Allah, akan dihapus­kan dosanya yang lalu (sehingga jiwanya kem­bali menjadi suci)." Ka­rena itulah, malam Idul Fitri merupakan hari yang berbahagia bagi para para sahabat.
Mereka mengang­gap akan kembali fitri, yang dalam bahasa Arab berasal dari kata "fa-tha-ra", berarti "ber­buka". Maksudnya tidak berpuasa lagi. Namun sebagian ada yang me­nafsirkan secara sim­bolis sebagai fitrah, kembali "suci", bagi me­reka yang telah lulus dalam ujian ibadah pua­sa, sehingga menjadi manusia baru dengan maqam yang baru. Wallahua'lam.

Beberapa sahabat harus menyelesaikan kewajiban mereka untuk membayar zakat fitrah, yaitu berupa bahan makanan pokok di negeri yang ber­sangkutan sebanyak 2 sha' atau 2.176 gram (2,2 kg). Namun banyak sahabat yang mele­bihkan ukuran, untuk mendapatkan keman­tapan dalam beramal. Ada sahabat yang memberikan zakat fitrah juah hari sebelum malam Idul Fitri, ada yang memberikan ma­lam itu, tetapi ada juga yang memberikan zakat fitrah menjelang shalat Idul Fitri pada pagi harinya. Sementara itu, orang-orang kaya yang belum selesai dengan zakat malnya meng­hitung hartanya dan memberika kepada fakir miskin.

Namun ada pula beberapa sahabat yang menangis haru, sebab mereka telah meninggalkan bulan yang penuh berkah yang doanya diijabah, dan pahalanya khusus dicatat oleh Allah. Mereka menangis bukan karena kecewa, tetapi bertanya apakah masih ada umur lagi untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan.
Bulan yang secara bahasa berarti membakar", yaitu membakar dosa, sebagaimana layaknya api membakar besi, sehingga menghilangkan karat yang melekat.
Usai shalat Subuh berjamaah, Nabi dan para sahabat bersiap-siap melaksanakan shalat Idul Fitri di lapangan terbuka.

Mengapa dinama­kan shalat Id? Sebab _ kata itu berasal dari kata ­'aud, yang berart ulang". Maksudnya shalat sunnah itu berulang setiap tahun. Namun ada juga yang mengartikan, karena kegembiraan yang terjadi seiring kembalinya hari itu.
Para sahabat biasanya mandi dulu sebelum berangkat ke tempat shalat Id, sebagaimana tersebut dalam riwayat Abdullah bin Umar. Selain itu, Rasulullah SAW makan tiga kurma sebelum berangkat.
Imam Al-Mihlab di kemudian hari menjelaskan hikmah makan sebelum shalat, agar orang tidak menyangka bahwa kita harus puasa terus hingga shalat `Id. Tampaknya Nabi ingin mencegah orang agar tidak salah paham (fathul Bari 2/447). Makan sebelum Idul Fitri berbalikan dengan ldul Adha makan dilakukan setelah shala­t.

No comments: