Wednesday, March 23, 2011

Foto-Foto Ekslusif Peninggalan Rasulullah SAW ,menggetarkan ,menyentuh Qalbu dan menambah cinta.


(Foto-foto ini kebanyakan adalah koleksi yang tersimpan dari berbagai tempat di beberapa negara: Museum Topkapy di Istambul Turki, Yordania, Irak dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Selamat merasakan kelezatan menatap peninggalan-peninggalan ini. Semoga kerinduan kita semakin memuncak kepada sang Nabi Agung, sang kekasih Allah …)

Allahumma shalli ‘ala sayyidina wa maulana Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam …





The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Baju gamis Nabi SAW yang lusuh dan robek-robek. Yaa Allah … betapa sederhananya baju sang pemimpin dunia yang suci nan agung ..!!)








The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Bagian dari baju gamis Nabi SAW yang sudah sobek)









Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW






















The Blessed Seal of Rasulullah SAW (Cap surat Nabi SAW)












Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW












Kunci Ka’bah Masa Nabi Muhammad SAW

















Jejak Kaki Rasulullah SAW










Beberapa helai rambut Rasulullah SAW


























Peninggalan gigi dan rambut Rasulullah SAW








Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW







































































Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya yang digunakan untuk menegakkan ajaran tauhid, ketika orang-orang kafir memerangi Nabi dan dakwahnya sehingga harus mengangkat pedang.











Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelasa

















aBusur Panah Rasulullah SAW

















Bendera Rasululullah SAW























Ini lebih jelasnya.
















Salah satu sorban/tutup kepala Rasulullah SAW

















Topi Besi Rasulullah SAW























Baju dan barang-barang Rasulullah SAW







































Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta …








Surat Rasulullah SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah

a











Surat Rasulullah SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan









Surat Rasulullah SAW kepada Kaisar Romawi abad ke- 7













Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius









Surat Rasulullah SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir








The blessed dust from the tomb of the Prophet Muhammad PUBH (Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad SAW)




Tuesday, March 1, 2011

Al-Habib As-Sayyid Muhammad bin Alwy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasany

Al-Habib As-Sayyid Muhammad bin Alwy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasany lahir di Makkah pada tahun 1365 H / 1947 H. Nasab beliau masih terkait dengan Imam Hasan, salah seorang cucu Rasulullah saw.
Ayah beliau Sayyid Alwy dikenal sebagai ulama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram. Lingkungan telah membuat beliau sejak kecil lekat dengan ajaran-ajaran agama. Ayahnya sendiri yang mendidik dan mengasah beliau hingga menjadi seorang yang cerdas dan piawai dalam masalah-masalah keagamaan.
Tentang ayahnya ini, salah seorang ulama kesohor Mesir Syekh Muhammad Al-Thayyib An-Najjar menulis, "Sayyid Alwy Al-Maliky adalah seorang ulama besar yang mulia yang biasa mendermakan hidup demi ilmu. Ia dengan penuh ketekunan membaca berbagai kitab dan menulis berbagai buku seraya mengamalkan ilmu yang dikuasainya. Rumahnya terletak dekat Ka'bah yang mulia disekitar Makkah Al-Mukaramah. Ia bagaikan lembah indah yang menghimpun para ulama, pilihan diantara ulama islam yang mendengarkan Al-Qur'an dan Sunah Nabi saw, seraya mengkajinya dengan mendalam dan membahasnya secara teliti. Kepada para santri sering didengarkan berbagai sanjungan terhadap Nabi Muhamad saw, berupa syair yang dibacakan oleh Syekh Alwy dengan bahasa arab yang bagus disertai hati yang tulus penuh ketakwaan dan dihiasi keimanan yang jernih."
Kecerdasan Sayyid Muhammad terlihat sejak kecil, Hafal Al-Qur'an pada usia 7 ( tujuh ) tahun, Hafal Al-Muwaththa' ( kitab Hadits karya Imam Maliki, kitab tertua, atau yang pertama diterbitkan di dunia islam pada abad ke 2 H / VII M ) pada usia 15 tahun. Dan pada usia 25 tahun, Sayyid Muhammad Al-Maliky meraih gelar doktor ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo, dengan predikat excellent, dibawah bimbingan ulama besar mesir Prof.Dr. Muhammad Abu Zahrah. Usia 26 tahun beliau dikukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits pada Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi.
Ini adalah sebuah prestasi luar biasa yang memang layak dicapai oleh seorang putra ulama besar dan termasyhur di Makkah dan Madinah. Sebagai ulama ahli tafsir dan hadits, beliau giat dalam kegiatan dakwah yang digelar Rabithah Alam Al-Islamy ( Liga Dunia Islam ) dan Mu'tamar Alam Islamy ( Organisasi Konferensi Islam ).
Pada tahun 1974, setahun setelah ayahnya wafat, Sayyid Muhammad Al-Maliky membuka pesantren yang di Utaibiyyah, Mekah. Uniknya, pesantren yang dibangun bersama Abbas, adik kandungnya itu, hanya menerima santri dari Indonesia. Belakangan pesantren itu pindah ke kawasan yang lebih luas tapi agak jauh dari Masjidil Haram. Di pinggiran selatan kota Makkah di daerah Rushayfah, yang kemudian diberi nama jalan Al-Maliky. Disana beliau banyak membina murid dari Indonesia. Sebagian dari ratusan alumnus yang pulang ke Indonesia, ada yang membuka pesantren dengan nama Al-Ma'had Al-Maliky ( Pesantren Al-Maliky ).
Dalam kehidupannya, Sayyid Muhammad Al-Maliky pernah mengalami berbagai cobaan hidup. Pada tahun 1980-an terjadi perselisihan besar antara beliau dan beberapa ulama wahabi yang didukung oleh Kerajaan Saudi. Sayyid Muhammad Al-Maliky dituduh menyebarkan bid'ah dan khurafat. Beliau kemudian dikucilkan, hingga pernah mengungsi ke Madinah selama bulan Ramadhan.
Persoalan itu kemudian meruncing, tetapi berhasil dicari jalan tengah dengan melakukan klarifikasi ( Dialog ). Waktu itu, Sayyid Muhammad Al-Maliky berargumen dengan kuat saat berhadapan dengan ulama yang juga mantan Hakim Agung Arab Saudi, Syekh Sulaiman Al-Mani'. Dialog itu direkomendasikan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz, yang dikenal sebagai Mufti Kerajaan Arab Saudi waktu itu. Syekh Abdul Aziz bin Baz sangat berseberangan dengan Al-Maliky.
Dalam dialog / perdebatan Sayyid Muhammad Al-Maliky dengan Ulama ahabi yang ditayangkan TV setempat dimenangkan oleh Sayyid Muhammad Al-Maliky dan kian mendapat simpati. Konon diam-diam keluarga kerajaan Arab Saudi pun sebenarnya berpihak kepada Sayyid Muhammad Al-Maliky, namun takut diketahui mayoritas pemeluk Wahabi.
Syekh Sulaiman Al-Mani' kemudian menerbitkan dialognya itu dalam bentuk buku yang diberi judul Hiwar Ma'al Maliki Liraddi Munkaratihi wa Dhalalatih ( Dengan dengan Maliki untuk menolak kemunkaran dan kesesatannya ).
Syekh Shalih bin Abdul Aziz Al-Syaikh kemudian juga menerbitkan buku yang berjudul Hadzihi Mafahimuna ( Inilah Pemahaman kami ), yang menghantam pemikiran Sayyid Muhammad Al-Maliky.
Sayyid Muhammad al-Maliky tak tinggal diam. Beliau juga menerbitkan buku yang tak kalah hebat dan populernya, dengan judul Mafahim allati Yajibu an Tushahhah ( Paham-paham yang harus diluruskan ). Buku ini kemudian menjadi buku andalannya dalam mempertahankan Pluralitas aliran di Tanah suci Makkah. Sayyid Muhammad Al-Maliky didukung sejumlah Ulama non Wahabi yang mulai terpinggirkan.
Dalam berbagai dalih, Sayyid Muhammad Al-Maliky justru mengusung pemikiran asli Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri aliran Wahabi, yang ternyata banyak disalah artikan oleh ulama-ulama pengikutnya. "Banyak kebohongan yang ditebarkan atas nama saya." Tulis Abdul Wahab.
Sayyid Muhammad Al-Maliky juga seorang pakar yang banyak menyumbangkan karya-karya ilmiah dan aktif mengikuti pertemuan-pertemuan fiqih yang diadakan oleh Rabithah Alam Al- Islamy. Beliau tercatat pernah aktif di Kepanitiaan Musabaqah Tahfidz dan Tilawatil Qur'an di Makkah pada masa-masa awal. Beliau banyak memberikan ceramah, diskusi, seminar, terkait dengan ilmu-ilmu yang dikuasainya, terutama Fiqih dan Hadits. Pada tahun 2003, beliau menyampaikan makalah tentang negara islam di Malaysia yang mendapat liputan luas, karena pendapatnya yang sedikit kontroversial.

Pemikiran Sayyid Muhammad Al-Maliky.

Banyak orang menyebut Sayyid Muhammad Al-Maliky sebagai Al-'Allamah ( seseorang yang sangat mengetahui ilmu agama ) atau Ulama besar. Bahkan, Syekh Muhammad Sulaiman Faraj, seoang ulama Makkah, menyebutnya sebagai Al-'Arifbillah ( seseorang yang telah memiliki derajat tinggi di sisi Allah swt ) . Beliau dianggap sebagai pakar hadits yang disebut sebagai Al-Muwaththa' berjalan.
Sayyid Mhammad Al-Maliky juga dikenal sebagai penukis produktif. Tak kurang dari 37 kitab berbagai topik telah ditulisnya. Bahkan ada yang mengatakan, beliau telah menulis lebih dari 50 karya. Karya-karya itu diterbitkan sendiri, lalu dibagikan kepada para santri atau tamu-tamunya.
Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Melayu ( Malaysia ), Inggris dan bahasa Swahili ( Nigeria ). Karyanya yang termasyhur, antara lain :
• Mafahim allati Yajibu an-Tushahhah ( Paham-paham yang wajib diluruskan )
• Al-Insan al-Kamil ( Manusia sempurna )
• Abwabul Faraj ( Pintu-pintu kebahagiaan )
• Syaraful Ummah Muhammadiyah ( Keutamaan umat Muhammad )
• fiRihabi Baitillah ( Dala dekapan rumah Allah swt )
• Zubdatul itqan fi Ulumil Qur'an ( Samudera ilmu-ilmu Al-Qur'an ) yang merupakan ringkasan Al-Itqan, karya Imam Suyuthi.
• Dll.

Kitabnya yang berjudul Mafahim allati Yajibu an-Tushahhah membuka wawasan baru tentang hal-hal yang Selama ini masih menjadi polemik di kalangan sebagian umat Islam. Perbedaan pemahaman masalah bid'ah, Syafaat, tasawuf dan tawasul, misalnya tidak jarang menimbulkan pertentangan, permusuhan, bahkan saling mengkafirkan. Buku ini juga menjelaskan pikiran Wahabi yang orisinil. Kitab ini mendapat sambutan 40 ulama besar dunia.
Banyak pujian muncul, perihal kitab ini. Salah satunya dari Syekh Hasanain Muhammad Makhluf, ulama besar Mesir. Ia mengatakan, setelah meneliti kitab tersebut dengan seksama, tampak sekali, pembahasan buku ini dapat dijadikan hujah ( alasan ) dan burhan ( bukti ) ajaran islam yang benar. Dalam buku ini, Sayyid Muhammad Al-Maliky juga telah meletakkan meletakkan berbagai permasalahan secara proporsional, menjauhi sikap berlebihan dan bersikap adil. "Ia juga telah mencoba memperbaikiberbagai pemahaman keliru sambil memberikan nasihat kepada saudara-saudarnya, kaum Muslimin."
Menurut Al-'Allamah Syekh Muhammad Khazraj, untuk mewujudkan itu semua, Sayyid Muhammad Al-Maliky menggunakan berbagai dalil yang qath'i ( pasti ) serta argumentasi yang benar dan rasional. Hal senada juga dikemukakan Syekh Muhammad Al-Thayyib Al-Najjar. Ia mengatakan, kitab Mafahim ini betul-betul merupakan yang cukup berarti mengenai berbagai faham yang diyakini sebagian orang yang menganggap bahwa mengingkarinya sebagai suatu kebatilan.
Dalam Zubdatul Itqan, Sayyid Muhammad Al-Maliky mencoba menyederhanakan tulisan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Secara tematis kitab ini dibagi menjadi tujuh. Pertama, membahas ayat pertama dan terakhir diturunkan. Kedua, sebab-sebab turunnya ayat ( Asababun Nuzul ). Ketiga, penghafal Al-Qur'an, ragam Qiraat dan cara periwayatannya. Keempat, adab membaca Al-Qur'an dan kaidah-kaidah membaca Al-Qur'an. Kelima, kata serapan dalam Al-Qur'an dan seputar pengutipan ayat-ayat Al-Qur'an. Keenam, mengenai tata bahasa, sisi makna dan bandingan kata dalam Al-Qur'an. Ketujuh, tingkatan mufasir dan beberapa kaidah yang harus diketahui oleh mufasir.

Pendapat orang tentang Sayyid Muhammad Al-Maliky

• Syekh Hasanain Muhammad Makhluf mengatakan :
Sayyid Muhammad Al-Maliky sangat pantas untuk diakui sebagai pakar Islam, Ulama Al-Haramain asy-Syarifain, Ulama besar yang mendapatkan pancaran sinar Ilahi dan Percikan Sunah Nabi saw.
• Syekh Muhammad Khazraj ( Sejarawan dan Ahli Fiqih, mantan Menteri Keadilan, Kehakiman, agama dan Wakaf Uni Emirat Arab ) :
Sayyid Muhammad Al-Maliky adalah seorang Alim yang vtersinari pohon kenabian dan berkah keturunan Bani Hasyim.
• Syekh Muhammad Ath-Thayyib Najjar ( Mantan Rektor Al-Azhar, Kairo ) : Kehidupan Sayyid Muhammad Al-Maliky bagaikan kehidupan sebatang pohon yang rindang, yang tumbuh di Padang subur dan mengembang dalam lingkungan alam yang baik, serta senantiasa diurus dan dipelihara, sehingga tumbuh semakin rindang. Dedaunannya demikian subur dan buah-buahannya tampak ranum dan segar sehingga dapat dinikmati semua orang.
• Prof.Dr.Rauf Syalabi ( mantan wakil Syekh Al-Azhar ) :
Sayyid Muhammad Al-Maliky sebagai Ulama yang sangat berakhlaq. Saya telah mengenalnya sejak ia menjadi mahasiswa pascasarjana Universitas Al-Azhar. Sayyid Muhammad Al-Maliky adalah seorang Mahaguru yang agung dan kharismatik. Beliau termasuk ulama yang jumlahnya tidak banyak. Beliau termasuk ulama yang konsisten dalam memperjuangkan islam berdasarkan ilmu dan pemikiran seta mengikuti hidayah. Orang seperti beliau tidak membutuhkan al-ta'rif ( pengenalan ) atau semacam rekomendasi dan pengakuan resmi.
• Dr. Ahmad Umar Hasyim ( mewakili Ulama Universitas Al-Azhar ) :
Sayyid Muhammad Al-Maliky sebagai Ulama yang bisa dibanggakan Arab Saudi.
• Syekh Muhammad Al-Audh ( Mantan Mufti dan ketua Dewan Fatwa Syariat Islam Sudan ) :
Sayyid Muhammad Al-Maliky sebagai Pelayan ilmu Masjidil Haram.

Tradisi Sadah di Mekah.

Ayahanda Sayyid Muhammad , yaitu Sayyid Alawy bin Abbas Al-Maliky lahir di Mekah tahun 1328 H adalah ulama terkenal. Di samping aktif berdakwah di Masjidil Haram dan kota-kota lain yang berdekatan seperti Thaif, Jeddah dan sebagainya, Sayyid Alawy adalah Ulama pertama yang memberi ceramah di radio Saudi setelah Shalat Jum'at dengan judul Haditsul Jum'ah. Kakek Sayyid Muhammad, yaitu Sayyid Abbas adalah seorang Qadhi ( hakim ) yang selalu diundang masyarakat Mekah jika ada perayaan pernikahan.
Selama menjalankan tugas dakwah, Sayyid Alawy selalu membawa kedua putranya, Sayyid Muhammad dan Sayyid Abbas. Adapun yang meneruskanaktivitas dakwahnya kemudian adalah Sayyid Muhammad; sementara Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.
Sebagaimana adat Sadah ( jamak Sayyid, keturunan Rasulullah ) dan Asyraf ( jamak syarif, orang-orang keturunan orang mulia ahli Mekah, Sayyid Muhammad Al-Maliky selalu tampil beda dengan ulama Saudi lainnya. Beliau mengenakan jubah, serban ( Imamah ) dan burdah atau Rida ( selendang ) yang biasa dikenakan asyraf Mekah.
Sebagai penerus ayahnya, Sayyid Muhammad Al-Maliky mengajar di Masjidil Haram secara halakah dan beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah dan Universitas Ummul Qura, Mekah, untuk ilmu Hadits dan Ushuluddin. Namun setelah cukup lama menjalan tugas sebagai dosen di dua Universitas tersebut, beliau mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil membuka majlis Taklim dan pondok di rumah beliau.pelajaran yang dberikan di Masjidil Haram atau rumah tidak terfokus pada ilmu tertentu seperti Universitas, melainkan juga semua pelajaran yang bisa diterima masyarakat, baik awam maupun terpelajar. Karena beliau punya keinginan untuk membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid. Dari rumah beliau telah lahir ulama-ulama yang tersebar di India, Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apalagi Asia, yang merupakan orbit dakwahnya. Ribuan murid beliau tidak hanya menjadi Kyai dan Ulama, tetapi tidak sedikit juga yang masuk ke dalam birokrasi.
Disamping mengadakan pengajian dan taklim yang rutin setiap hari, beliaupun mendirikan pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit. Mereka berdatangan dari seluruh penjuru dunia, belajar, makan dan minum tanpa dipungut biaya sepeserpun, bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar, para santri dipulangkan ke negara masing-masing untuk mensyiarkan agama.
Sayyid Muhammad Al-Maliky dikenal sebagai guru yang tidak beraliran keras. Beliau selalu menerima dialog dengan hikmah dan mauidzah hasanah ( petuah yang bagus ). Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat kaum muslimin menjadi manusia yang berprilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah swt dan kepada manusia, terhormat dalam perbuatan, tindakan, serta pikiran dan perasaan. Sayyid Muhammad Al-Maliky dikenal sebagai orang yang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur, serta adil dan bercinta kasih terhadap sesama.
Beliau juga selalu menghargai pendapat orang lain dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya. Beliau selalu bersabar terhadap mereka. Semua yang berlawanan diterima dengan senyum. Sayyid Muhammad Al-Maliky berusaha menjawab dengan hikmah dan menyelesaikan masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu, bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu.
Beliau tahu persis, kelemahan islam terdapat pada pertikaian para ulamanya. Dan ini memang yang diinginkan musuh islam. Sampai-ampai Sayyid Muhammad Al-Maliky menerima dengan rela digeser dari kedudukannya di Masjidil Haram. Beliau selalu menghormati orang-orang yang berpandangan khilaf yang bersumber dari Al-Qur'an dan sunnah.
Ulama yang mendapat gembelengan dari Sayyid Muhammad Al-Maliky selalu menonjol. Disamping menguasai bahasa Arab, mereka menguasai ilmu agama yang cukup untuk dijadikan referensi di negara-negara mereka.
Ketika terjadi teror di Arab Saudi, Sayyid mUhammad Al-Maliky diminta berbicara pada Hiwar Fikri ( Dialog Pemikiran ) yang diselenggarakan Ketua Umum Kepengurusan Masjidil Haram, Syekh Shaleh bin Abdurrahman Al-Hashin pada 5-9 Zulkaidah 1424 H. Dengan topik diskusi tentang ekstremisme, beliau mengeluarkan pendapat tentang thatarruf ( Fundamentalis dan extremis ). Dan dari ana kemudian menulis buku yang angat populer di kalanan masyarakat Arab Saudi, berjudul Al-Ghuluw Dairah bin Irhab wa Ifsad Al-Mujtama ( Kesesatan dalam teror dan Penghancuran Pranata Sosial ). Sejak itu, pandangan da pemikiran Sayyid Muhammad Al-Maliky tentang dakwah selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat.
Selain sebagai Dai', pengajar, pembimbing, dosen, penceramah dan penggerak segala bentuk kegiatan bermanfaat bagi agama, Sayyid Muhammad Al-Maliky juga dikenal sebagai seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku telah ditulis dan beredar ke seluruh dunia. Tak sedikit kitabnya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Urdu, Indonesia dan sebagainya.

Wafatnya Sayyid Muhamad bin Alawy Al-Maliky

Kisah Habib Hamid bin Zaid bin Muhsin bin Salim Al-Aththas saat terakhir kali bersama Sayyid Muhammad Al-Maliky.

Hamid Hamid pernah menempuh pendidikan di Pesantren Darul Mustafa dan telah menikah dengan adik perempuan istri Sayyid Muhammad Al-Maliky. Seminggu sebelum Ramadhan 1425 H, Habib Hamid menerima telepon dari Sayyid Muhammad Al-Maliky di Mekah dan memintanya untuk datang ke Mekah untuk umrah dan menemuinya.
Habib Hamid memenuhi undangan tersebut dan berama istrinya segera mempersiapkan segala keperluan untuk keberangkatannya. :Tiket dan visa sudah diurus oleh biro perjalanan yang ditunjuk Abuya ( panggilan hormat untuk Sayyid Muhammad Al-Maliky ). Aya hanya mengurus paspor. Seluruh biaya juga ditanggung Abuya." Kata Habib Hamid.
Hari kedua Ramadhan, ceritanya, Sayyid Muhamad Al-Maliky kembali meneleponnya. Beliau meminta Habib Hamid untuk segera terbang ke Mekah. "Kamu harus cepat menyelesaikan urusanmu, segeralah terbang ke Mekah." Kata Sayyid Muhammad Al-Maliky terkesan agak cemas. Hari keempat Ramadhan, kembali beliau menelepon untuk memastikan Habib Hamid dan istrinya jadi berangkat. " Ketika itu Abuya bilang agar saya langsung saja terbang ke Madinah untuk berziarah ke Makam Rasulullah saw dan shalat di Masjid Nabawi. Sekali lagi, saat itu, beliau meminta agar secepatnya sampai di Mekah."
Tepat pada 5 Ramadhan 1425 H, Habib Hamid dan istri terbang menuju Madinah. Di bandar udara, dijemput oleh salah seorang murid Sayyid Muhammad Al-Maliky dan membawanya ke hotel yang telah disediakan. Dua hari di Madinah, kemudian terbang ke Mekah. " Saya sampai di Mekah pada tanggal 8 Ramadhan dan langsung istirahat di hotel yang disediakan Abuya. Sorenya baru dijemput oleh Habib Isa bin Abdul Qadir, salah satu murid beliau. Untuk menemui orang yang paling saya kagumi, Sayyid Muhammad Al-Maliky Al-Hasany. Sungguh tegang dan jantung berdetak lebih keras dari biasanya."
Sore itu, seusai sholat Asar, Abuya menerima Habib Habib di ruang kerjanya. " Beliau memelukku, mengucap selamat datang dan bertanya kabar teman dan muridnya di Indonesia, seperti Habib Abdurrahman Assegaf ( Bukit Duri ), Habib Abdullah Al-Kaf, K.H Abdullah Faqih ( Langitan ) dan ulama lainnya. Saya jawab semua baik-baik saja. Setelah itu saya kembali ke hotel. Beliau pesan, agar nanti berbuka puasa bersama dengannya."
Ketika saat berbuka puasa hampir tiba, utusan Sayyid Muhammad Al-Maliky menjemput Habib Hamid. "Hamid, apa yang kau bawa dari Indonesia." Tanya Abuya tiba-tiba, saat Habib Hamid masuk ke ruang kerjanya.
"Saya membawa dodol durian kesukaan Abuya!" jawab Habib Hamid.
Wajah Sayyid Muhammad Al-Maliky tampak gembira sekali. Beliau langsung membagikan oleh-oleh itu kepada teman-teman dan muridnya yang ada disitu. Beliau juga langsung mencicipinya, kebetulan saat buka puasa tiba.
"Ada titipan lagi buat saya?" tanya Abuya lagi.
"Ya, saya membawa buah mangga dan kelengkeng"
Dahi Abuya berkerut. "Kelengkeng? Buah apa itu ?" tanya beliau.
Habib Hamid menjelaskan buah kelengkeng dan meminta beliau mencobanya. "Abuya tampak suka sekali buah itu, dan memakannya sampai menjelang shalat isya" tutur Habib Hamid.
Malam itu, tepat malam tanggal 9 Ramadhan 1425 H, Habib berkesempatan shalat isya dan tarawih berjamaah bersama Sayyid Muhammad Al-Maliky. Saat itu ikut berjamaah beberapa ulama dari Turki, Mesir dan beberapa negara lain. Tiba-tiba Sayyid Muhamad Al-Maliky memanggil Habib Hamid.
"Hamid bin Zaid, kamu jadi imam Tarawih!" kata Sayyid Muhammad Al-Maliky.
Habib Hamid tidak merasa namanya yang dipanggil, sebab ia merasa tidak mungkin ditunjuk menjadi imam. Sementara disitu banyak ulama besar yang pasti lebih layak menjadi imam shalat tarawih. Sekali lagi Sayyid Muhammad Al-Maliky memanggil Habib Hamid.
"Hamid bin Zaid, kamu yang akan menjadi imam."
"Sulit dipercaya, saya yang masih muda ini ditunjuk menjadi imam. Sementara di belakang saya ada Abuya dan ulama-ulama besar yang disegani. Sungguh, saya gemetar. Membaca surah Al-Fatihah yang biasanya lancar di luar kepala pun, menjadi terasa sanagt sulit. Alhamdulillah.....saya mampu melewati ujian berat itu dengan baik, meskipun harus gemetaran."
Selesai shalat tarawih, Sayyid Muhammad Al-Maliky membaca shalawat dan qasidah. "Menurut murid-muridnya, setiap Ramadhan, seusai shalat, beliau selalu membaca Qasidah Sayyidah Khadijah Al-Kubra. Beliau juga sering berziarah ke makam istri pertama Nabi saw bersama keluarganya. Sebelum meninggalkan masjid, beliau memanggil dan menyuruh saya umrah malam itu juga."
"Sebelum saya berangkat umrah, Abuya sempat menanyakan keadaan Indonesia. Beliau ingin berkunjung ke Indonesia, bertemu dengan para ulama dan murid-muridnya. Tapi wakyunya belum tepat, beliau bilang, kesibukan menulis buku dan pertemuan dengan para ulama Mekah, sangat menyita waktunya."
Pada 10 Ramadhan, kembali Abuya memanggil Habib Hamid untuk shalat tarawih bersama dan untuk kedua kalinya menyuruhnya umrah. "Ajaklah istrimu untuk umrah dan kembalilah untuk shalat shubuh berjamaah, pesan Abuya sebelum saya berangkat umrah. Saya pun berpamitan sambil meminta izin untuk pergi ke Jeddah, sekadar silaturrahmi ke saudara-saudara istri saya. Abuya hanya memberi izin dengan isyarat tangan dan wajah menunduk. Saya merasa, beliau tidak ingin mengizinkan saya pergi, tapi juga tidak ingin mencegah. Saya akhirnya memutuskan untuk tidak pergi ke Jeddah."
Pagi hari tanggal 11 Ramadhan, Habib Hamid shalat Subuh bersama bersama Sayyid Muhamad Al-Maliky. Beliau terkejut saat saya berada di sampingnya.
"Kamu tidak jadi pergi ke Jeddah?" tanyanya.
"Tidak Abuya" sahut Habib Hamid.
"Bagus!" jawab Abuya sambil memeluknya.
Malamnya, seperti hari sebelumnya, Habib Hamid berjamaah shalat tarawih yang diakhiri dengan membaca qasidah Sayyidah Khadijah Al-Kubra. Malam itu juga, Habib Hamid mendapat perintah Sayyid Muhammad Al-Maliky untuk umrah yang ketiga kalinya.
"Pada 12 Ramadhan, selesai shalat Isya, Abuya menyuruhku untuk umrah yang keempat kalinya. Katanya, itu adalah umrah terakhir atas perintahnya. Perasaan saya memang tak enak saat beliau mengatakan itu. Ah, mungkin beliau punya rencana lain untuk saya besok."
Rabu 13 Ramadhan, untuk kedua kalinya, Habib Hamid ditunjuk menjadi Imam Tarawih oleh Sayyid Muhammad Al-Maliky. Saat itu jemaanya sekitar 200 orang, sebagian besar adalah tamu-tamu Abuya. "Malam itu, beliau merasa letih dan kakinya kesemutan." Cerita Habib Hamid. Di luar kebiasaan pula, kali ini, Abuya tidak membaca sholawat dan qasidah. Beliau meminta murid-muridnya, Bilal, Burhan, Aqil Al-Aththas dan satu murid asal Kenya, membacakan secara bergantian.
Sayyid Muhammad Al-Maliky kelihatan sangat lelah. Maklum terkadang selama hampir 24 jam terjaga. Tamunya tak pernah berhenti mengalir, dan di sela waktu luangnya, masih tekun
Menulis dan membaca buku. Perpustakaan di rumah tinggalnya sampai membutuhkan tiga lantai. Kamarnya juga penuh dengan buku. Selain itu, beliau juga suka berkebun, tanahnya luas. "Abuya juga punya kebun buah yang cukup luas." Kata Habib Hamid.
Akhirnya, Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliky masuk rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Menurut dokter, kondisinya cukup baik, hanya perlu istirahat di rumah sakit. Pada kamis 14 Ramadhan, istri dan keluarga beliau menjenguk.
" Apa kabar Hamid bin Zaid ? kamu betah disini ?" tanya Abuya ambil memandangku. Seperti biasanya, wajahnya kelihatan gembira, tidak seperti orang yang sedang sakit.
" Kami tidak lama di rumah sakit, karena istri dan anak-anak Abuya akan berziarah ke Ma'la, ke makam Syyidah Khodijah Al-Kubra. Ziarah kali aneh. Biasanya istri Abuya tidak pernah turun dari mobil. Beliau membaca sholawat dan qasidah dari dalam mobil. Eh, hari itu beliau dan semua anggota keluarga bersama-sama Al-Fatihah di makam istri pertama Rasulullah saw." Ungkap Habib Hamid.
Malamnya, murid dan kerabat beliau berkumpul di rumah akit. Wajah beliau tidak berubah, tetap gembira, seperti tidak sedang sakit. " Sekitar jam 20.00. dokter datang, dan mengatakan Abuya sudah sembuh. Kami semua memekik, Allahu Akbar!"
Sesaat kemudian, Sayyid Muhammad Al-Maliky meminta izin kepada dokter untuk menengok keluarga dan murid-muridnya. Tepat jam 00.00, beliau keluar dari rumah sakit. Sebelum masuk ke mobil, Abuya menghadap ke langit selama dua menit. Bilal, salah satu muridnya bertanya, " Ada apa, Abuya ?" Beliau menjawab, " tidak ada apa-apa" . saat itu, seharusnya bulan sedang purnama sangat indah, namun malam itu justru tertutup awan. " Sebelumnya dalam beberapa hari terakhir, beliau selalu memintaagar murid-muridnya melihat bulan, dan bertanya apakah bulan sudah kelihatan ?"
Dari rumah sakit, beliau tidak langsung ke rumah, tapi ke pondok pesantren, untuk menemui murid-murinya. Saat itu jam 03.00. " Saya sendiri yang membukakan pintu gerbang. Setelah itu, datang Sayyid Abbas, adiknya, bersama keluarga yang lain. Kami bersama-sama membaca qasidah, lalu terlibat dalam obrolan yang sesekali diselingi dengan tertawa lebar" cerita Habib Hamid sambil mengenang peristiwa penting itu.
Pertemuan malam itu, katanya, diakhiri dengan sahur bersama. Sebelumnya, Abuya sempat bertemu kakaknya dan bikin perjanjian untuk berbuka puasa hanya dengan tiga buah kurma dan air zamzam. " Pas jam 04.00, beliau meminta semuanya istirahat dan bersiap shalat shubuh. Beliau sendiri masuk ke kamar kerjanya."
Di kamar itu, beliau ditemani Bilal dan Burhan. Tapi Bilal diminta keluar kamar. Saat itulah, Sayyid Muhammad Al-Maliky tiba-tiba bertanya kepada Burhan. " Hai, Burhan. Aku sebaiknya istirahat di kursi atau di Bumi ( maksudnya karpet ) ?"
" Terserah Abuya." Sahut Burhan bingung. Karena tidak tahu harus menjawab Abuya. Bagaimana mungkin seorang murid memutuskan sesuatu untuk gurunya ?
" Saya akan istirahat di bumi saja." Kata Sayyid Muhammad Al-Maliky.
Beliau kemudian duduk menghadap kiblat dan bersandar. Sesaat, sempat mengambil buku dari tangan Burhan. Tapi kemudian, diletakkan di meja, lalu Beliau menengadah menyebut,
"Lailaaha illallah...Innalillahi wainna ilaihi raji'un..........."
hanya itu yang terucap dari mulut Burhan. Hari tepat tanggal 15 Ramadhan 1425 H atau 29 Oktober 2004, saat pagi mulai membuka kehidupan, Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasany wafat.
Jenazah almarhum langsung dibawa ke rumah sakit. Dokter menyuruh semua keluarga dan murid-murid beliau untuk pulang ke Pondok Pesantren. Tepat seusai shalat subuh, ambulan rumah sakit yang membawa jenazah Abuya, tiba di kediaman beliau. " saya pingsan. Ya, sepertinya, pertemuan saya dengan beliau hanya untuk mengantarkan jenazahnya ke Ma'la, tempat beliau di makamkan, dekat dengan makam Sayyidah Khadijah Al-Kubra, yang qasidahnya dibaca setiap kali selesai shalat tarawih."

Pemakaman Sayyid Muhammad Al-Maliky

Jum'at petang persis menjelang malam Nuzulul Qur'an, di Masjidil Haram, Mekah, jenazah Sayyid Muhammad Al-Maliky di sholatkan. Dengan iringan tahlil dan tasbih ( suatu amalan yang jarang dilakukan, karena dianggap bid'ah bagi kaum Wahabi ), sekitar 25 000 muslimin Mekah dan sekitarnya mengantarkan jenazah Ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama'ah ini ( menurut cerita, bagi orang-orang yang menggotong jenazah / berdekatan dengan jenazah, mereka mencium aroma harum yang wangi ). Sepanjang jalan yang dilewati konvoi dan iring-iringan, orang berjubel keluar rumah dan toko, memberikan penghormatan terakhir pada ulama yang pernah beberapa tahun mengisi pengajian di Masjidil Haram ini. Sebagian besar ada yang mematikan lampu, tanda memberi hormat. Ada seorang pria berkulit hitam berteriak histeris karena tekanan duka dan bela sungkawa itu.
Bahkan pangeran Sultan bin Abdul aziz, perdana menteri dua Kerajaan Arab Saudi yang juga merangkap menteri pertahanan dan penerbangan sipil, menyempatjan bertakziah, mewakili raja Fahd, pada hari ke empat di Rushayfah. Pangeran Sultan yang didampingi Gubernur Mekah, Pangeran Abdul Majid dan sejumlah pejabat tinggi negara.
" Allah swt telah memilihkan hari yang baik dan bulan yang baik buat Syekh Muhammad Al-Maliky. Sebab pada bulan ini, Allah swt memerintahkan hamba-Nya untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya." Kata Pangeran Sultan seperti dikutip harian Al-Wathan.
Putra mahkota Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz, Kamis 4 November 2004, berkenan menerima keluarga Sayyid Muhammad Al-Maliky di istana Ash-Shafa, Mekah. Pangeran Abdullah sempat mendoa'kan Sayyid Muhammad Al-Maliky dan menyebut beliau sebagai Ulama kebanggan Arab Saudi.

Al - Fatihatul Jaamiah

الفاتحة الجامعة
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الفاتحة الى روح سيد نا و حبيبنا وشفيعنا رسول اللّه محمد بن عبد اللّه صلىّ اللّه عليه وسلم, ثم الى ارواح كافة آبائه وإخوانه من الأنبياء والمرسلين وآل كل منهم والصّحابة اجمعين, ثم الى أرواح سادا تنا ابي بكر الصّد يق وعمر و عثمان و علي رضي اللّه عنهم وكافة العشرة المبشرين بالجنّة و ثم الى ارواح سيد تنا حبابة فاطمة الزهراء وسيد تنا حبابة خد يجة الكبرى وسيد تنا حبابة عائشة الرضى رضي اللّه عنهنّ, وسيد نا الأمام الحسن وسيد نا الحسين وسيد تنا حبابة زينب الكبرى, وسيد نا حمزة وسيد نا العباس وسيد نا عبد اللّه بن عباس رضي اللّه عنهم, ثم الى ارواح كافة أهل بد ر وأهل احد وأهل الحد يبية وجميع آل بيت رسول اللّه واصحاب رسول اللّه واحباب رسول اللّه وذ رّية رسول اللّه والتّابعين وتابع التّابعين لهم بإحسان إلى يوم الدّ ين, ثم الى ارواح سيد نا الأمام ابى حنيفة والأمام مالك والأمام الشافعي والأمام احمد بن حنبل والأمام البخاري والأمام المسلم والأمام الرافعي والأمام الحرمين الجويني والأمام حجة الاسلام ابى حامد محمد بن محمد الغزالي والأمام محي الدّين أبى زكريا يحيى بن شرف النّووي والأمام السيوطي والأمام البغوي والأمام إبن حجر وكافة الأئمّة الشّافعية واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح سيد نا الأمام علي زين العابدين وسيد نا الأمام محمد الباقر وسيد نا الأمام جعفر الصّادق وسيد نا الأمام علي العريضي وسيد نا الأمام موسى الكاظم وسيد نا الأمام علي الرضا و سيد نا الأمام محمد النقيب و سيد نا الأمام عيسى النقبب وسيد نا المهاجر الى اللّه والى رسوله الأمام احمد بن عيسى وسيد نا عبيد اللّه بن احمد بن عيسى وسيد نا علوي بن عبيد اللّه وسيد نا محمد بن علوي وسيد نا علوي بن محمد وسيد نا علي خالع قسم وسيد نا محمد صاحب مرباط وسيد نا علي بن محمد وسيد نا الأستاذ الأعظم الفقيه المقدم الأمام محمد بن علي باعلوي و جميع سادا تنا آل ابي علوي واصولهم وفروعهم ثم الى ارواح سيد نا الحبيب علوي الغيور بن الفقيه وإخواته وسيد نا الحبيب علوي عمّ الفقيه والحبيب عبد الرحمن حافظ بن علوي عمّ الفقيه ومولانا عبد المالك العظمة خان بن علوي عمّ الفقيه, وسادا تنا الحبيب علي وعبد اللّه إ بني علوي بن الفقيه وسيد نا الحبيب محمد بن علي مولى الد ويلة وسيد نا المقدم الثاني الحبيب عبد الرحمن بن محمد السقاف و سيد نا الحبيب عمر المحضار بن عبد الرحمن السّقاف وسيد نا الحبيب ابى بكرالسكران بن عبد الرحمن السقاف وسيد نا الحبيب عبد اللّه بن عبد الرحمن السقاف وإخوتهم الجميع واولادهم وذرياتهم و اصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح سيد نا سلطان الملأ والأمام الأولياء شمس الشموس محي النّفوس العارف باللّه الحبيب عبد اللّه بن ابى بكر العيد روس الأكبر وسيد نا الحبيب علي بن ابى بكر السكران وسيد نا الحبيب احمد بن ابى بكر السكران و إخوتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم و فروعهم, ثم الى ارواح سيد نا الحبيب ابى بكر العد نى بن عبد اللّه العيد روس وإخوانه الحبيب علوي, الحبيب شيخ والحبيب حسين بن عبد اللّه العيد روس واخواتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم والى أرواح الحبيب عبد الرحمن بن عبد اللّه بن عبد الرحمن السّقاف وابنه الحبيب عبد اللّه بن عبد الرحمن و ابنه الحبيب سالم بن عبد اللّه وسيد نا الحبيب احمد بن علوي باجحداب واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح سيد نا الحبيب احمد شهاب الدّ ين والشّيخين محمد جمل اللّيل والحبيب محمد مولى عيد يد وسيد نا الحبيب ابى بكر بن عبد اللّه باشميله والحبيب محمد بن عبد اللّه العيد روس والأمام القطب فخر الوجود سيد نا الشيخ ابى بكر بن سالم وأخيه سيد نا الشّيخ عقيل بن سالم رضي الله عنهم وإخوتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, و ثم الى أرواح سيد نا الحبيب حسين بن الشيخ ابى بكر بن سالم, وسيد نا الحبيب عبد الرحمن بن محمد الجفري مولى عرشه وسيد نا الحبيب احمد بن محمد الحبشى مولى شعب وسيد نا الحبيب يوسف بن عابد الحسني, وسيد نا الشيخ عمر بن عبد الله بامخرمة والحبيب احمد بن حسين والحبيب سالم بن احمد بن حسين واخواتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح الأمام القطب الأنفاس الحبيب عمر بن عبد الرحمن العطاس والشيخ على بن عبد اللّه باراس وسيد نا الأمام القطب الإرشاد وغوث العباد والبلاد الحبيب عبد اللّه بن علوي بن محمد الحداد واخواتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, وثم الى ارواح سيد نا الحبيب حسن بن عبد الله الحداد والحبيب احمد بن زين الحبشى, والحبيب عمر بن عبد الرحمن بن عمر البار والحبيب عبد الرحمن بن عبد اللّه بلفقيه والحبيب حامد بن عمر وسيد نا الحبيب طاهر بن حسين بن طاهر والحبيب عبد اللّه بن حسين بن طاهر وسيد نا الحبيب احمد بن محمد المحضار والحبيب عبد الباري بن شيخ العيد روس والحبيب عبد الله بن عيدروس العيد روس والحبيب عبد الرحمن بن مصطفى العيد روس مولى مصر والحبيب زين العابدين بن احمد العيد روس والحبيب عبد اللّه بن علوي العيد روس مولى ثبى واخواتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح سيد نا ابراهيم التّيمي وسيد نا الأمام الجنيد سيد الطّائفة والحبيب نوح بن ابى بكر والأمام القطب سلطان الأولياء سيد نا الشيخ عبد القادرالجيلاني, وسيد نا الشيخ احمدالبد وي وسيد نا الشيخ احمد الرفاعي وسيد نا الشيخ عبد السلام ابن المشيش وسيد نا الشيخ ابى الحسن علي بن عبد اللّه بن عبد الجبار الشّاذ لي وسيد نا الشيخ احمد بن إد ريس والشيخ إبن عربي والشيخ عبد العزيز الدباغ والأمام العارف باللّه محمد إبن أبى الحسن البكري وصاحب النّارية سيد الشيخ الأمام محمد التّازي وسيد الشيخ الأمام محمد الباقر وسيد الشيخ الأمام محمد حقّى النّازلي وصاحب البردة الأمام شرف الدّ ين أبي عبد الله محمد البوصيري والإمام يحيى بن أبي بكر العامري و سيد نا الشيخ محمد بن سمّان والشيخ احمد التّيجاني, وسيد ابراهيم المبتولي والشّيخ محمد المحروقي واخواتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم , ثم الى أرواح سادا تنا الأولياء تسعة سونان مولانا مالك ابراهيم و سونان امفيل احمد رحمة اللّه وسونان قيرى مولانا محمد عين اليقين وسونان درجة مولانا قاسم وسونان ( بونع ) مولانا ابراهيم
وسونان ( كونوع جاتي ) مولانا شريف هداية اللّه وسونان ( قدوس )مولانا جعفر الصّادق وسونان ( كالي جاكا ) رادين شهيد وسونان ( موريا ) رادين سعيد واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح سيد نا الحبيب علي بن حسن العطاس ( صاحب المشهد ) والحبيب حسن بن صالح البحر الجفري والحبيب صالح بن عبد اللّه الحامد والحبيب صالح بن عبد اللّه العطاس والحبيب ابى بكر بن عبد اللّه العطاس والأمام احمد زيني د حلان والحبيب محمد بن علوي المحضار واخواتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح الأمام القطب صاحب الولاية والمقام الحبيب حسين بن ابي بكر العيد روس والحبيب عيد روس بن حسين العيد روس هيد رابات هند ي والحبيب نوح بن محمد الحبشى وأخيه الحبيب عارفين بن محمد الحبشى واصولهم وفروعهم, وثم الى ارواح الحبيب احمد بن محمد العطاس والحبيب عمر بن سقاف السقاف والأمام القطب العارف باللّه صاحب المولد الحبيب علي بن محمد بن حسين الحبشى والأمام القطب العارف باللّه الحبيب احمد بن حسن العطاس واخواتهم الجميع واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح الحبيب عبد اللّه بن شيخ العيد روس والحبيب احمد بن عيد روس العيد روس والحبيب عبد الرحمن المشهور وابنه علي وابنه عبد اللّه بن علي المشهور والحبيب سالم بن حفيظ والحبيب عبد اللّه بن عمر الشّاطري وابنه الحبيب حسن بن عبد الله الشّاطري واخواته والحبيب علوي بن عبد اللّه بن شهاب الدّ ين وابنه محمد بن علوي واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح الشّيخ سعيد بن عيسى العمودى والشّيخ عبد الرحمن باجلحبان والشّيخ سالم بن فضل بافضل والشّيخ علي بن محمد الخطيب والشّيخ سعد بن علي بامدحج والشّيخ عبد اللّه بن احمد باسودان وسونان سلطان مولانا حسن الدّ ين البنتني وابنه مولانا يوسف واصولهم وفروعهم والى ارواح مولانا شريف حسين باعبود البنتني وسونان بوعكول وسونان ساساك وسونان فميجاهن الشيخ محي الدّ ين والشيخ منصور والشّيخ باه دالم والشيخ نواوي تانارا والشيخ أشناوي
والشيخ محمد ارشاد البنجري واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح الأولياء في المقام كمفوع بندان الحبيب محمد بن عمر القدسي والحبيب علي بن عبد الرحمن آل باعلوي والحبيب عبد الرحمن بن علوي الشاطري وسيد نا الحبيب محمد بن طاهر الحداد واولاده الحبيب علوي بن محمد الحداد والحبيب حسين بن محمد الحداد والى أرواح الحبيب احمد بن حسن الحبشى والحبيب عبد اللّه بن محسن العطاس والحبيب احمد بن عبد اللّه بن طالب العطاس والحبيب عبد اللّه بن علي الحداد والحبيب احمد بن علوي الحداد والحبيب ابي بكر بن علوي باحسن جمل الّيل واولادهم وذرياتهم واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح الحبيب شيخ بن احمد بن عبد الله بافقه واخيه الحبيب محمد بن أحمد بن عبد الله بافقبه والحبيب علي بن صافى السقاف والحبيب عبد القاد ر بن احمد بن قطبان السقاف والحبيب محمد بن عيد روس الحبشى والحبيب محمد بن احمد المحضار والحبيب حسن بن محمد الحداد والحبيب علوي بن محمد بن هاشم السقاف والحبيب عبد القادر بن علوي السقاف والأمام القطب الحبيب ابى بكر بن محمد السقاف والحبيب جعفر بن شيخان السقاف واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح الحبيب عثمان بن عبد اللّه بن يحيى والحبيب ابى بكر بن عمر بن يحيى والحبيب عبد اللّه بن عمر بن يحيى والحبيب مصطفى بن زين العابد بن العيد روس واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح الحبيب علي بن عبد الرحمن الحبشى وابنه الحبيب عبد الرحمن بن علي الحبشى واخواته, والحبيب حسين بن محمد الحداد واصولهم وفروعهم, ثم الى ارواح الحبيب محسن بن محمد العطاس والحبيب علي بن حسين العطاس والحبيب محمد بن احمد الحداد والحبيب زين بن عبد اللّه الصّلبية العيد روس والحبيب سالم بن احمد بن جندان والحبيب محمد بن حسين العيد روس واخيه الحبيب محمد مستور والحبيب عبد اللّه بن حسين العيد روس واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح الحبيب شيخ بن سالم العطاس والحبيب صالح بن محسن الحامد والحبيب عبد الرحمن بن عبد اللّه الحبشى والحبيب محسن بن صالح العطاس والحبيب عمر بن محمد بن هود العطاس والحبيب حسين بن عمر بن شيخ ابى بكرواخواتهم الجميع واولادهم واصولهم و فروعهم, ثم الى ارواح الحبيب عبد اللّه بن محمد العيد روس والحبيب عيد روس بن سالم الجفري والحبيب محضار بن عبد الرحمن الحبشي والحبيب عبد القادر بن محمد الجفري والحبيب صالح بن محضار الحبشي والحبيب محمد بن سالم بن حفيظ إبن الشيخ أبي بكر بن سالم والحبيب جعفر بن أحمد العيدروس والحبيب حسن بن أحمد باهرون والحبيب حسين بن هادى الحامد والحبيب عبد القادر بن احمد بلفقه وابنه الحبيب عبد اللّه بن عبد القادر بلفقيه والجبيب علي بن علوي بن شهاب والحبيب احمد بن حامد الكاف والحبيب علوي بن عباس المالكي وابنه الحبيب محمد بن علوي بن عباس المالكي الحسني واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح الحبيب علوي بن احمد باحسن والحبيب حسن بن محمد فدعق والحبيب محمد بن حامد إبن الشيخ ابى بكر والحبيب احمد بن غالب الحامد والحبيب محمد بن حسين باعبود والحبيب حامد بن محمد السرّى والحبيب عمر بن اسماعيل بن يحيى والحبيب سالم بن طه الحداد والحبيب حسين بن عبد اللّه الحامد والحبيب عباس بن ابى بكر العيد روس والحبيب هادى بن عبد اللّه الهدّار والحبيب احمد بن عبد اللّه بن حسن العطاس والحبيب احمد بن علي بافقيه والحبيب محمد أنيس بن علوي بن علي الحبشى والحبيب أحمد بن علوي بن علي الحبشى والحبيب عبد الرحمن بن أحمد بن عبد القادر السّقاف والحبيب عبد الله بن أحمد الكاف واولادهم واصولهم وفروعهم, ثم الى أرواح جميع الأولياء والشهداء والصلحاء والأقطاب والأمجاد والأوتاد وسائر عباد اللّه الصّالحين ثم الى ارواح ابائنا وأمهاتنا واجدادنا واعمامنا وعمّتنا واخوالنا وخالاتنا وجميع المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات من مشارق الأرض الى مغاربها, انّ اللّه يغفر لهم ويرحمهم ويد خلهم الجنة وان اللّه يد خل فى قبورهم الرّوح والرّيحان والفسحة والرّضوان والبشارة والأمان فى رفيع الجنان مع سيّد نا ولد عد نان, وانّ اللّه يغفر ذ نوبنا ويستر عيوبنا ويكشف كروبنا وينوّر قلوبنا ويرحمنا ويلطف بنا ويتوب علينا ويختم لنا ولكم بالحسنى فى خير ولطف وعافية وانّ اللّه يعافينا من جميع البلاء والبلوى والفتن ماظهر منها ومابطن ويشفينا من جميع الأمراض والأسقام والآفات والعاهات والبليّات وانّ اللّه يرزقنا التّقوى مع الإستقامة وانّ اللّه يرزقنا الفتوح والمنوح والرّسوخ وصلاح الجسد والرّوح والتّوبة النّصوح, وانّ اللّه يبارك فينا وفى اولاد نا واحبابنا ومن معنا ومامعنا, ويرزقنا التّيسير والصّلاح والفلاح والنّجاح وبلوغ المنى وانّ اللّه يبلّغ مقاصد نا ومن اوصانا واستوصانا بالدّعاء, وانّ اللّه يحفظنا ويتولاّنا ويبلّغ مقاصد نا بالتّيسير والسّهالة والجمالة والرّعاية والعناية والحماية بجاه خير البريّة, وانّ اللّه يبلّغنا حجّ بيته الحرام وزيارة خير الأنام عليه افضل الصّلاة وأزكى السّلام فى هذا العام وفى كلّ عام وانّ اللّه يجمعنا بحبيبه المختار محمد صلى اللّه عليه وآله وسلم فى الدّ نيا قبل الآخرة يقظة ومناما دائما مستمرّا وانّ اللّه يرزقنا رعاية خاصّة بجاه خير البريّة وعلى كلّ نيّة صالحة وعلى مانواه اسلا فنا الصّالحون والى حضرة النّبي محمد صلى اللّه عليه وآله وسلّم بسرّ الأسرار الفاتحة