Maasyiral muslimin rahimakumullah! Allah SWT telah berfirman, yang artinya, "Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan, di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian." (Adz-Dzaariyaat: 17--19).
”(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabnya?” (Az-Zumar: 9). Allah Azza wa Jalla telah mendidik dan mensucikan Rasulullah saw. dengan kewajiban mulia ini. Allah SWT berfirman, "Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit." (Al-Muzzammil: 1--3). "Dan, pada sebahagian malam hari salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (Al-Israa': 79). Abu Abdurrahman as-Salmi rhm. berkata, "Tatkala ayat dari surah Muzzammil diturunkan, Rasulullah saw. dan para sahabatnya melaksanakan salat malam selama setahun hingga kaki mereka bengkak-bengkak. Lalu, Allah menurunkan ayat-Nya, yang artinya, "Sesungguhnya Rabmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan, Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat….”(Al-Muzzammil: 20). Allah SWT menjadikan salat malam sebagai sekolah bagi jiwa dan obat jiwa dan fisik. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Hendaknya kalian mengerjakan salat malam karena ia merupakan kebiasaan orang saleh sebelum kalian, pendekatan kepada Rab kalian, pencegahan dari perbuatan dosa, menghapus kesalahan dan mengusir penyakit dari tubuh." Seorang hamba yang melaksanakan salat malam di sepertiga malam yang terakhir, berdiri dan duduk, ruku dan sujud, berdoa dan merendahkan diri, menangis dan bertobat, maka Allah pada waktu itu akan memandang kepadanya dengan pandangan rahmat, waktu ketika Allah Azza wa Jalla turun ke langit dunia dan berfirman, "Siapa yang meminta, Aku beri. Siapa yang meminta ampunan, Aku beri ampunan. Siapa yang bertobat, Aku terima tobatnya. Siapa yang berdoa, Aku penuhi doanya." Itulah waktu di akhir malam di waktu sahur, waktu turunnya rahmat dan mengandung banyak keberkahan. Allah menerima tobat orang yang bertobat kepada-Nya, mengabulkan orang yang berdoa kepada-Nya, memberi orang yang meminta-Nya, siapa yang mendekat kepada-Nya sejengkal, Ia akan mendekat kepada orang itu sehasta. Bila ia mendekat kepada Allah sehasta, Allah akan mendekat kepadanya sedepa. Dan, siapa yang datang kepada-Nya dengan berjalan, Allah akan mendatangi orang itu dengan berjalan dengan bergegas. Maasyiral muslimin rahimakumullah! Rasulullah saw. bila mengerjakan qiyaamullail (salat malam), beliau melamakan berdiri--dan ini adalah sunah--, dan begitulah para sahabat melakukannya hingga mereka bersandar kepada tongkat akibat lamanya berdiri. Bila kalian merasa berat atau susah dengan lamanya berdiri, ingatlah hari ketika manusia berdiri menghadap Rab alam semesta. Ingatlah lamanya berhenti di hadapan Allah di hari yang orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Ingatlah ketika kamu berhenti di dunia ini untuk mendapatkan bagian dari dunia, padahal Allah Jalla Jalaaluhu lebih berhak untuk kita berhenti di hadapan-Nya, mengatur kaki mendekat kepada-Nya dan bersemangat untuk memperoleh pahala dan ganjaran dari-Nya. Adalah Rasulullah saw. bila mengerjakan salat malam hingga bengkak kedua kakinya. Maasyiral muslimin rahimakumullah! Rasulullah saw. memerintahkan kepada para sahabatnya agar melaksanakan salat malam. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Saya adalah pemuda bujangan. Saya tidur di masjid, lalu saya bermimpi didatangi dua orang malaikat dan membawaku ke neraka dan ia seperti sumur yang dilipat. Dan, mendadak kedua malaikat itu menghubungkannya seperti dua tanduk sumur. Maka aku mendapati di dalamnya manusia yang aku mengenal mereka, lalu aku berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari api neraka. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka." Kedua malaikat itu lalu berkata, "Engkau tidak akan takut … engkau tidak akan takut." Peristiwa ini lalu aku ceritakan kepada Hafsah, dan ia kemudian menceritakannya kepada Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw. bersabda, "Sebaik-baik orang adalah Abdullah, bila ia melakukan salat malam. Maka, setelah itu Abdullah bin Umar tidak meninggalkan salat malam. Ia tidak tidur malam kecuali hanya sedikit karena Allah Azza wa Jalla memuji atas orang yang zuhud terhadap dunia dan menghabiskan waktunya untuk Rabnya. Ia menyendiri dengan Allah dalam kegelapan malam ketika mata manusia telah terpejam, gerakan telah diam, dan suara telah sunyi. Ia mneyendiri bersama Rab Azza wa Jalla. Maka Allah SWT berfirman, "(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (Ali Imran: 17). Allah mengenakan kepada mereka cahaya dari cahaya-Nya, memberikan kepada mereka mahabah (kewibawaan) di hati para makhluk dan menjadikan ucapan dan perbuatannya manis dan diterima manusia. Itulah para sahabat Muhammad saw. Mereka perutnya kosong karena lapar dan matanya kabur karena tidak tidur. Mereka sujud dan ruku kepada Rabnya di waktu malam. Muadz bin Jabal r.a. berkata, "Kami datang dari Perang Tabuk, lalu saya melihat Rasulullah saw. tengah sendirian, Lalu aku mendatangi beliau dan berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku amal perbuatan yang bisa mendekatkan diriku kepada surga." Rasulullah saw. bersabda, "Bagus … bagus … sesungguhnya engkau telah bertanya tentang sesuatau yang besar dan sesungguhnya itu adalah kemudahan bagi yang dimudahkan oleh Allah. Engkau melaksanakan salat yang ditetapkan (salat wajib), menunaikan zakat yang diwajibkan, menjumpai Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, melaksanakan salat malam karena salat seseorang dalam sepertiga akhir dari malam akan menghapus kesalahan, bukankah aku telah menunjukkan kepadamu atas tiang itu semua, salat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti." Rasulullah saw. memerintahkan kepada Mu'adz bahwa bila ia menginginkan surga, hendaknya ia melaksanakan salat malam. Dan Mu'adz pun melaksanakan wasiat tersebut, ia melakukan salat malam dan berkata, "Ya Allah, bintang-bntang telah terbenam, mata telah tenang, dan Engkau Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak tidur. Ya Allah, sesungguhnya permintaanku kepada surga pelan dan lariku dari api neraka lemah, maka berilah aku petunjuk dari sisi-Mu yang engkau benamkan untukku hingga hari kiamat, sesungguhnya Engkau tidak menyelisihi janji." Mu'adz kemudian membiasakan salat malam, melaksanakan wasiat Rasulullah saw. Ketika kematian datang kepadanya, ia berkata, "Selamat datang kematian. Ya Allah, sesungguhnya saya takut kepadamu dan hari ini saya mengharap kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui saya tidak senang tetap berada di dunia untuk menggali sungai atau menanam tumbuhan, tetapi saya ingin tetap tinggal di dunia untuk merasakan dahaga di panas yang terik, tidak tidur di waktu malam, dan berada dalam lingkaran ilmu bersama para ulama." Itulah sahabat Rasululullah saw., Mu'adz bin Jabal r.a. Maasyiral muslimin rahimakumullah! Abu Hurairah r.a. pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla membenci setiap ja'dhari jawwath (orang yang keras, kasar, pelahap dan berjalan dengan sikap sombong), yang berteriak di pasar, menjadi bangkai di malam hari dan menjadi keledai di siang hari, mengetahui perkara dunia bodoh terhadap urusan akhirat." Sejelek-jelek sifat adalah berjalan dengan sombong, keras, kasar, dan banyak minum, berteriak-teriak di pasar, menjadi bangkai di malam hari, senantiasa tidak bangun malam, siang hari menjadi keledai, mahir dengan perkara dunia, mengetahui dan paham kondisinya, tetapi ia bodoh terhadap urusan akhirat, ia tidak bertanya tentang halal dan haram, ia tidak mengetahui mana sunah dan mana wajib, tidak terdetik sehari pun untuk membaca sesuatu dari Alquran, na'uudzubillaahi dari kondisi seperti itu. Allah Azza wa Jalla membenci orang yang memiliki sifat di atas, setiap yang keras, yang kasar, pelahap, yang berjalan dengan sikap sombong, yang berteriak di pasar, menjadi bangkai di malam hari dan menjadi keledai di siang hari, mengetahui perkara dunia bodoh terhadap urusan akhirat. Abu Hurairah mendengar perkataan tersebut dari Nabi saw. Maka kalimat-kalimat itu tertanam dalam hati Abu Hurairah r.a. Abu Utsman an-Nahdiyyi r.a. berkata, "Saya datang sebagai tamu kepada Abu Hurairah selama tujuh hari. Ia, istrinya, dan pembantunya saling membagi malam. Ia salat ini kemudian membangunkan itu, dan salat itu dan membangunkan ini. (Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam)." Keadaan mereka seperti keadaan keluarga Daud yang Allah berfirman untuk mereka, "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (Saba': 13). Dhirar bin Dhamrah al-Kanani berkata menyifati Ali r.a., "Ali adalah orang yang sangat kuat, langkahnya jauh, berkata dengan jelas dan berbicara dengan adil. Dari sekelilingnya terpancar ilmu dan dari sisi-sisinya hikmah berbicara. Demi Allah, ia seperti salah seorang di antara kita, akan mendekati kita bila kita mendatanginya dan memulai kita bila kita bertanya kepadanya. Ia tidak suka terhadap dunia dan perhiasannya, tetapi suka dengan malam dan kegelapannya. Saya bersaksi kepada Allah, saya telah melihatnya dalam sebagian sikapnya, saat malam telah menurunkan tabirnya dan bintang telah tenggelam, ia memegang jenggotnya meliuk-liukkan orang miskin dan menagis tangisan orang sedih. Ia berdoa, "Ya Rab kami, ya Rab kami, kemudian ia berkata, "Wahai dunia, tipulah orang lain selainku, pergilah jauh-jauh … saya telah menceraikanmu dengan tiga, kedudukanmu hina, usiamu pendek, dan perkaramu mudah, ah sedikitnya bekal, risaunya perjalannya, dan jauhnya jalan". Begitulah para sahabat Muhammad, maka marilah kita mencontoh mereka dalam perilaku dan sikap, termasuk dalam melaksanakan salat malam. Kita tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari manusia, tetapi yang kita harapkan adalah balasan dan rida Allah SWT. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang sabar dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Amin. Wallahu a'lam.
”(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabnya?” (Az-Zumar: 9). Allah Azza wa Jalla telah mendidik dan mensucikan Rasulullah saw. dengan kewajiban mulia ini. Allah SWT berfirman, "Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit." (Al-Muzzammil: 1--3). "Dan, pada sebahagian malam hari salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (Al-Israa': 79). Abu Abdurrahman as-Salmi rhm. berkata, "Tatkala ayat dari surah Muzzammil diturunkan, Rasulullah saw. dan para sahabatnya melaksanakan salat malam selama setahun hingga kaki mereka bengkak-bengkak. Lalu, Allah menurunkan ayat-Nya, yang artinya, "Sesungguhnya Rabmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan, Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat….”(Al-Muzzammil: 20). Allah SWT menjadikan salat malam sebagai sekolah bagi jiwa dan obat jiwa dan fisik. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Hendaknya kalian mengerjakan salat malam karena ia merupakan kebiasaan orang saleh sebelum kalian, pendekatan kepada Rab kalian, pencegahan dari perbuatan dosa, menghapus kesalahan dan mengusir penyakit dari tubuh." Seorang hamba yang melaksanakan salat malam di sepertiga malam yang terakhir, berdiri dan duduk, ruku dan sujud, berdoa dan merendahkan diri, menangis dan bertobat, maka Allah pada waktu itu akan memandang kepadanya dengan pandangan rahmat, waktu ketika Allah Azza wa Jalla turun ke langit dunia dan berfirman, "Siapa yang meminta, Aku beri. Siapa yang meminta ampunan, Aku beri ampunan. Siapa yang bertobat, Aku terima tobatnya. Siapa yang berdoa, Aku penuhi doanya." Itulah waktu di akhir malam di waktu sahur, waktu turunnya rahmat dan mengandung banyak keberkahan. Allah menerima tobat orang yang bertobat kepada-Nya, mengabulkan orang yang berdoa kepada-Nya, memberi orang yang meminta-Nya, siapa yang mendekat kepada-Nya sejengkal, Ia akan mendekat kepada orang itu sehasta. Bila ia mendekat kepada Allah sehasta, Allah akan mendekat kepadanya sedepa. Dan, siapa yang datang kepada-Nya dengan berjalan, Allah akan mendatangi orang itu dengan berjalan dengan bergegas. Maasyiral muslimin rahimakumullah! Rasulullah saw. bila mengerjakan qiyaamullail (salat malam), beliau melamakan berdiri--dan ini adalah sunah--, dan begitulah para sahabat melakukannya hingga mereka bersandar kepada tongkat akibat lamanya berdiri. Bila kalian merasa berat atau susah dengan lamanya berdiri, ingatlah hari ketika manusia berdiri menghadap Rab alam semesta. Ingatlah lamanya berhenti di hadapan Allah di hari yang orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Ingatlah ketika kamu berhenti di dunia ini untuk mendapatkan bagian dari dunia, padahal Allah Jalla Jalaaluhu lebih berhak untuk kita berhenti di hadapan-Nya, mengatur kaki mendekat kepada-Nya dan bersemangat untuk memperoleh pahala dan ganjaran dari-Nya. Adalah Rasulullah saw. bila mengerjakan salat malam hingga bengkak kedua kakinya. Maasyiral muslimin rahimakumullah! Rasulullah saw. memerintahkan kepada para sahabatnya agar melaksanakan salat malam. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Saya adalah pemuda bujangan. Saya tidur di masjid, lalu saya bermimpi didatangi dua orang malaikat dan membawaku ke neraka dan ia seperti sumur yang dilipat. Dan, mendadak kedua malaikat itu menghubungkannya seperti dua tanduk sumur. Maka aku mendapati di dalamnya manusia yang aku mengenal mereka, lalu aku berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari api neraka. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka." Kedua malaikat itu lalu berkata, "Engkau tidak akan takut … engkau tidak akan takut." Peristiwa ini lalu aku ceritakan kepada Hafsah, dan ia kemudian menceritakannya kepada Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw. bersabda, "Sebaik-baik orang adalah Abdullah, bila ia melakukan salat malam. Maka, setelah itu Abdullah bin Umar tidak meninggalkan salat malam. Ia tidak tidur malam kecuali hanya sedikit karena Allah Azza wa Jalla memuji atas orang yang zuhud terhadap dunia dan menghabiskan waktunya untuk Rabnya. Ia menyendiri dengan Allah dalam kegelapan malam ketika mata manusia telah terpejam, gerakan telah diam, dan suara telah sunyi. Ia mneyendiri bersama Rab Azza wa Jalla. Maka Allah SWT berfirman, "(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (Ali Imran: 17). Allah mengenakan kepada mereka cahaya dari cahaya-Nya, memberikan kepada mereka mahabah (kewibawaan) di hati para makhluk dan menjadikan ucapan dan perbuatannya manis dan diterima manusia. Itulah para sahabat Muhammad saw. Mereka perutnya kosong karena lapar dan matanya kabur karena tidak tidur. Mereka sujud dan ruku kepada Rabnya di waktu malam. Muadz bin Jabal r.a. berkata, "Kami datang dari Perang Tabuk, lalu saya melihat Rasulullah saw. tengah sendirian, Lalu aku mendatangi beliau dan berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku amal perbuatan yang bisa mendekatkan diriku kepada surga." Rasulullah saw. bersabda, "Bagus … bagus … sesungguhnya engkau telah bertanya tentang sesuatau yang besar dan sesungguhnya itu adalah kemudahan bagi yang dimudahkan oleh Allah. Engkau melaksanakan salat yang ditetapkan (salat wajib), menunaikan zakat yang diwajibkan, menjumpai Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, melaksanakan salat malam karena salat seseorang dalam sepertiga akhir dari malam akan menghapus kesalahan, bukankah aku telah menunjukkan kepadamu atas tiang itu semua, salat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti." Rasulullah saw. memerintahkan kepada Mu'adz bahwa bila ia menginginkan surga, hendaknya ia melaksanakan salat malam. Dan Mu'adz pun melaksanakan wasiat tersebut, ia melakukan salat malam dan berkata, "Ya Allah, bintang-bntang telah terbenam, mata telah tenang, dan Engkau Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak tidur. Ya Allah, sesungguhnya permintaanku kepada surga pelan dan lariku dari api neraka lemah, maka berilah aku petunjuk dari sisi-Mu yang engkau benamkan untukku hingga hari kiamat, sesungguhnya Engkau tidak menyelisihi janji." Mu'adz kemudian membiasakan salat malam, melaksanakan wasiat Rasulullah saw. Ketika kematian datang kepadanya, ia berkata, "Selamat datang kematian. Ya Allah, sesungguhnya saya takut kepadamu dan hari ini saya mengharap kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui saya tidak senang tetap berada di dunia untuk menggali sungai atau menanam tumbuhan, tetapi saya ingin tetap tinggal di dunia untuk merasakan dahaga di panas yang terik, tidak tidur di waktu malam, dan berada dalam lingkaran ilmu bersama para ulama." Itulah sahabat Rasululullah saw., Mu'adz bin Jabal r.a. Maasyiral muslimin rahimakumullah! Abu Hurairah r.a. pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla membenci setiap ja'dhari jawwath (orang yang keras, kasar, pelahap dan berjalan dengan sikap sombong), yang berteriak di pasar, menjadi bangkai di malam hari dan menjadi keledai di siang hari, mengetahui perkara dunia bodoh terhadap urusan akhirat." Sejelek-jelek sifat adalah berjalan dengan sombong, keras, kasar, dan banyak minum, berteriak-teriak di pasar, menjadi bangkai di malam hari, senantiasa tidak bangun malam, siang hari menjadi keledai, mahir dengan perkara dunia, mengetahui dan paham kondisinya, tetapi ia bodoh terhadap urusan akhirat, ia tidak bertanya tentang halal dan haram, ia tidak mengetahui mana sunah dan mana wajib, tidak terdetik sehari pun untuk membaca sesuatu dari Alquran, na'uudzubillaahi dari kondisi seperti itu. Allah Azza wa Jalla membenci orang yang memiliki sifat di atas, setiap yang keras, yang kasar, pelahap, yang berjalan dengan sikap sombong, yang berteriak di pasar, menjadi bangkai di malam hari dan menjadi keledai di siang hari, mengetahui perkara dunia bodoh terhadap urusan akhirat. Abu Hurairah mendengar perkataan tersebut dari Nabi saw. Maka kalimat-kalimat itu tertanam dalam hati Abu Hurairah r.a. Abu Utsman an-Nahdiyyi r.a. berkata, "Saya datang sebagai tamu kepada Abu Hurairah selama tujuh hari. Ia, istrinya, dan pembantunya saling membagi malam. Ia salat ini kemudian membangunkan itu, dan salat itu dan membangunkan ini. (Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam)." Keadaan mereka seperti keadaan keluarga Daud yang Allah berfirman untuk mereka, "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (Saba': 13). Dhirar bin Dhamrah al-Kanani berkata menyifati Ali r.a., "Ali adalah orang yang sangat kuat, langkahnya jauh, berkata dengan jelas dan berbicara dengan adil. Dari sekelilingnya terpancar ilmu dan dari sisi-sisinya hikmah berbicara. Demi Allah, ia seperti salah seorang di antara kita, akan mendekati kita bila kita mendatanginya dan memulai kita bila kita bertanya kepadanya. Ia tidak suka terhadap dunia dan perhiasannya, tetapi suka dengan malam dan kegelapannya. Saya bersaksi kepada Allah, saya telah melihatnya dalam sebagian sikapnya, saat malam telah menurunkan tabirnya dan bintang telah tenggelam, ia memegang jenggotnya meliuk-liukkan orang miskin dan menagis tangisan orang sedih. Ia berdoa, "Ya Rab kami, ya Rab kami, kemudian ia berkata, "Wahai dunia, tipulah orang lain selainku, pergilah jauh-jauh … saya telah menceraikanmu dengan tiga, kedudukanmu hina, usiamu pendek, dan perkaramu mudah, ah sedikitnya bekal, risaunya perjalannya, dan jauhnya jalan". Begitulah para sahabat Muhammad, maka marilah kita mencontoh mereka dalam perilaku dan sikap, termasuk dalam melaksanakan salat malam. Kita tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari manusia, tetapi yang kita harapkan adalah balasan dan rida Allah SWT. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang sabar dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Amin. Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment