Tuesday, December 28, 2010

Ceramah al-Habib Umar bin Hafidz di Khaul Cidodol 2010


Sat, Feb 6, 2010

Khaul Syekh Abu Bakar bin Salim, di Cidodol, Kebayoran Lama, 03 Januari 2010.

Bismillahirrohmanir rohim, Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah Ta’ala, kita pada saat ini, saya dan kalian berkumpul dihadapan Allah SWT. Kita menanti dipintu Allah Yang Maha Pemurah yang Maha Dermawan. Semuanya ini disebutkan dalam dakwahnya Nabi Besar Muhammad SAW, pemimpin sekalian Rasul, dengan itulah berdiri tiang-tiang kecintaan kepada Allah SWT, kecintaan kepada Nabi-Nya, kecintaan kepada orang-orang yang soleh, para awliya dan sholihin dan kaum mukminin.

Dan segala macam kemuliaan yang diberikan Allah SWT ini kepada kita saat ini, ini adalah pemberian yang diberikan Allah SWT secara cuma-Cuma tanpa didahului dengan uang muka dari kita sekalian. Wahai orang-orang yang telah dimuliakan oleh Allah SWT dengan beragam kemuliaan dimajelis ini, yang mana saat ini kita mencari rahmat dan karunia Allah SWT dan kita telah diberikan Allah SWT, maka perhatikanlah bahwa saat ini Allah sedang menatap kita sekalian. Dan Allah SWT mengetahui apa yang ada didalam benak dan rahasia sanubari kita. Dan Allah SWT mengetahui apa yang kita sembunyikan didalam hati kita. Bagi Allah sama saja apa yang nampak kita utarakan ataupun kita sembunyikan, semuanya sama dimata Allah SWT. Apabila kalian mencari keridhoan dari Allah SWT dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya, maka Allah SWT akan melimpahkan keridhoan-Nya kepada kalian. Dan orang yang suka maksiat, Insya Allah dapat meraih keberkahan dari berkah orang-orang yang taat pula. Apabila kita merayakan, bergembira dengan khaulnya Syekh Abu Bakar Bin Salim ini sesungguhnya kita bergembira dengan karunia yang diberikan Allah SWT. Dan kita merayakan bergembira dengan rahmat yang diberikan Allah SWT. Dan kita merayakan nikmat yang dikaruniakan Allah SWT. Dan kita bergembira dengan jasa yang Allah SWT berikan kepada kita sekalian. Dan kita merayakan warisan dari Nabi Muhammad SAW. Dan seseorang yang merayakan seorang pewaris, maka dia pun merayakan orang yang mewariskannya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dan kita merayakan cahaya-cahaya iman dan yakin. Dan kita merayakan sifat-sifat yang mulia disisi Allah SWT. Apabila kita saat ini berkumpul merayakan hal-hal yang mulia tersebut, orang-orang yang mulia yang dekat dengan Allah, maka sungguh pantas tidak diragukan bahwa Allah pun akan mendekatkan kita kepada-Nya. Berapa besar karunia Allah SWT untuk umat ini, berapa banyak orang yang masuk kedalam majelis ini, dalam keadaan tadinya dia jauh dari Allah, dia keluar dari majelis ini dalam keadaan sudah dekat dengan Allah. Bahkan berapa orang yang masuk kedalam majelis ini, tadinya dia dicatat sebagai orang yang sial, dia keluar dari majelis ini sebagai orang yang beruntung. Dan berapa banyak orang yang hadir dalam majelis ini tadinya hatinya penuh dengan kekotoran, keluar dengan membawa hati yang bersih bercahaya. Berapa banyak orang yang hadir dalam majelis ini, hatinya gelap gulita, dia keluar dengan membawa hati yang terang benderang. Berapa banyak orang yang masuk dalam majelis ini dalam keadaan Allah SWT tidak suka, berpaling dengan orang tersebut, tetapi tidaklah dia keluar dari majelis ini melainkan Allah SWT mencintai orang tersebut. Wahai orang-orang yang mencari kebaikan yang saya sebutkan ini, sungguh-sungguhlah dalam pencarianmu. Dan kembalilah kepada Allah SWT. Dan merendahlah, tunduklah kepada keagungan Allah SWT. Dan agungkan Allah SWT. Dan tetap tidak ada yang lebih agung dari Allah SWT. Dan tidak ada yang lebih besar dari Allah SWT. Dan tidak ada yang lebih dermawan dari Allah SWT. Allah SWT yang telah mengangkat derajat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT yang mengangkat derajat Nabi-Nabi, mengangkat derajat para malaikat dan para wali-wali serta kaum sholihin. Mereka adalah orang-orang yang sangat tinggi disisi Allah. Dan orang-orang yang mencari selain ketinggian selain dari yang mendekatkan kepada Allah maka mereka itulah orang-orang yang jatuh dan terjerumus. Bumi telah menjadi saksi atas bergenerasi- generasi manusia, bergenerasi- generasi umat dan kelompok yang mana mereka mencari kemuliaan selain dari Allah, maka mereka pun hina dan terpuruk dijatuhkan oleh Allah SWT. Diantara mereka yang mencari kemuliaan dan kehebatan melalui kehebatan senjata, seperti kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud yang mengatakan, “siapa yang lebih kuat dan lebih hebat dari kami?”. Yang lain lagi merasa hebat dengan harta yang ia miliki, yang demikian banyak hartanya seperti Qorun. Diantara mereka ada yang mencari kehebatan dan kemuliaan melalui hukum, pemerintahan serta kekuasaan seperti Fir’aun dan Namrud. Semuanya sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT, kami habisi mereka, kami ambil akibat perbuatan dosa mereka. Diantara mereka yang ditenggelamkan, yang dikirim halilintar, dihancurkan rumah mereka. Bukan Allah yang menzholimi mereka, tetapi mereka yang menzholimi dirinya sendiri. Dan sekarang dimuka bumi ini orang masing-masing mengadakan perkumpulan- perkumpulan untuk mencari kemuliaan, keamanan dan kehebatan selain dari Allah. Mereka orang-orang yang dengan pekumpulannya tersebut menuai keamanan, derajat yang tinggi dan yang lain sebagainya mereka menyangka bahwa orang-orang yang sebelumnya, dari umat-umat yang terdahulu itu, mereka mendapat kehebatan dari harta dan apa yang mereka miliki, dimata Allah SWT akan menambah kedudukan mereka. Akan tetapi dengan majelis semacam inilah kita berharap kepada Allah SWT, dengan majelis inilah kita mencari dan meminta kepada Allah SWT, dan kita menuju dan bermaksud kepada Allah SWT. Dan kita bertumpu kepada Allah. Dan kita bersandar dan bergantung kepada Allah SWT. Dan kita mendekatkan diri dengan hal yang mendekatkan kita dengan Allah SWT dan yang disukai oleh Allah SWT. Justru dengan keberadaan majelis semacam ini umat akan membaik dan akan menjadi semakin bagus. Allah SWT mudah-mudahan memperbanyak majelis-majelis semacam ini dan Allah SWT mengabadikan pengaruhnya dalam jiwa kita. Dan kita dalam perkumpulan kita ini, diawal tahun yang mulia ini berdoa dan berharap kepada Allah SWT. Kita meminta agar Allah SWT menolak dari diri kita, dari seluruh kaum muslimin, dan seluruh rakyat Indonesia serta seluruh penjuru dunia berbagai macam bala’ dan musibah yang membawa keburukan bagi umat Islam ini. Dan alangkah kuatnya apabila, betapa kuatnya karunia yang kita dapat dari Allah SWT, berdoa kepada Allah SWT dimajelis yang mulia ini, kita berdoa bersama-sama dan mengucapkan amin kepada Allah SWT. Apabila keluar dari majelis ini hati-hati jiwa-jiwa yang tunduk kepada Allah, yang memohon kepada Allah SWT, yang luluh karena malu kepada Allah SWT maka dia telah keluar membawa rahmat dan karunia yag besar dari Allah SWT. Allah SWT berfirman seketika kalian meminta tolong kepada Allah SWT dan Allah SWT menjawab doa kalian. Malah semalam sebelum turunnya ayat ini Rasulullah SAW tidak bisa tidur, Beliau bermunajah dalam tahajudnya, “Ya Hayyu Ya Qoyyum”. Beliau banyak menangis. Beliau banyak memohon kepada Allah SWT. Maka Sayidina abu Bakar Ash Shidiq RA yang bersama Nabi ikut menangis dan memeluk Rasulullah SAW dan berkata , “Cukup ya Rasulullah, Allah SWT pasti akan mengabulkan doamu”. Dan Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana caranya mengetuk pintunya Allah SWT dan memohon kepada Allah SWT. Sebaik-baiknya hal yang ada didalam hati kita pada saat Allah SWT sedang menatap hati dan batin kita adalah bagi Allah menemukan dalam hati kita penyesalan atas kesalahan dan dosa-dosa kita. Dan sesungguhnya sebagaimana dalam hadis, orang mukmin; dia memandang dosa yang dia lakukan, dosa pribadinya itu bagai gunung yang ada diatas kepalanya yang sewaktu-waktu bisa bisa menimpa dirinya dan membinasakannya. Adapun seorang munafik; menganggap dosa yang dia lakukan itu bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya yang bisa dia usir kapan waktu. Ketika Imam Hasan Al Bashri melewati sekelompok kaum sedang beradu mulut tentang masalah qodho dan qodar tanpa didasari ilmu, mereka berbincang-bincang dalam masalah yang mereka tidak mengerti, maka Imam Hasan Al Bashri mengatakan, jika mereka masih memikirkan dosa-dosa mereka niscaya mereka tidak akan ada waktu untuk membicarakan hal-hal semacam ini. Bagaimana halnya dengan seseorang yang setiap hari dan malam harinya dia habis waktunya dalam pandangan yang diharamkan oleh Allah SWT. Bagaimana dengan seseorang yang habis waktunya dalam menjelek-jelekkan para orang-orang sholeh, sahabat Nabi dan keluarganya. Bagaimana dengan keadaan seseorang yang ingin mengatur, menganggap orang lain dari para pendahulunya, orang-orang besar, mau diatur dengan hukumnya dan mau menghakimi mereka seenak perutnya sendiri, menganggap mereka itu orang biasa dan kecil. Seandainya mereka memikirkan dosa mereka, niscaya mereka tidak akan tenggelam sibuk dalam hal-hal semacam begini. Ini bukan sikap orang-orang yang memikirkan dosa-dosa mereka. Ini adalah yang di firmankan Allah SWT, dalam Al Qur’an yakni sifat-sifat yang mulia, dalam hal ini adalah orang-orang yang apabila datang ke Nabi setelah mereka, yakni yang mengatakan Rabbanafirlana ampuni kami sekalian dan juga dosa orang-orang sebelum kami pendahulu-pendahulu kami. Dan jangan jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yeng beriman. Sesungguhnya Kau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau mencari pengampunan dari Allah SWT untuk diri beliau dan orang-orang di zaman beliau. Dengan susah payah beliau meminta kepada Allah SWT. Beliau setiap malam menangis untuk Allah SWT. Beliau apabila disampaikan kepada beliau atau mendengar dari orang lain kalau ada orang lain yang menjelek-jelekan dan menghinakan beliau, beliau langsung berdoa dan mendoakan orang tersebut dan memohonkan ampunan karunia Allah SWT untuk orang itu. Dan sesungguhnya itu apabila ada orang yang mengganggu beliau dalam waktu cepat dekat disusul musibah menimpa orang yang mengganggunya. Ditanya Syekh Abu Bakar bin Salim, “apakah kamu menyumpah orang-orang yang mengganggumu?”. Dijawab, “ tidak aku sama sekali tidak pernah menyumpahi orang islam, akan tetapi Allah SWT yang murka terlebih dahulu, kecemburuan- Nya terhadap para wali-wali-Nya tanpa sebelum aku tahu, maka dibinasakan Allah SWT, kalau aku tahu aku akan minta tolong terlebih dahulu”. Warisan dari Nabi Muhammad SAW, yang mana sifat Nabi Muhammad SAW tentang kaum munafikin ketika Beliau mengatakan,” Seandainya aku tahu kalau aku beristighfar untuk mereka lebih dari 70 kali akan diampuni Allah untuk mereka, maka aku akan beristghfar lebih dari 70 kali agar mereka diampuni”. Syekh Abu Bakar Bin Salim, beliau membentuk majelis-majelis ilmu dan majelis zikir untuk orang awam dan orang khusus. Datang pada beliau murid-murid dari jauh, dari Syam, dari Mesir, dari Haromain dan dari tempat pelosok yang jauh untuk menimba ilmu kepadanya. Beliau mendidik murid-muridnya, mendidik sekalian manusia untuk bersikap adab yang patut kepada Allah SWT. Sebagaimana kita dengar bahwasanya didapur beliau dimasak setiap harinya 700 sampai 1000 potong roti. Suatu kali datang ke rumah beliau seorang wanita dengan membawa sedikit makanan yakni sekitar setengah liter atau setengah mud dia ingin menghadiahkan kepada Syekh Abu Bakar bin Salim. Ketika sampai wanita tersebut kepada pembantunya Syekh Abu Bakar Bin Salim, pembantunya berkata, “ Apalah artinya hadiah yang kau berikan ini? Tidakkah kau tahu setiap harinya kami memasak hingga seribu potong roti untuk para tamu-tamu kami?” maka tidak disangka-sangka datang Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau turun dari tangga terdengar suaranya turun menemui wanita tersebut. Langsung beliau berkata kepada wanita tersebut, ”Engkau datang ketempat ini wahai ibu karena Allah, dan engkau bermaksud kepada saya, engkau menuju kesaya karena Allah SWT. Berapa banyak langkah yang engkau langkahkan didalam perjalananmu menuju kemari, semuanya adalah pahala dari Allah. Dan engkau menyiapkan hadiah yang mulia ini. Berapa butir dari gandum yang engkau hadiahkan kepada saya? Tiap butirnya betapa besar pahalanya disisi Allah SWT.” Maka diangkat dan diterima hadiah tersebut oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, menjamu dan menghormati wanita tersebut. Dan dia keluar dari rumahnya dalam keadaan gembira. Dan beliau pun menegur pembantunya dan berkata, “ Jangan sekali lagi kau berucap kalimat seperti tadi kepada siapa pun. Ketahuilah bahwasanya kami tidak menyaksikan yang memberi kepada kami semata-mata hanya Allah SWT. Apa pun yang sampai kepada kami melalui tangan hamba-Nya banyak ataupun sedikit pada hakikatnya pemberinya adalah Allah SWT. Sesungguhnya Allah mengganjar mereka sesuai dengan niat mereka, apabila ikhlas karena Allah SWT”. Beliau juga mengatakan, “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, yang banyak nggak akan datang kepadanya.” Dan ini adalah lambang, warisan yang beliau bawa dari Nabi Muhammad SAW. Disebutkan dalam riwayat hidup beliau, bahwasannya beliau mengagungkan, menghormati nikmat Allah yang diberikan walaupun sedikit. Suatu ketika beliau melihat ada sedikit makanan terjatuh dilantai, dibiarkan begitu saja beliau angkat dan beliau berkata kepada istrinya Siti Aisyah, “Hendaknya engkau mensyukuri menjaga nikmat yang dikaruniakan Allah SWT, sebab apabila nikmat tersebut diambil oleh Allah SWT akhirnya tidak kembali lagi.” Ketika beliau memiliki kesungguhan kepada Alah SWT, ingin memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah SWT maka beliaupun membawa pengaruh besar bagi lingkungannya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Hingga beliau mengatakan, “seandainya datang kepada saya seorang Badui yang tidak terpelajar, tapi dia punya kesungguhan ingin sampai dan mengenal kepada Allah SWT, dalam sesaat akan saya buat dia sampai dan mengenal Allah SWT”. Hingga disebutkan dalam riwayat bahwa pandangan seorang mukmin, apabila ia memandang, menatap wajah mukmin yang lain, menatap dengan penuh rahmat dan kasih sayang, maka ini adalah suatu pahala yang amat besar disisi Allah SWT. Adapun apabila seorang mukmin memandang seorang mukmin yang lebih istimewa, dari pada wali-wali Allah SWT, maka ini adalah ramuan yang mujarab yang membuatnya dekat dengan Allah SWT. Sehingga dikatakan para ulama, “Barang siapa tidak melihat wajah orang-orang yang beruntung bagaimana ia dapat menjadi orang yang untung”. Dan barang siapa menatap wajah orang beruntung dengan ikhlas karena Allah SWT bagaimana ia tidak untung, pasti untung. Dikatakan oleh Syekh Abu Bakar Bin Salim, “Ini adalah karunia yang engkau dapatkan apabila engkau melihat kepada para awliya. Adapun apabila wali tersebut yang melihat engkau tak bisa dibayangkan karunia yang akan kau dapatkan.” Pernah dalam suatu kejadian, ketika di sebuah negeri di musim paceklik lama hujan tidak turun, mereka sholat istisqo minta hujan sekali, dua kali tidak juga turun hujan sampai tiga kali. Ketika kebetulan datang satu orang ditempat tersebut melihat kesusahan manusia dan dia berkata sebelum orang-orang tersebut sholat istisqo, “Ya Allah demi apa yang ada didalam kepala saya ini maka saya meminta kepada-Mu agar Engkau menurunkan hujan kepada manusia.” Dan turun hujan saat itu juga. Maka keesokan harinya dicari orang tersebut yang berdoa dan bertawasul yang berkatnya negeri jadi turun hujan. Ditanya , “memangnya apa yang ada didalam kepalamu hingga engkau bertawasul dengan apa yang ada didalam kepalamu?”. Dijawabnya, “sesungguhnya apa yang ada didalam kepala saya ini ada dua bola mata yang pernah melihat wajah Abu Yazid Al Bushtomi dengan berkat itu Allah turunkan hujan”. Disebutkan bahwasanya Imam Umar al-Mukhdor bin Syekh Abu Bakar, putranya Syekh Abu bakar Bin Salim beliau berkata, “Saya tidak rela murid saya yang paling rendah kalau kedudukannya, bagiannya sama dengan Abu Yazid Al Busthomi. Saya tidak puas dan tidak ridho”. Kalau anaknya seperti ini bagaimana dengan sang ayah, Syekh Abu Bakar bin Salim? Berapa banyak dengan berkat beliau Allah SWT mendamaikan antara orang lain, satu sama lain beliau mendamaikan orang dan orang juga damai berkat beliau. Dan di dalam hadis Nabi Muhammad SAW ada dalil yang membuktikan betapa besar pengaruh dari pandangan ini dan melihat penglihatan ini. Disebutkan bahwasanya Rasulullah SAW berkata, “kelak barang siapa seseorang berperang dijalan Allah SWT ditanya mereka satu sama lain, ‘Adakah diantara kalian yang pernah melihat Rasulullah?’, mereka bilang, ‘ada, fulan,fulan dan fulan’”. Dan dengan itu mereka meraih kemenangan. Kemudian datang generasi berikutnya ditanya, “apakah ada diantara kita orang-orang yang bertempur berjihad ini orang-orang yang pernah melihat manusia yang pernah melihat Rasulullah SAW? Maka dikatakan, “Ada fulan dan fulan pernah melihat sahabat Nabi Muhammad SAW”. Maka bertawasul dengan orang-orang tersebut dan Allah SWT memberikan kemenangan kepada mereka. Kemudian juga datang lagi generasi berikutnya, ketika seseorang dalam waktu suatu jihad dan pertolongan lambat, mereka tidak berhasil meraih kemenangan karena terlalu lambat, hingga akhirnya bertanya diantara mereka, “Adakah ada diantara kalian yang pernah melihat orang yang pernah melihat orang yang pernah melihat sahabat yang pernah melihat Nabi Muhammad SAW?”. Dan disebutkan juga dalam riwayatnya ada seorang ulama besar Imam besar dari Mekah yang datang kepada Sayidina Syekh Abu Bakar bin Salim dengan niatnya beliau dan akhirnya Allah SWT dengan berkat Syekh Abu Bakar Bin Salim diampunkan hal-hal yang terjadi antara dia dengan istrinya. Ketika orang ini datang dengan niat ini kepada Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat, baru masuk kamar baru berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim langsung disambut oleh Syekh Abu Bakar, “Selamat datang wahai Al Bakri, sesungguhnya saya telah memperbaiki segala macam kekacauan yang terjadi antara kau dengan istrimu, sudah beres semuanya”. Kemudian disajikan kopi kepada mereka yang ada di majelis itu, kemudian diambil satu cangkir kopi oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, dikeluarkan melalui jendela maka ketika kembali tangan tersebut cangkir kopi sudah tidak ada lagi entah kemana. Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim berkata, “Wahai Abdurrahim (Ulama Mekah ini) Insya Allah Allah SWT akan memberikan kebaikan kepada istrimu kepada keluargamu dan kelak ia akan mengandung seorang putra yang menjadi ulama besar di Mekah dan namakan anak tersebut Umar”. Dan ketika dia pulang ke negerinya Mekah ia dapati istrinya baik, berubah jauh, urusannya beres semua, dan ia bertanya,” Apa yang terjadi hingga engkau menjadi baik seperti ini?”. Maka istrinya mengeluarkan cangkir kosong, “Tadinya dicangkir ini ada kopinya, datang beberapa waktu yang lalu seorang tua yang demikian indah membawakan saya cangkir berisi kopi ini, saya minum langsung berubah saya punya hati”. Maka dia lihat cangkir tersebut keika diperhatikan ia berkata, “ini adalah cangkir yang dipegang Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat”. Lalu dia bertanya, “kapan kau dapatkan cangkir ini dari orang tua tersebut?” lalu dijawab, “waktunya sekian, tanggal sekian, jam sekian,hari sekian.” Ketika diingat-ingat betul hari itu adalah hari ketika saya bersama Syekh Abu Bakar Bin Salim diruangannya. Ditanya, “seperti apa orang yang datang membawakan kopi?”. Setelah disifati oleh istrinya ia berkata, “Dia adalah Syekh Abu Bakar Bin Salim”. Kemudian dia berkata, “Demi Allah waktu yang engkau sebutkan itu aku bersama Syekh Abu Bakar bin Salim diruangannya di Inat sana dan di mengambil secangkir kopi dia keluarkan dari jendela dan keluarkan tangannya dari jendela itu dan kembali dalam keadaan kosong. Diriwayatkan bahwasannya seorang hamba Allah SWT beliau memindahkan kursi singgasananya Ratu Balqis dari Yaman kehadapan Nabi Sulaiman.as. Dan singgasananya Ratu Balqis lebih besar daripada cangkir kopi. Dan wali dari umat Nabi Muhammad SAW lebih hebat dari wali dari umatnya Nabi Sulaiman. Dan wanita tersebut melahirkan seorang putra dengan berkat Syekh Abu Bakar bin Salim bernama Umar bin Abdurrahim yang menulis kitab Ilmu fiqih yang luar biasa dan menjadi ulama besar di Mekah. Dan kita sekarang di dalam perkumpulan majelis ini mari kita berdoa kepada Allah SWT dengan berkat Syekh Abu Bakar bin Salim, Allah SWT Insya Allah memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dan orang-orang yang punya hak yang besar terhadap kita sekalian, makhluk-makhluknya Allah SWT, mudah-mudahan Allah SWT membantu kita didalam memperbaiki hubungan kita dengan mereka semuanya. Dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan keridhoanNya kepada kita sekalian agar Allah SWT mengampuni kita semua. Alhamdulillah atas nikmat yang demikian besar ini, taufik yang Allah berikan kepada kita sekalian ini semuanya yang Allah SWT berikan dengan berkat shohib musnid yang telah membantu terwujudnya acara hari ini. Dan keberkahan dari perkumpulan kita ini, Ya Allah akan kembali dan mencapai semua yang hadir dan lingkungan kita, kota kita, negeri kita dan seluruh kaum muslimin dimanapun mereka berada dengan berkat majelis ini. sebab yang kita minta yang kita panggil namanya tadi adalah Allah Yang Maha Agung Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, yang mana Allah SWT menciptakan segala-galanya. Dan inilah kita datang kepada Allah SWT melalui pintu orang yang dicintai dan mencintai Allah SWT. Maka bersungguh-sungguhl ah berdoa kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita yang lampau. Dan Allah SWT menjaga kita dari perbuatan dosa dalam umur kita yang selanjutnya ini. Dan orang-orang yang kini telah meninggal dunia, yang tidak hadir ditempat ini, daripada anak kita, keluarga kita, orang tua kita, kerabat kita, semoga Allah SWT mengangkat derajat mereka dan mengampuni mereka sekalian. Dan semoga Allah SWT mudah-mudahan memberikan keberkahan dalam sisa hidup kita ini dan memberikan kita khusnul khotimah. Kemudian setelah wafat mudah-mudahan Allah SWT mengumpulkan kita bersama wali-wali, bersama kaum sholihin, bersama Sayidina Syekh Abu Bakar Bin Salim, Ya Allah berdekatan dengan Nabi Muhammad SAW.

Mintalah kepada Allah Yang Maha Penyayang dan bersungguh-sungguhl ah dalam berdoa dan memanggil kepada Allah SWT. Dan memohonlah kepada Allah SWT dengan sesungguh-sungguhny a sebab Allah SWT menyukai orang yang bersungguh-sungguh didalam memohon kepada Allah SWT. Berdoalah dengan hati kita, lidah kita dan seluruh jiwa kita memanggil nama, “Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah

Dikirim dalam Kalam Habib Umar bin Hafiz | Label: ceramah, haibib Umar, majlis