Friday, May 15, 2009

DO'A

"Ya Allah, wahai Dzat yang sempurna kelembutan-Nya (anugerah-Nya), wahai Dzat yang tersembunyi kelembutan-Nya, kami mendapatkan kelembutan-Mu yang tersembunyi dan yang tampak, yang, bila Engkau berikan kepada seseorang, itu mencukupi baginya. Wahai Dzat Yang Mahalembut, berikanlah kelembutan-Mu kepada kami pada semua urusan kami sebagaimana Engkau sukai dan Engkau ridhai; dan buatlah kami ridha pada urusan agama kami, tubuh kami, dunia kami, dan akhirat kami, wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.

Ya Allah, wahai Dzat Yang Mahalem­but, Engkau telah memberikan anugerah­Mu dengan menciptakan langit dan bumi, dan Engkau telah memberikan anugerah kepada janin yang berada dalam perut ibunya. Berilah kelembutan kepada kami dalam qadha dan qadar-Mu dengan ke­lembutan yang sesuai dengan kebesaran­Mu dan kemuliaan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih di antara yang pengasih. Wahai Dzat Yang senantiasa memberikan kelem­butan, berilah kelembutan kepada kami pada apa yang telah diturunkan (ditakdir­kan) dan yang belum diturunkan. Engkau­lah Dzat Yang senantiasa memberikan kelembutan. Wahai Dzat Yang Mahalem­but, wahai dzat Yang memiliki kelembutan yang tersembunyi, wahai Dzat Yang agung kelembutan-Nya, wahai Dzat Yang sempurna kelembutan-Nya, wahai Dzat yang senantiasa bersifat lembut." Kami mendapatkan kelembutan-Mu yang ter­sembunyi dan yang tampak, yang bila Engkau berikan kepada seseorang, itu mencukupi baginya.

DO'A

"Ya Allah, sesungguhnya kami memo­hon kepada-Mu nikmat yang sempurna, penjagaan yang senantiasa, rahmat yang meliputi, afiat yang tetap, kehidupan yang paling menyenangkan, umur yang paling membahagiakan, kebaikan yang paling sempurna, nikmat yang paling merata, anugerah yang paling enak, pemberian yang paling dekat, amal yang paling baik, ilmu yang paling bermanfaat, dan rizqi yang paling luas. Ya Allah, jadilah Engkau sebagai penolong kami, bukan lawan kami.
Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan kebahagiaan, wujudkanlah amal kami se­makin bertambah, sertailah saat pagi dan petang kami dengan afiat, jadikanlah akhir perjalanan kami dan harapan kami menuju rahmat-Mu, tuangkanlah limpahan-lim­pahan ampunan-Mu atas dosa-dosa kami, berikanlah kepada kami anugerah diperbaikinya kekurangan-kekurangan kami, jadikanlah taqwa sebagai bekal kami, agama sebagai perjuangan kami, serta tawakal dan ketergantungan kami hanya kepada-Mu.

Ya Allah, tetapkanlah kami pada jalur istiqamah, lindungilah kami di dunia dari hal-hal yang dapat menyebabkan penye­salan di hari kiamat, ringankanlah berat­nya beban-beban dosa kami, berikanlah kepada kami kehidupan orang-orang yang baik, peliharalah kami dan lindungilah kami dari kejahatan orang-orang yang berkarak­ter jahat, bebaskanlah kami, ayah-ayah kami, ibu-ibu kami, dan saudara-saudara kami dari neraka, wahai Yang Mahamulia, wahai Yang Maha Pengampun, wahai Yang Maha Pemurah, wahai Yang Maha Menutupi, wahai Yang Maha Penyantun, wahai Yang Mahaperkasa, dengan rahmat­Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang.

Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku bah­wa yang benar itu benar dan berikanlah kepadaku anugerah untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah pula kepadaku bahwa yang bathil itu bathil dan berikanlah ke­padaku kemampuan untuk menjauhinya, dan janganlah jadikan kebathilan itu samar bagiku sehingga aku mengikuti hawa nafsu.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlin­dung kepada-Mu dari mati dalam mencari dunia, berkat rahmat-Mu, wahai Yang Pang Penyayang di antara yang penya­yang
Semoga Allah melimpahkan rahmat­NYA kepada junjungan kami, Nabi Muham­mad, serta keluarga dan para sahabatnya. Don segala puji itu milik Allah, Tuhan se­kalian alam.

"Ya Allah, wahai Yang mengumpulkan manusia pada hari yang tak ada keraguan padanya, kumpulkanlah antara aku dan maqam shiddiqiyah kubra (kedudukan se­orang hamba yang sungguh-sungguh be­nar keyakinnya terhadap Allah), khilafah 'uzhma (khilafah yang teragung), keterbu­kaan mutlak, kesampaian yang terwujud, ilmul-yaqin (meyakini Allah dengan bukti), ainul-yaqin (meyakini Allah dengan penje­lasan), dan haqul yagin (meyakini Allah se­olah melihat-Nya secara langsung), serta pemahaman yang menghimpun semua ilmu yang tidak tersisa lagi bersamanya kejahilan akan sesuatu darinya selama-lamanya, dan pengajarannya, penyebarannya, umur yang panjang, pemberian yang besar, tercapai­nya cita-cita, dan akhir yang balk. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejah­teraan kepada junjungan kami, Nabi Mu­hammad, serta kepada keluarga dan para sahabatnya.

Friday, May 8, 2009

Putera Khalifah Harun Ar Rasyid


Khalifah Harun Ar Rasyid rah.a mempunyai seorang putera sekitar enam belas tahun. Ia sering bergaul dengan para ahli zuhud dan tokoh-tokoh agama pada masa itu. Ia sering mengunjungi tanah kuburan, duduk di tepi kubur dan berkata, "Ada masanya ketika kamu tinggal di dunia ini dan kamu sebagai tuannya, tetapi ternyata dunia tidak melindungimu dan nasibmu berakhir di kubur. Seandainya aku tahu apa yang engkau alami sekarang ini, tentu aku ingin mengetahui apa yang kamu katakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepadamu."
Ia sering membaca syair :


Pemakaman menakutkanku setiap hari dan ratapan wanita-wanita yang berduka cita membuatku sedih.


Pada suatu hari, anak itu datang ke istana ayahnya Harun Ar Rasyid, yang sedang duduk bersama ajudan pribadinya, para pejabat dan tamu-tamu terhormat lainnya. Sedangkan puteranya itu berpakaian sangat sederhana, dengan sorban di kepalanya. Ketika orang-orang istana itu melihatnya demikian, mereka berkata, "Keadaan anak ini menghina Amirul Mukminin di hadapan para bangsawan, jika ia dapat memperingatkannya, mungkin anak itu akan menghentikan kebiasaannya."

Khalifah mendengar ucapan itu, maka ia berkata kepada anaknya, "Anakku sayang, engkau telah mempermalukanku di hadapan para bangsawan."
Anak itu tidak berkata sepatah katapun atas ucapan ayahnya. Bahkan ia memanggil seekor burung yang bertengger di dekat situ, "Wahai burung, aku memohon kepadamu, demi Dzat yang menciptakanmu, datanglah dan duduklah di atas tanganku."


Burung itu terbang menghampirinya dan hinggap di atas tangannya. Kemudian anak itu menyuruhnya terbang lagi, dan burung itu pun terbang lagi ke tempat semula. Kemudian ia berkata kepada ayahnya, "Ayahku sayang, sesungguhnya kecintaanmu kepada dunia inilah yang memalukan diriku. Aku telah memutuskan untuk berpisah denganmu." Setelah berkata demikian, ia pergi hanya berbekal Al Quran saja.


Ketika ia memohon pamit kepada ibunya, ibunya memberi sebuah cincin yang sangat indah dan mahal, (agar ia dapat menjualnya jika ia memerlukan uang). Anak laki-laki itu pergi ke Basrah, dan bekerja bersama para buruh. Namun ia hanya bekerja pada hari Sabtu saja. Dan ia gunakan upahnya sehari untuk satu minggu, dengan menggunakan (satu danaq) seperenam dirham setiap hari.


Kisah selanjutnya diceritakan oleh Abu Amir Bashri rah.a., ia berkata, "Pada suatu ketika, sebelah dinding rumahku roboh dan aku membutuhkan seorang tukang batu untuk memperbaikinya. Ada seseorang yang memberitahuku bahwa ada seorang anak laki-laki yang dapat mengerjakan pekerjaan tukang batu. Maka akupun mencarinya. Di luar kota, aku melihat seorang pemuda tampan sedang duduk di tanah sambil membaca al Quran dengan sebuah tas di sisinya. Aku menanyainya, apakah ia mau bekerja sebagai buruh? Ia menjawab, "Tentu, kita telah diciptakan untuk bekerja. Pekerjaan apakah yang tuan inginkan untukku?"


Kukatakan bahwa aku membutuhkan seorang tukang batu untuk mengerjakan bangunan. Ia berkata, "Aku mau asalkan upahku satu dirham dan satu danaq sehari. Dan aku akan berhenti kerja dan pergi ke masjid bila tiba waktu shalat, kemudian kulanjutkan pekerjaan tersebut setelah shalat." Aku menyetujuinya.

Akhirnya ia ikut bersamaku dan mulai mengerjakan dinding itu. Pada sore harinya, aku kembali, dan aku sangat terkejut melihat bahwa ia telah melakukan pekerjaan seperti sepuluh orang tukang batu yang mengerjakannya. Akupun memberinya dua dirham. Tetapi ia menolak upah yang melebihi satu dirham dan satu danaq. Kemudian ia pergi hanya dengan upah yang telah disetujui.

Keesokan paginya, aku pergi lagi mencarinya, tetapi aku diberi tahu bahwa ia hanya bekerja pada hari Sabtu saja. Dan tiada seorangpun yang dapat menemukannya pada hari-hari lainnya. Karena aku sangat puas dengan pekerjaannya, maka kuputuskan untuk menunda pembangunan dindingku pada Sabtu depan. Pada hari Sabtu itu, aku mencarinya lagi dan kudapati ia di tempat yang sama sedang membaca al Quran sebagaimana biasa. Aku mengucapkan salam kepadanya, "Assalamu Alaikum."

"Wa Alaikumus Salam." Balasnya.

Ia bersedia bekerja lagi untukku dengan syarat yang sama. Ia pun ikut bersamaku dan mulai mengerjakan dinding itu lagi.

Disebabkan rasa heranku, bagaimana ia dapat mengerjakan pekerjaan sepuluh orang pekerja seorang diri seperti pada hari Sabtu yang lalu, maka akupun mengintipnya bekerja tanpa sepengetahuannya. Aku melihatnya dengan sangat takjub, bahwa ketika ia meletakkan adukan semen di dinding, maka batu-batu itu dengan sendirinya menyatu. Akhirnya aku sadar dan meyakini bahwa anak itu adalah kekasih Allah Swt. Sebagaimana hamba-hamba-Nya yang khusus saja yang mendapatkan pertolongan ghaib seperti itu dari Allah Swt.

Sore harinya, aku ingin memberinya tiga dirham, tetapi ia hanya mengambil satu dirham dan satu danaq kemudian pergi, sambil berkata, "Aku tidak membutuhkan lebih dari ini." Aku menunggu minggu berikutnya, lalu aku mencarinya pada Sabtu berikutnya, tetapi aku tidak berhasil menemukannya.

Aku bertanya kepada orang-orang. Ada seorang laki-laki memberitahuku bahwa anak itu sedang mengalami sakit selama tiga hari dan berbaring di tempat yang sepi. Kemudian aku membayar seseorang untuk mengantarkanku ke tempat itu. Setibanya di sana, ia sedang berbaring di atas tanah tak sadarkan diri. Kepalanya berbantalkan sepotong batu. Aku menyalaminya, tetapi ia tidak membalasnya. Aku berkata, "Assalamu Alaikum." lebih keras lagi. Ia membuka matanya sedikit dan mengenaliku. Aku baringkan kepalanya di pangkuanku, tetapi ia kembali meletakkan kepalanya di atas batu, dan membaca beberapa syair. Dua diantaranya masih kuingat, berbunyi demikian :

"Wahai kawanku, janganlah engkau terpedaya dengan kemewahan dunia. Karena hidupku akan berlalu. Kemewahan hanyalah untuk sekejap mata. Dan bila engkau mengusung jenazah ke pemakaman, ingatlah suatu hari engkaupun akan diusung ke pemakaman."

Kemudian anak itu berkata kepadaku, "Abu Amir! Jika ruhku telah melayang, mandikanlah aku dan kafanilah aku dengan pakaian yang kupakai sekarang."

Sahutku, "Sayangku, aku tidak keberatan membelikan kain baru untuk kafanmu."

Ia berkata, "Orang yang masih hidup lebih menginginkan pakaian yang baru daripada yang mati."

Anak itu menambahkan, "Kafan (lama ataupun baru) akan segera membusuk. Yang tinggal dengan seseorang setelah kematian adalah amal perbuatannya. Berikan sorban dan kendi airku kepada penggali kuburku dan jika engkau telah memakamkanku, sampaikan al Quran dan cincin ini kepada khalifah Harun Ar Rasyid. Tolonglah agar langsung ke tangannya dan katakan kepadanya, "Benda-benda itu dipercayakan kepadaku oleh seorang lelaki asing yang memintaku untuk menyampaikannya kepada engkau dengan pesan, "Wahai ayah, perhatikanlah, jangan sampai engkau meninggal dalam kelalaian dan terpedaya oleh dunia."

Dengan kata-kata itu di bibirnya, anak itu meninggal dunia. Saat itu barulah kusadari bahwa anak itu adalah seorang pangeran.

Setelah wafat, akupun memandikannya, mengafaninya dan membaringkannya dalam kubur sesuai dengan pesannya. Lalu kuberikan sorban dan lothanya kepada penggali kuburnya. Kemudia aku pergi ke Baghdad untuk menyampaikan cincin dan al Quran kepada khalifah.

Sungguh beruntung, setibanya aku di sana, baru saja iringan khalifah keluar istana. Aku berdiri di sebuah tempat yang agak tinggi sambil memperhatikan pawai itu. Tidak lama kemudian keluarlah satu pasukan terdiri dari seribu orang berkuda, diikuti oleh sepuluh pasukan lagi yang masing-masing terdiri dari seribu orang berkuda.

Diantara pasukan yang terakhir, terlihatlah Amirul Mukminin, maka akupun langsung memanggilnya dengan berteriak, "Amirul Mukminin, aku mohon kepadamu, atas nama hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah Saw., berhentilah sebentar."

Amirul Mukminin berhenti dan melihat sekeliling, lalu aku maju kedepannya dan menyerahkan kedua benda amanat dari almarhum putera pangeran itu, lalu aku berkata, "Benda-benda ini telah dipercayakan kepadaku oleh seorang pemuda asing yang kini telah meninggal dunia, ia berwasiat agar benda-benda ini disampaikan langsung ke tangan tuan."

Khalifah memandangi cincin dan al Quran itu sambil menundukkan kepalanya dengan sedih. Aku melihat air matanya mengalir, kemudian ia menyuruh pengurus istana untuk mengantarku ke istananya. Aku tinggal bersama pengurus istana itu.

Setelah khalifah kembali pada sore harinya. ia menyuruh agar tirai-tirai istana diturunkan, dan menyuruh pengurus istana agar agar membawaku ke hadapannya, kemudian ia berkata, "Lelaki itu hanya akan menimbulkan kesedihan bagiku."

Pengurus istana menemuiku dan berkata, "Amirul Mukminin memanggilmu, namun ingatlah, jiwanya sedang bergoncang. Jika engkau ingin mengatakan sesuatu dalam sepuluh kata, cobalah mengatakannya dengan lima kata saja."

Kemudian ia mengantarkanku ke kamar pribadi khalifah. Kulihat khalifah sedang duduk seorang diri, lalu ia menyuruhku untuk duduk di dekatnya. Ia bertanya kepadaku, "Apakah kamu mengenal anakku?"

Jawabku, "Ya."

Ia bertanya, "Apa saja yang ia lakukan untuk menafkahi hidupnya?"

Kukatakan bahwa ia bekerja sebagai tukang batu. Amirul Mukminin bertanya, "Apakah engkau juga pernah mempekerjakannya sebagai tukang batu?"

Aku berkata, "Ya, pernah kulakukan."

Amirul Mukminin berkata, "Apakah tidak terpikir olehmu, bahwa ia berhubungan keluarga dengan Rasulullah Saw.?" (Harun Ar Rasyid adalah keturunan Abbas r.a. paman Rasulullah Saw.)

Jawabku, "Wahai Amirul Mukminin! Pertama aku memohon ampun kepada Allah Swt. dan aku meminta maaf kepadamu, karena aku mengetahuinya setelah ia meninggal dunia."

Khalifah berkata, "Apakah engkau memandikannya dengan tanganmu sendiri?"

Aku berkata, "Ya."

Ia berkata, "Biarlah kusentuh tanganmu." Kemudian ia memegang tanganku ke dadanya dan mengusap-usap dadanya dengan tanganku, lalu ia membaca beberapa bait syair yang bunyinya :

"Wahai engkau yang menjauhkan dariku.
Hatiku larut dalam kesedihan atasmu.
Mataku mengalirkan air mata penderitaan.
Wahai engkau yang jauh pemakamannya.
Terlalu jauh. Kesedihanmu lebih dekat di hatiku.
Benar, kematian itu membingungkan kesenangan yang tertinggi di dunia.
Wahai anakku yang menjauh dariku.
Engkau bagai bulan yang tergantung di atas dahan perak.
Bulan telah menetap di kubur, sedang dahan perak menjadi debu."


Kemudian Harun Ar Rasyid memutuskan untuk pergi ke Basrah mengunjungi makam puteranya dan aku menemaninya. Ketika berdiri di sisi makam puteranya, Harun Ar Rasyid membaca syair berikut ini :

"Wahai pengembara ke alam yang tidak diketahui.
Tidak akan engkau kembali ke rumah.
Kematian telah merengutmu di awal masa remajamu.
Wahai penyejuk mataku, engkaulah pelipur laraku.
Kediaman hatiku, di kesunyian.
Engkau telah merasakan racun kematian.
Yang seharusnya ayahmulah yang minum di usia tuanya.
Sungguh setiap orang akan merasakan kematian.
Apakah ia seorang pengembara atau penduduk kota.
Segala puji bagi Allah Yang Esa. Yang tidak mempunyai sekutu.
Karena ini adalah bukti dari keputusannya."


Pada malam berikutnya setelah menunaikan kebiasaan ibadah harianku, dalam tidurku aku bermimpi melihat sebuah istana berkubah penuh nur. Di atasnya ada awan dari nur yang menaunginya. Dari awan nur itu keluarlah suara almarhum pemuda itu yang berkata, "Abu Amir, Semoga Allah Swt. menganugerahimu pahala terbaik."

Aku bertanya kepadanya, "Sahabatku, apa yang telah engkau alami di alam sana?"

Ia berkata, "Aku telah diakui di hadapan Tuhanku Yang Maha Pemurah dan Yang merasa senang denganku. Ia telah memberiku karunia yang mata tidak pernah melihatnya, telinga tidak pernah mendengarnya dan akal tidak dapat memikirkannya."

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, "Di dalam Taurat tertulis bahwa Allah Swt. menyiapkan suatu karunia bagi mereka yang meninggalkan tempat tidurnya untuk menangis kepada Tuhan mereka (dalam shalat Tahajjud) yang tidak pernah mata melihatnya, tidak pernah telinga mendengarnya, tidak pernah terpikirkan oleh akal seseorang dan tidak ada seorangpun atau malaikat yang mengetahuinya, dan tidak pernah diketahui oleh siapapun. Allah Swt. berfirman di dalam al Quran :

"Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As Sajdah ayat 17)

Kemudian arwah pemuda itu berkata kepadaku (dalam mimpi), "Allah Swt. telah berjanji kepadaku, bersumpah demi keagungan-Nya. bahwa ia akan menganugerahiku kehormatan dan karunia semacam itu kepada semua yang keluar dari dunia seperti aku, tanpa ternodai olehnya"

Penulis Raudh berkata bahwa kisah ini juga telah sampai kepadanya melalui periwayat yang lain. Ditambahkan dalam riwayat ini bahwa seseorang bertanya kepada Harun Ar Rasyid mengenai puteranya. Ia berkata, "Puteraku dilahirkan sebelum aku diangkat sebagai khalifah. Ia diasuh dan diajarkan adab dan sopan santun dengan sangat baik. Ia telah mempelajari al Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya. Tetapi ketika aku diangkat menjadi khalifah, ia meninggalkanku dan pergi. Kebesaran duniawiku tidak memberikan kesenangan dalam hidupnya. Dan ia tidak ingin memanfaatkannya sedikitpun. Ketika ia akan pergi, aku meminta ibunya agar memberinya sebuah cincin mutiara yang indah. Namun ia menolak memakainya dan mengirimnya kembali sebelum ia wafat. Anak itu sangat patuh kepada ibunya." (Raudh)

Harun Ar Rasyid rah.a, -yang puteranya tidak menyukai dunia- terkenal sebagai khalifah yang sangat shaleh dan budiman. Biasanya, jika seseorang memilki kekuasaan dan harta kekayaan, suka tergelincir dalam perbuatan-perbuatan buruk, tetapi sejarah membuktikan bahwa ia banyak terjun dalam hal agama. Selama masa kekhalifahannya, ia shalat nafil seratus rakaat setiap hari hingga wafatnya. Ia suka bersedekah dari saku pribadinya seribu dirham setiap hari. Ia juga memimpin pasukan jihad dan beribadah haji dua tahun sekali.

Apabila beribadah haji, ia membawa seratus alim ulama dan putera mereka bersamanya. Dan pada tahun-tahun ia berjihad, ia akan mengirim tiga ratus orang rakyatnya untuk pergi haji. Ia menanggung biaya-biaya perjalanan, makanan dan pakaian mereka. Ia memberikan pelayanan dan pakaian yang terbaik untuk mereka. Ia pun biasa memberi hadiah kepada siapapun yang meminta pertolongannya, dan menolong siapapun atas kehendaknya tanpa diminta. Ia sangat mencintai alim ulama, yang mendapat penghormatan tersendiri di istananya.

Suatu ketika, muhaddits terkenal Abu Muawiyah ad Dharir (bermakna yang buta) makan bersama Harun Ar Rasyid. Setelah makan, ketika ulama buta itu berdiri untuk mencuci tangannya, khalifah langsung mengucurkan air ke atas tangannya., dan berkata bahwa ia melakukan itu karena penghormatannya kepada ilmunya.

Abu Muawiyah ad Dharir rah.a. berkata, "Suatu ketika, pada saat aku menceritakan kepadanya tentang hadits Rasulullah Saw. tentang perdebatan antara Adam a.s. dan Musa a.s. ada seseorang laki-laki yang duduk di dekatnya berkata, "Di mana mereka telah bertemu?"

Mendengar hal ini, Harun Ar Rasyid langsung berseru marah, "Mana pedangku? Biar kupenggal leher orang zindiq ini. Ia berani membantah hadits Rasulullah Saw.?"

Dan Harun Ar Rasyid sering menangis keras bila ada nasehat yang ditujukan kepadanya. (Sejarah Baghdad- Al Khatib).

Dua wanita yang kisahnya terukir indah di dalam Al-Qur`an

Al-Qur`an telah bertutur tentang dua wanita shalihah yang keimanannya telah menancap kokoh di relung kalbunya. Dialah Asiyah bintu Muzahim, istri Fir’aun, dan Maryam bintu ‘Imran. Dua wanita yang kisahnya terukir indah di dalam Al-Qur`an itu merupakan sosok yang perlu diteladani wanita muslimah saat ini.Dan Allah membuat istri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika istri Fir’aun berkata: “Wahai Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim.”
(Perumpamaan yang lain bagi orang-orang beriman adalah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya dan kitab-kitab-Nya, dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (At-Tahrim: 11-12) .
Asiyah bintu Muzahim, istri Fir’aun, dan Maryam bintu ‘Imran adalah dua wanita kisahnya terukir indah dalam Al-Qur`an. Ayat-ayat Rabb Yang Maha Tinggi menuturkan keshalihan keduanya dan mempersaksikan keimanan yang berakar kokoh dalam relung kalbu keduanya. Sehingga pantas sekali kita katakan bahwa keduanya adalah wanita yang manis dalam sebutan dan indah dalam ingatan. Asiyah dan Maryam adalah dua dari sekian qudwah (teladan) bagi wanita-wanita yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan uswah hasanah bagi para istri kaum mukminin.Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu berkata dalam kitab tafsirnya: “Allah yang Maha Tinggi berfirman bahwasanya Dia membuat permisalan bagi orang-orang yang membenarkan Allah dan mentauhidkan-Nya, dengan istri Fir’aun yang beriman kepada Allah, mentauhidkan-Nya, dan membenarkan Rasulullah Musa ‘alaihissalam.
Sementara wanita ini di bawah penguasaan suami yang kafir, satu dari sekian musuh Allah. Namun kekafiran suaminya itu tidak memudharatkannya, karena ia tetap beriman kepada Allah. Sementara, termasuk ketetapan Allah kepada makhluk-Nya adalah seseorang tidaklah dibebani dosa orang lain (tapi masing-masing membawa dosanya sendiri, -pent.1), dan setiap jiwa mendapatkan apa yang ia usahakan.” (Jami’ul Bayan fi Ta`wilil Qur`an/ Tafsir Ath-Thabari, 12/162)Pada diri Asiyah dan Maryam, ada permisalan yang indah bagi para istri yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir. Keduanya dijadikan contoh untuk mendorong kaum mukminin dan mukminat agar berpegang teguh dengan ketaatan dan kokoh di atas agama. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an/ Tafsir Al-Qurthubi, 9/132)Seorang istri yang shalihah, ia akan bersabar dengan kekurangan yang ada pada suaminya dan sabar dengan kesulitan hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah berkeluh kesah di hadapan suaminya atau mengeluhkan suaminya kepada orang lain, apalagi mengghibah suami, menceritakan aib/ cacat dan kekurangan sang suami. Bagaimana pun kekurangan suaminya dan kesempitan hidup bersamanya, ia tetap bersyukur di sela-sela kekurangan dan kesempitan tersebut, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan lelaki muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir sebagai pendamping hidupnya. Dan tidak memberinya suami seperti suami Asiyah bintu Muzahim yang sangat kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbuat aniaya terhadap istri karena ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Tersebutlah, ketika sang durjana yang bergelar Fir’aun itu mengetahui keimanan Asiyah istrinya, ia keluar menemui kaumnya lalu bertanya: “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah bintu Muzahim?” Merekapun memujinya. Fir’aun berkata: “Ia menyembah Tuhan selain aku.” Mereka berkata: “Kalau begitu, bunuhlah dia.” Maka Fir’aun membuat pasak-pasak untuk istrinya, kemudian mengikat kedua tangan dan kedua kaki istrinya, kemudian menyiksanya di bawah terik matahari. Jika Fir’aun berlalu darinya, para malaikat menaungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka. Asiyah berdoa: “Wahai Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di dalam surga.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabulkan doa Asiyah dengan membangunkan sebuah rumah di surga untuknya. Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah, maka ia pun tertawa. Bertepatan dengan itu Fir’aun datang. Melihat Asiyah tertawa, Fir’aun berkata keheranan: “Tidakkah kalian heran dengan kegilaan Asiyah? Kita siksa dia, malah tertawa.”Menghadapi beratnya siksaan Fir’aun, hati Asiyah tidak lari untuk berharap kepada makhluk. Ia hanya berharap belas kasih dan pertolongan dari Penguasa makhluk, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia berdoa agar diselamatkan dari siksaan yang ditimpakan Fir’aun dan kaumnya serta tidak lupa memohon agar diselamatkan dari melakukan kekufuran sebagaimana yang diperbuat Fir’aun dan kaumnya.2Akhir dari semua derita dunia itu, berujung dengan dicabutnya ruh Asiyah untuk menemui janji Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Istri yang shalihah akan menjaga dirinya dari perbuatan keji dan segala hal yang mengarah ke sana. Sehingga ia tidak keluar rumah kecuali karena darurat, dengan izin suaminya. Kalaupun keluar rumah, ia memperhatikan adab-adab syar‘i. Dia menjaga diri dari bercampur baur apalagi khalwat (bersepi-sepi/ berdua-duaan) dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Ia tidak berbicara dengan lelaki ajnabi (non mahram) kecuali karena terpaksa dengan tidak melembut-lembutkan suara. Dan ia tidak melepas pandangannya dengan melihat apa yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia ingat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Maryam yang sangat menjaga kesucian diri, sehingga ketika bahwa dia akan mengandung seorang anak yang kelakudikabarkan oleh Jibril menjadi rasul pilihan Allah, Maryam berkata dengan heran:“Bagaimana aku bisa memiliki seorang anak laki-laki sedangkan aku tidak pernah disentuh oleh seorang manusia (laki-laki) pun dan aku bukan pula seorang wanita pezina.” (Maryam: 20).
Wanita shalihah akan mengingat bagaimana keimanan Maryam kepada Allah dan bagaimana ketekunannya dalam beribadah, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya dan mengutamakannya di atas seluruh wanita.

Ingatlah ketika malaikat Jibril berkata: “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikan dan melebihkanmu di atas segenap wanita di alam ini (yang hidup di masa itu).” (Ali ‘Imran: 42)Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:“Cukup bagimu dari segenap wanita di alam ini (empat wanita, yaitu:) Maryam putri Imran, Khadijah bintu Khuwailid, Fathimah bintu Muhammad, dan Asiyah istri Fir’aun.” Yakni cukup bagimu untuk sampai kepada martabat orang-orang yang sempurna dengan mencontoh keempat wanita ini, menyebut kebaikan-kebaikan mereka, kezuhudan mereka terhadap kehidupan dunia, dan tertujunya hati mereka kepada kehidupan akhirat. Kata Ath-Thibi, cukup bagimu dengan mengetahui/ mengenal keutamaan mereka dari mengenal seluruh wanita.
(Tuhfatul Ahwadzi, kitab Al-Manaqib)Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda memuji Asiyah dan Maryam5:“Orang yang sempurna dari kalangan laki-laki itu banyak, namun tidak ada yang sempurna dari kalangan wanita kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam putri Imran. Sungguh keutamaan ‘Aisyah bila dibanding para wanita selainnya seperti kelebihan tsarid6 di atas seluruh makanan.”7Di antara keutamaan Asiyah adalah ia memilih dibunuh daripada mendapatkan (kenikmatan berupa) kerajaan (karena suaminya seorang raja). Dan ia memilih azab/ siksaan di dunia daripada mendapatkan kenikmatan yang tadinya ia benarureguk di istana sang suami yang dzalim. Ternyata firasatnya tentang Musa adanya ketika ia berkata kepada Fir’aun saat mengutarakan keinginannya untuk menjadikan Musa ‘alaihissalam sebagai anak angkatnya: قُرَةُ عَيْنٍ لِي (agar ia menjadi penyejuk mata bagiku).8 (Fathul Bari 6/544)Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Ayat-ayat ini (surat At-Tahrim ayat 10-12) mengandung tiga permisalan, satu untuk orang-orang kafir dan dua permisalan lagi untuk kaum mukminin.”Setelah beliau menyebutkan permisalan bagi orang kafir, selanjutnya beliau berkata: “Adapun dua permisalan bagi orang-orang beriman, salah satunya adalah istri Fir’aun. Sisi permisalannya: Hubungan seorang mukmin dengan seorang kafir tidaklah bermudharat bagi si mukmin sedikitpun, apabila si mukmin memisahkan diri dari orang kafir tersebut dalam kekafiran dan amalannya. Karena maksiat yang diperbuat orang lain sama sekali tidak akan berbahaya bagi seorang mukmin yang taat di akhiratnya kelak, walaupun mungkin ketika di dunia ia mendapatkan kemudharatan dengan sebab hukuman yang dihalalkan bagi penduduk bumi bila mereka menyia-nyiakan perintah Allah, lalu hukuman itu datang secara umum (sehingga orang yang baik pun terkena).
Istri Fir’aun tidaklah mendapatkan mudharat karena hubungannya dengan Fir’aun, padahal Firaun itu adalah manusia paling kafir. Sebagaimana istri Nabi Nuh dan Nabi Luth ‘alaihimassalam tidak mendapatkan kemanfaatan karena hubungan keduanya dengan dua utusan Rabb semesta alam.Permisalan yang kedua bagi kaum mukminin adalah Maryam, seorang wanita yang tidak memiliki suami, baik dari kalangan orang mukmin ataupun dari orang kafir.
Dengan demikian, dalam ayat ini Allah menyebutkan tiga macam wanita:
Pertama: wanita kafir yang bersuamikan lelaki yang shalih.
Kedua: wanita shalihah yang bersuamikan lelaki yang kafir.
Ketiga: gadis perawan yang tidak punya suami dan tidak pernah berhubungan dengan seorang lelakipun.
Jenis yang pertama, ia tidak mendapatkan manfaat karena hubungannya dengan suami tersebut.Jenis kedua, ia tidak mendapatkan mudharat karena hubungannya dengan suami yang kafir.Jenis ketiga, ketiadaan suami tidak bermudharat sedikitpun baginya.Kemudian, dalam permisalan-permisalan ini ada rahasia-rahasia indah yang sesuai dengan konteks surat ini. Karena surat ini diawali dengan menyebutkan istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan peringatan kepada mereka dari saling membantu menyusahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila mereka (istri-istri Nabi) itu tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta tidak menginginkan hari akhirat, niscaya tidak bermanfaat bagi mereka hubungan mereka dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana istri Nuh dan istri Luth tidak mendapatkan manfaat dari hubungan keduanya dengan suami mereka. Karena itulah di dalam surah ini dibuat permisalan dengan hubungan nikah bukan hubungan kekerabatan.
Yahya bin Salam berkata: “Allah membuat permisalan yang pertama untuk memperingatkan ‘Aisyah dan Hafshah radhiallahu ‘anhuma. Kemudian memberikan permisalan kedua bagi keduanya untuk menganjurkan keduanya agar berpegang teguh dengan ketaatan.Adapula pelajaran lain yang bisa diambil dari permisalan yang dibuat untuk kaum mukminin dengan Maryam. Yaitu, Maryam tidak mendapatkan mudharat sedikit pun di sisi Allah dengan tuduhan keji yang dilemparkan Yahudi dan musuh-musuh Allah terhadapnya. Begitu pula sebutan jelek untuk putranya, sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mensucikan keduanya dari tuduhan tersebut. Perlakuan jahat dan tuduhan keji itu ia dapatkan padahal ia adalah seorang ash-shiddiqah al-kubra (wanita yang sangat benar keimanannya, sempurna ilmu dan amalnya), wanita pilihan di atas segenap wanita di alam ini. Lelaki yang shalih (yakni Isa putra Maryam ‘alaihissalam) pun tidak mendapatkan mudharat atas tuduhan orang-orang fajir dan fasik terhadapnya.Dalam ayat ini juga ada hiburan bagi ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha (atas tuduhan keji yang ia terima dari orang-orang munafik . Dan sebagai persiapan bagi jiwanya untuk menghadapi apa yang dikatakan para pendusta .Sebagaimana dalam permisalan dengan istri Nuh dan Luth ada peringatan bagi ‘Aisyah dan juga Hafshah dengan apa yang diperbuat keduanya terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (At-Tafsirul Qayyim, hal. 396-498)Demikian, semoga menjadi teladan dan pelajaran berharga bagi para istri shalihah…Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Friday, May 1, 2009

DO'A

"Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah atas Rasulullah dan atas keluarganya.”
Ya Allah, Yang Mahahidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, Yang Maha Merajai, Yang Mahasuci, Yang Maha Belas Kasih, Yang Maha Memaksa, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Meliputi, Yang Mahaluas,Yang Maha Memelihara, Yang Mahatinggi, Yang Maha­ Agung, aku memohon ke hadirat-Mu, ya Allah,ya Tuhanku, kiranya Engkau berkenan menghidupkan hati dan jiwaku dengan nur makrifat­ Mu dan kecintaan-Mu, dan menghidupkan jasad dan seluruh anggota tubuhku denganberibadah ke hadirat-Mu, dan anugerahilah aku kesadaran melakukan kewajibanku terhadap hak-hak-Mu dengan sebaik-baiknya, dan penuhilah kedua tanganku dengan rizqi-Mu yang balk, dan lengkapilah aku dengan belas kasih-Mu yang tersembunyi dan kasih sayang­Mu, dan perkenankanlah aku memiliki tali kekang diriku, sehingga aku dapat menuntunnya kepada apa-apa yang Engkau ridhai dan memperoleh kedekatan dengan-Mu.

Dan sucikan aku dari kotoran pembang­kangan, kelalaian dan nafsu syahwat, dan anugerahilah aku rahmat dari sisi-Mu, dan ajarilah aku ilmu dari hadirat-Mu, dan anu­gerahilah aku hikmah (mengetahui yang be­nar) dan hukum, selamatkanlah aku dari kebencian dan murka-Mu dan dari semua bentuk musibah-Mu.
Dan lindungilah aku dari makhluk-Mu yang jahat dan dari kejahatan mereka, dan dari seluruh kejahatan dan dari seluruh cobaan dan kecelakaan, dan lindungilah aku dari fitnah yang menyesatkan, balk yang tampak mau­pun yang tersembunyi, dan jadikanlah aku ter­masuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan di muka bumi, dan berilah aku karunia yang besar, dan am­punilah aku atas kesalahan-kesalahanku, dan masukkanlah aku ke tempat masuk yang mu­lia, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara segala yang penyayang, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara segala yang penyayang, wahai Dzat Yang Paling Penya­yang di antara segala yang penyayang."

”Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon perlindungan-Mu pemeliharaaan dan perlindungan atas agama kami,badan kami,diri kami,keluarga kami,anak-anak kami,harta kami,dan apa-apa yang Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah tempatkanlah kami di sisi-Mu, dalam pengamanan-Mu,di dekat-Mu,dalam perlindungan-Mu, dari kejahatan setan yang ter­kutuk, dari orang yang sombong lagi zhalim, dari orang yang berniat jahat, dan dari kejahatan setiap yang memiliki kejahatan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

Ya Allah, perindahlah kami dengan kese­jahteraan dan keselamatan, dan kuatkanlah kami dengan taqwa dan istigamah, dan lin­dungilah kami dari hal-hal yang mengakibatkan penyelasan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Doa.

Ya Allah, ampunilah kami, orangtua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-sau­dara kami seagama, sahabat-sahabat kami, orang-orang yang mencintai kami karena Eng­kau, orang-orang yang berbuat baik kepada kami, dan kaum muslimin-muslimat, mukminin-muk­minat, wahai Tuhan, Penguasa alam semesta.

Semoga shalawat dan salam terlimpah kepada junjungan kami, Nabi Muhammad,keluarganya dan para sahabatnya.Dan anugerahilah kami kepatuhan yang sempurna kepadanya, baik lahir maupun bathin, dalam keadaan sejahtera dan selamat, dengan rahmat-Mu,wahai Dzat Yang paling Penyayang di antara yang penyayang.

"Ya Allah, berikanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu yang dengannya Engkau mengha­langi kami dan maksiat kepada-Mu, berikanlah kami ketaatan kepada-Mu yang dengannya Engkau menyampaikan kami ke surga-Mu, dan berikanlah kami keyakinan yang dengannya Engkau membuat musibah-musibah dunia terasa ringan bagi kami. Dan hiasilah kami dengan pen­dengaran kami, penglihatan kami, dan kekuatan kami selama Engkau masih menghidupkan kami. Dan tolonglah kami menghadapi orang yang menentang kami. Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami terdapat dalam urusan agama kami. Jangan pula Engkau jadikan dunia sebagai keinginan kami yang terbesar dan puncak ilmu kami, dan janganlah Engkau menguasakan kepada kami orang yang tidak menyayangi kami."

DO'A


"Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, dengan pujian yang setara dengan nikmat-nikmat-Nya dan setara dengan tam­bahan nikmat-Nya. Ya Allah, anugerahkan­lah rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami, Nabi Muhammad, dan atas ahlul bayt­nya dan para sahabatnya.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ke hadirat-Mu dengan kedudukan surah Al­-Fatihah yang agung dan tujuh ayat yang ber­ulang-ulang, kiranya Engkau berkenan mem­bukakan bagi kami semua kebaikan, men­jadikan kami orang-orang yang ahli berbuat kebaikan, dan memperlakukan kami dengan perlakuan-Mu kepada orang-orang ahli ke­baikan, dan berkenan memelihara kami da­lam agama kami, pada diri kami, anak-anak kami, keluarga kami, para sahabat kami, dan orang-orang kecintaan kami, dari setiap co­baan, dari setiap fitnah, dari setiap keseng­saraan dan bahaya. Sesungguhnya Engkau Pemelihara semua kebaikan, Yang meng­anugerahi kebaikan, dan Pemberi semua kebaikan. Berkat rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara semua yang penyayang, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara semua yang penya­yang, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara semua yang penyayang."

Ya Allah, Yang Maha hidup, Yang Maha berdiri sendiri, Yang Maha Merajai, Yang Ma­hasuci, Yang Maha Belas Kasih, Yang Maha Memaksa, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Meliputi, Yang Mahaluas, Yang Maha Memelihara, Yang Mahatinggi, Yang Maha­agung, aku memohon ke hadirat-Mu, ya Allah, ya Tuhanku, kiranya Engkau berkenan meng­hidupkan hati dan jiwaku dengan nur makrifat­Mu dan kecintaan-Mu, dan menghidupkan jasad dan seluruh anggota tubuhku dengan beribadah ke hadirat-Mu, dan anugerahilah aku kesadaran melakukan kewajibanku terha­dap hak-hak-Mu dengan sebaik-baiknya, dan penuhilah kedua tanganku dengan rizqi-Mu yang baik, dan lengkapilah aku dengan belas kasih-Mu yang tersembunyi dan kasih sayang­Mu, dan perkenankanlah aku memiliki tali ke­kang diriku, sehingga aku dapat menuntunnya kepada apa-apa yang Engkau ridhai dan memperoleh kedekatan dengan-Mu.

Dan sucikan aku dari kotoran pembang­kangan, kelalaian dan nafsu syahwat, dan anugerahilah aku rahmat dari sisi-Mu, dan ajarilah aku ilmu dari hadirat-Mu, dan anu­gerahilah aku hikmah (mengetahui yang be­nar) dan hukum, selamatkanlah aku dari kebencian dan murka-Mu dan dari semua bentuk musibah-Mu.

Dan lindungilah aku dari makhluk-Mu yang jahat dan dari kejahatan mereka, dan dari seluruh kejahatan dan dari seluruh cobaan dan kecelakaan, dan lindungilah aku dari fitnah yang menyesatkan, baik yang tampak mau­pun yang tersembunyi, dan jadikanlah aku ter­masuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan di muka bumi, dan berilah aku karunia yang besar, dan am­punilah aku atas kesalahan-kesalahanku, dan masukkanlah aku ke tempat masuk yang mu­lia, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara segala yang penyayang, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara segala yang penyayang, Wahai Dzat Yang Paling Penya­yang di antara segala yang penyayang."

DO'A

"Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah atas Rasulullah dan atas keluarganya.

"Ya Allah, tolonglah aku, berikanlah aku petunjuk, berilah aku taufiq untuk dapat mendidik akhlaqku, dan menghaluskan­nya dengan latihan maksimal yang akan menghapus kotoran-kotoran kejiwaan, yang akan menekan luapan nafsu syah­wat, yang dihiasi dengan senantiasa hadir bersama Allah Azza wa Jalla, dan memiliki adab yang indah di atas hamparan kehina­an, keputusasaan, keterpaksaan, dan ke­fakiran, demi pengabdian yang hakiki dan memenuhi hak-hak-Mu. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."

"Ya Allah, keluarkanlah dari hatiku segala kecintaan kepada urusan dunia dan segala kecintaan kepada makhluk yang menyebabkan aku condong kepada perbuatan maksiat kepada-Mu, atau menyibukkan aku dari ketaatan kepada­Mu, atau menghalangi aku dengan hakikat makrifat-Mu'yang khusus dan kecintaanku yang tulus kepada-Mu. "

"Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmati­lah aku, dan terimalah taubatku. Sesung­guhnya Engkau Maha Pemberi Taubat lagi Maha Penyayang."

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui rahasiaku dan zhahirku, maka terimalah permohonan udzurku, dan Engkau pun mengetahui hajatku, maka penuhilah permohonanku, dan Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, maka ampunilah aku atas dosa-dosaku.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ke hadirat-Mu keimanan yang senantiasa melekat di hatiku dan keyakinan yang benar sehingga aku mengetahui bahwa tidak ada musibah yang menimpaku kecuali yang telah Engkau tentukan atas diriku, serta aku memohon keridhaan hati­ku atas karunia yang telah Engkau anu­gerahkan kepadaku, wahai Dzat Yang memiliki kebesaran dan kemuliaan."
"Ya Allah, Yang Maha Belas Kasih, Yang Maha Pemberi Rizqi, Yang Maha­kuat, Yang Mahaperkasa .Aku memohon ke hadirat-Mu agar aku senantiasa menghambakan diri kepada­Mu dan tekun melakukan kewajiban ke­pada-Mu, dan sirnanya segala sesuatu dari diriku selain Engkau, dan kasih sayang yang penuh dari sisi-Mu, baik yang tampak jelas maupun tersembunyi, rizqi yang baik, luas, dan menyenangkan, kekuatan iman di dalam keyakinan, dan kekukuhan dalam menegakkan kebenaran dan agama, dan memperoleh kemuliaan (dengan karunia-Mu) yang langgeng lagi kekal, dan kemuliaan yang tetap lagi abadi, tidak dinodai dengan sifat sombong lagi congkak, dan tidak menginginkan berbuat kerusakan di muka bumi atau berlaku angkuh.Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar ,Mahadekat,lagi Maha mengabulkan.”