Wednesday, June 18, 2008

CAHAYA HATI



Assalamu’alaikum warohmatullallhi wabarokaatuh, Hamdan li Robbin Khosshona bi MuhammadinWa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiriAlhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa ilaihi bil idzni waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaaShollallahu wa sallama wa baarok’alaihAlhamdulillahilladzi jam’anaa fi hadzalmahdhor, Limpahan puji kehadirat Allah, dengan terpanggilnya jiwa untuk menyebut nama Allah, limpahan puji kehadirat Allah, Maha Raja langit dan bumi, yang selalu mengizinkan bibir pendosa untuk terus menyebut nama Allah, mengizinkan jiwa yang penuh kegelapan dan kesalahan untuk memanggil namanya, untuk meminta pengampunan, dan pengampunannya adalah gerbang terluas di alam semesta, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, melebihi semua pemilik sifat kasih sayang, Allah, Allah SWT Maha mendahului hajat dan kebutuhan hambanya untuk melewati kehidupan, sebelum hambanya meminta
Kedermawanan Ilaahi yang tertutup dengan tabir-tabir yang tiada akan terbuka terkecuali bagi mereka yang mempelajarinya, bahwa didalam kehidupannya, didalam menopang hari-harinya, ia membutuhkan bantuan dari Allah siang dan malam setiap waktu dan kejap, bantuan terus mengalir dari gerbang kedemawanan-Nya SWT, dan hamba-hambanya terus melupakannya dan berpaling dari kelembutan-Nya, demikian kasih sayang Ilaahi yang melebihi segenap kasih sayang, yang keindahan-Nya adalah awal dari segala keindahan, yang dengan mengingat dan merindukan-Nya terangkatlah derajat dan berjatuhanlah dosa-dosa, cahaya bulan purnama yang demikian indah, yang itu adalah mengambil dari rahasia cahaya keindahan Allah ”yaktabisul-badru min sanaahu” dan bulan purnama itu mengambil dari cahaya keindahan Robbul’alamin, demikian indahnya Allah SWT, menyinari jiwa hamba-hambanya yang merindukan-Nya.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Sungguh kedatangan sang Nabi pembawa rahmat adalah menuntun kita kepada kesejahteraan dunia dan akhirat, bimbingan yang paling sempurna, yang dengan itu membuka rahasia kedermawanan Ilaahi, membuka rahasia keluasan kebahagiaan yang milik Allah, yang Maha mampu merubah kejadian dan keadaan, yang Maha berkuasa dalam setiap tempat dan keadaan, Allah.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Ingin saya sampaikan sedikit, ketika salah seorang saudara kita, mengadakan satu tes percobaan, ia menaruhkan dua buah gelas yang berisi nasi yang sudah matang, yang satu ditutup, ditaruh ditempat terpisah, diucapkan padanya ucapan yang baik-baik, kasih sayang, terima kasih dan lain sebagainya dari ucapan baik, yang satu lagi diisi nasi yang sama, ditutup dan ditaruhkan ditempat yang terpisah dan diucapkan padanya caci maki, ucapan-ucapan buruk, umpatan, cacian, maka dilihat setelah satu minggu, terlihatlah gelas yang terisi nasi yang diucapkan padanya kalimat-kalimat indah, tetap pada posisinya tidak berubah, tapi yang dicaci maki dan diumpat, berubah menjadi hitam, sebagian membusuk dan basi, sangat busuk baunya, demikian percobaan yang bisa kalian coba dirumah kalian masing-masing, disinilah kita memahami bahwa ucapan-ucapan, emosi dan reaksi jiwa keturunan Adam mempengaruhi alam semesta, hal ini telah ditemukan sebelumnya oleh Prof. Masaru Emoto pada air, telah saya jelaskan beberapa hari yang lalu, dan sekarang percobaan itu bisa diuji oleh siapapun, betapa benda-benda mati itu berubah menjadi lebih buruk dengan ucapan umpatan dan caci maki dan dosa tentunya, sedangkan ucapan-ucapan baik malah mengawetkan nasi tersebut hingga bertahan seminggu belum berubah warnanya.
Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Ketika salah seorang isteri sang Nabi, terlepas ucapannya menghina seorang wanita, dengan mengatakan dia itu pendek, maka berkata Rasul, ucapanmu itu, umpatanmu yang kau tidak sadari itu, jika ditaruhkan dilautan, akan berubah lautan itu warnanya, berubah menjadi air yang busuk dan menjijikkan, satu ucapan umpatan keturunan Adam, kita berkata; barang kali hal itu hanyalah tahdzir, hanya peringatan, ternyata benar, umpatan dan cacian merubah benda-benda, menjadi lebih buruk dan lebih busuk dan menjijikkan, menunjukkan perbuatan keturunan Adam sebagai khalifah berpengaruh di alam semesta.
Demikian hadirin hadirot, bagaimana dengan jiwa kita, makanan kita dan rumah kita dan harta kita dan rumah tangga keluarga kita, yang dipenuhi dengan dosa-dosa ini, bagaimana rumah kita yang sepi dari kalimatullah, sepi dari al-Quranul karim, rumah-rumah kita terus senang diperdengarkan ucapan-ucapan orang-orang yang tidak pernah mengenal Allah, ketika ia mencari ketenangan, ia cari wajah orang-orang yang tidak pernah sujud kepada Allah, ia melihatnya dan jiwanya tenang, jika ia dalam keadaan sumpek dan gundah, dicari suara orang-orang yang tidak pernah menyembah Allah, dengan itu ia mencari ketenangan, bukankah ini merupakan satu hal yang membuat kita semakin terpuruk, dalam kesialan, kesulitan, kegundahan, permasalahan.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Telah jelas benda-benda ini berubah dengan dosa-dosa keturunan Adam, dan juga dengan pahala amal ibadah mereka, maka kita mesti memahami untuk semakin merujuk diri kita, memperindah diri kita dengan tuntunan manusia yang membawa seindah-indah tuntunan, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, sebagaimana munajat-munajat yang keluar dari sanubari beliau, muncul dari bibir beliau, menuntun keturunan Adam kepada kedekatan kehadirat Ilaahi, menuntun mereka kepada puncak kemuliaan, sampailah kita di malam hari ini, kepada sayyidul istighfar, raja dari semua istighfar, dimana Rasul SAW mengajarkan, ucapan-ucapan yang dipenuhi asmara dan cinta kepada Allah, ucapan-ucapan indah yang membuka rahasia kebahagiaan yang kekal, Allahumma anta Robbii, Robbii, apa artinya Robb? Mempunyai tiga makna artinya Robb, malik yaitu raja, maalik dan yang memiliki, yang ketiga Robb itu adalah yang mengasuh, yang mengasuh semua hambanya, yang mengasuh mereka dari sejak mereka di alam rahim hingga mereka wafat.
Allah yang mengasuhnya dengan alam semesta, maka ketika kita memanggil Allahumma anta Robbii, wahai Allah Engkaulah yang memiliki diriku, memang tidak ada manusia yang memiliki dirinya sendiri, karena dia tidak pernah membeli dirinya sendiri dari siapapun, tidak pernah pula bisa menciptakan dirinya sendiri, dirinya sendiripun milik Allah, orang yang memahami kelembutan dan keindahan Allah semakin gembira jika mengingat ini, ternyata diriku ini milik-Mu wahai yang Maha Pengampun, ternyata diriku ini adalah milik-Mu wahai yang Maha Dermawan, wahai yang Maha berkasih sayang, berarti aku ini dekat dan Kau telah mengenalkan diri-Mu al-qorib, yang Maha Dekat.
Allahumma anta Robbii, wahai yang memilikiku, wahai Allah Engkaulah yang memiliki aku, Engkaulah yang memelihara aku, “laa ilaaha illa anta” tiada Tuhan selain-Mu, kholaktanii; Engkaulah yang menciptakan aku, kita renungkan ini kalimat-kalimat, akan mengalir air mata kerinduan terhadap indahnya dan kasih sayang Allah kepadamu, betapa indahnya hubungan kita dengan Allah, anta Robbii kholaktanii wa ana ‘abduka, aku ini hamba-Mu, indah sekali ini percakapan sang Nabi kepada Allah, yang diajarkan kepada kita, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, dan aku ini dalam janji kepadamu dan dalam perjanjian yang harus ku selesaikan dan harus ku tunaikan “mastatho’tu” tapi segenap kemampuanku, barangkali ada kelemahanku dalam menjalankan janji setiaku, dalam kalimat “laa illaa ha illallah” maafkan aku, lalu apa wahai sang Nabi, wahai sang pemilik jiwa terindah, wahai yang seindah-indah mengajarkan doa, “a’uudzubika min syarri maa shona’tu” aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang kuperbuat.
Perbuatan buruk itu hadirin, banyak efeknya, Rasul berlindung kepada Allah dari pada efek setiap perbuatan buruk, pertama dosa, menjauhkan kita dari Allah, menjauhkan kita dari keluasan rizki, menjauhkan kita dari surga, menjauhkan kita dari pengabulan doa, menyempitkan jiwa kita, karena semakin banyak dosa, semakin gelap jiwa ini, “a’uudzubika min syarri maa shona’tu” aku berlindung dari buruknya apa yang kuperbuat, sudah ia jadikan Allah membentengi semua keburukan apa yang ia perbuat, dengan itu ia membuka pengampunan Ilaahi, dengan itu dia meminta terbukanya dirinya dari segala yang menutupnya sebab dosa-dosanya, ketika semua perbuatan buruknya itu ia rindukan kepada Allah, maka tidak akan membawa mudharat baginya dunia dan akhirat, “abuu,u laka bi ni’matika ‘alayya” dan aku ini tahu wahai Allah betapa nikmat yang Kau limpahkan kepadaku, “wa abuu-ulaka bi dzanbii” dan aku tahu bagaimana dosa-dosaku, lalu apa wahai Robb, lalu apa wahai sang Nabi yang mengajarkan kami doa-doa yang indah, “faghfirlii” baru minta ampunan dosa, dari tadi adalah ucapan-ucapan yang menghubungkan cintanya dengan Allah, menunjukkan betapa besar harapan kita kepada Allah, baru setelah itu kembali kepada hajat yang dibutuhkan “faghfirlii” satu kalimat singkat yang bila Allah berikan, selesai sudah permasalahan kita dunia dan akhirat.
Hadirin, jika masih ada satu dosa kita yang belum Allah ampuni, belum akan kita menginjak surga, lalu dimana tempat kita? kalau masih ada satu dosa yang terkecil, yang masih belum Allah maafkan, tidak akan sampai kita kedalam surga-Nya Allah SWT, lalu dengan apa? dengan pengampunan, bagaimana caranya? doa yang diajarkan sang Nabi, salah satu pintu menuju pengampunan Ilaahi, “fainnahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illa anta” sungguh tidak ada yang bisa memberikan pengampunan terkecuali Engkau wahai Allah, wahai penciptaku, wahai yang memiliki diriku, wahai yang aku adalah hamba-Mu, wahai yang menciptakan kerajaan langit dan bumi, wahai yang mencipta hewan dan tumbuhan, wahai yang mencipta bumi dan langit, wahai yang mencipta surga dengan segala keindahan, wahai yang mengundang keturunan Adam untuk sampai kepada istana-istana yang kekal dan abadi, Allah.
Demikian indahnya dan mesranya hubungan sang Nabi kepada Allah, dan ini diajarkan sang Nabi kepada kita, seraya bersabda: “barang siapa yang mengucapkan ucapan ini “muuqinan bihaa” dengan ucapan yang giat, dalami maknanya, bukan hanya sekedar asal ucap, tapi ia dalami maknanya, ia membacanya diwaktu siang hari disuatu hari, maka Allah “ketika ia wafat, sebelum terbenam matahari ia wafat”, maka ia akan masuk ke dalam surga-Nya Allah” jika ia membacanya dimalam hari, lalu ia wafat sebelum terbit matahari, Allah menjadikannya ahli surga juga, kenapa? kita lihat betapa cepatnya pengampunan Allah dan rahmatnya Allah datang dengan istghfar ini, bukan tunggu 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, untuk masuk kedalam surga jika ia wafat, jika ia wafat dihari itu, ia sudah masuk kedalam surganya Allah SWT, lalu mana amalnya? lalu mana ibadahnya?
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, ucapan-ucapan seperti ini, yang didalami makna kedalam hati kita, akan membangkitkan seluruh keinginan kita untuk melakukan hal-hal yang menjadi perintah Allah dan mempermudahnya, membuat jiwa kita selalu ingin berbuat yang taat, membuat jiwa kita selalu enggan berbuat dosa, hingga jika ia wafat, Allah sudah pastikan ia ahli surga, ini ucapan singkat, berapa detik tadi kalau kita baca, tadikan kita bicara bagaimana nasi saja berubah menjadi buruk kalau dicaci maki, benda-benda, barangkali rumah kita, rumah tangga kita, harta kita, pekerjaan kita ini, barangkali penuh cacian, penuh sangka buruk, penuh perbuatan yang buruk, sangka buruk pada makhluk, sangka buruk pada Allah, dusta dan lain sebagainya, menjadi buruklah kehidupan kita, tapi dengan kalimat-kalimat pendek ini, kesemuanya rata dengan rahmat Ilaahi Jalla wa ‘ala, tuntunan Nabiyyuna Muhammad SAW wa barak ‘alaih.
Berubah keadaan yang demikian buruk menjadi keadaan yang paling indah, adakah lagi keadaan yang lebih indah selain wafat dijamin surga oleh Nabi Muhammad SAW, inilah, merubah keadaan yang demikian buruk menjadi hari yang indah sepanjang hari, dibaca dimalam hari menjadi malam yang indah sepanjang malam, demikianlah tugas rahmatan lil’alamiin sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, seraya bersabda diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: “wallah inni la astaghfirullah wa atuubu ilaih fil-yaumi aktsar min sab’iina marroh” demi Allah, aku beristighfar kepada Allah SWT dalam satu hari dan bertaubat kepada Allah lebih dari 70 kali setiap harinya” ini orang yang ma’sum, yang tidak mempunyai dosa, yang tidak pernah berbuat kehinaan dan kesalahan, hadirin hadirot kita bertanya, bagaimana terhadap diri kita? kenapa sang Nabi beristighfar dan bertaubat, karena beliau tahu betapa indahnya anugerah Allah pada orang yang beristighfar dan bertaubat, oleh sebab itu beliau ingin dalam kelompok mereka, padahal beliau sudah orang yang paling mulia, tapi beliau tahu betapa agungnya kemuliaan orang-orang yang bertaubat dan beristighfar, jangan tertipu dengan bisikan syaithon yang berkata; hati-hati taubat nanti kau berdosa lagi, kau berarti khianat pada taubatmu, hadirin itu bisikan syaithon, karena ketika kita bertaubat, kita meminta kekuatan kepada Allah, Robbi aku telah banyak berbuat dosa, mungkin besok berbuat lagi, tapi aku tidak mau menunda taubatku dan aku ingin sekarang aku bertaubat, beri aku kekuatan jika seandainya aku terjebak lagi dalam dosa, beri aku kekuatan untuk bertaubat lagi, Allah tidak bosan dengan perbuatan taubat, Allah tidak akan pernah bosan, kitalah yang akan bosan, orang berkata; percuma taubat lagi, nanti ma’siat, taubat lagi, tidak percuma demi Allah.
Allah SWT berfirman didalam hadits qudsi riwayat Shohih Muslim: ketika Allah melihat seorang hambanya berbuat dosa, lalu ia memohon ampun dan taubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, bukan taubat main-main, maka Allah SWT berkata; hambaku telah berbuat dosa dan ia tahu Tuhannya Maha Pengampun Ku ampuni dosanya, ia berbuat dosa lagi setelah taubatnya, lalu ia taubat lagi, Allah jawab lagi; hambaku ia tahu memiliki Tuhan yang Maha Pengampun, Ku ampuni dosa-dosanya, karena apa? karena jiwa yang betul-betul bertaubat kepada Allah SWT, berkali-kali pun, “innallaha la yamil innakum antum tamilluu” au kama qol, riwayat Shohih Bukhori; “sungguh Allah itu tidak pernah bosan tapi kalianlah yang akhirnya menemui kebosanan”
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Nabi kita ini seindah-indahnya manusia, kenali ajaran beliau, kenali ucapan-ucapan beliau, akan merubah keadaan kita semakin indah, semakin sejahtera, semakin bahagia.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah. Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori Rasul SAW berdoa, salah seorang shahabat mendengar doa sang Nabi dimalam hari, ketika beliau selesai melakukan sholat qobliyah shubuh, beliau berdoa sebelum melakukan sholat shubuh, apa doanya: “Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo, wa fii bashorii nuuroo, wa fii sam’ii nuuroo, wa an yamiinii nuuroo, wa an yasaarii nuuroo, wa amamii nuuroo, wa kholfii nuuroo, wa fauqii nuuroo, wa tahtii nuuroo” demikian riwayat Shohih Bukhori, dan lafadznya berbeda-beda dalam riwayat ini.
Ada beberapa riwayat, dan Imam Bukhori menukil lagi salah satu dari riwayat lain, dalam hadits yang sama, Rasul menyebut: wa fii damii nuuroo, wa fii basyarii nuuroo, wa fii ‘ashobii nuuro, wa fii sya’rii nuuroo”, yaitu doanya apa, Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo” wahai Allah jadikanlah didalam hatiku cahaya, Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo” jadikanlah didalam jiwaku cahaya, cahaya apa? cahaya Allah yang menerbitkan seluruh kebahagiaan, yang menerangi seluruh keadaan, yang meruntuhkan segala dosa, yang membuka seluruh rahmat dunia dan akhirat, cahaya Allah, beliau meminta agar Allah menerangi jiwa beliau padahal jiwa beliaulah yang paling terang benderang dengan cahaya Allah, demikian beliau berdoa; Allahummaj-‘al fii qolbii nuuroo, cukupkah? belum cukup, “wa fii bashorii nuuroo” dan dipenglihatanku cahaya, ”wa fii sam’ii nuuroo” dipendengaranku cahaya, , “wa an yamiinii nuuroo, wa an yasaarii nuuroo” dan jadikan cahaya di kananku, cahaya di kiriku “wa amamii nuuroo, wa kholfii nuuroo, didepanku cahaya, dibelakangku cahaya, “wa fauqii nuuroo, wa tahtii nuuroo” diatasku cahaya, dibawahku cahaya” dan diriwayatkan didalam riwayat lain beliau menyebut, wa fii damii nuuroo, wa fii basyarii nuuroo, wa fii ‘ashobii nuuro, wa fii sya’rii nuuroo, jadikan cahaya di darahku, jadikan cahaya di tulang-tulangku, jadikan cahaya diurat-urat tubuhku, jadikan cahaya dirambutku, jadikan cahaya pada darah dan kulit dan dagingku, waj’alnii nuuroo” jadikan untukku cahaya, demikian indahnya lantunan doa dari jiwa yang paling bercahaya dan terang benderang, sayyidina Muhammad SAW, demikian doa beliau sebelum terbitnya matahari, matahari yang terbit membawa cahaya dimuka bumi, beliau telah meminta cahaya menerangi jiwanya, menerangi panca inderanya, menerangi seluruh tubuhnya, warisi kemuliaan sunnah sayyidina Muhammad.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Rasul SAW mu’jizatnya tetap tidak akan pernah berhenti, sunnah-sunnah beliau adalah rahasia mu’jizat beliau, hidupkan rahasia mu’jizat itu di dalam hari-hari kita, karena sunnah beliau juga adalah mu’jizat sang Nabi, sedemikian banyak sunnah-sunnah beliau membawa keberkahan dunia dan akhirat, itupun mu’jizat beliau, oleh sebab itu, kita bukan orang yang bisa mempunyai mu’jizat, tetapi warisi mu’jizat sang Nabi pada sunnah-sunnah beliau, kita akan lihat bagaimana perbedaannya orang yang meminta kepada Allah dengan sunnah sang Nabi, meminta cahaya dihatinya, meminta cahaya dipanca inderanya, meminta cahaya diseluruh sel tubuhnya, meminta cahaya pada darahnya, pada seluruh apa-apa yang ia miliki pada tubuhnya, kiri kanan, atas bawah, dan diberikan padanya cahaya, inilah doa yang diajarkan Nabimu.
Hadirin hadirot, betapa ruginya kita yang tidak mau mewarisi cahaya yang dibawakan oleh sang Nabi, doa ini digelari oleh para ulama, doa cahaya, inilah doa dari yang paling indah, dari sang Nabi meminta cahaya kepada Allah SWT.Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Rasul SAW adalah sosok manusia yang paling ramah dan paling indah, semua tuntunan beliau membawa keberkahan, beliau, perlu saya sampaikan juga bahwa hal yang sunnah bagi setiap orang itu merubah namanya, jika namanya mempunyai makna yang kurang baik, jika namanya maknanya sudah baik tidak perlu dirubah, tapi kalau namanya bermakna kurang baik, sunnah dirubah.
Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, Rasul SAW, menemui salah seorang yang berkata; namanya Huzn artinya sedih, namanya sedih, Rasul SAW berkata ; “bal anta sahl” engkau ini jangan Huzn namamu, tapi Sahl, sahl itu indah dan mudah, ganti namamu dengan indah dan mudah, “sahl atau sahlun”, orang itu belum mengerti makna mu’jizat sunnah sang Nabi, seraya berkata; aku tidak mau mengganti nama yang sudah diberikan oleh ayah ibuku, salahnya, ketaatannya kepada ayah ibu itu benar, tapi kalau sudah perintah sang Nabi, Nabi mengatakan padanya ganti namamu dengan “Sahlun” mudah dan luas, ia tetap berkata; aku tidak mau menganti nama yang telah diberikan oleh ayah ibuku, maka berkata Anas bin Malik; sepanjang usia orang itu dirundung kesedihan hingga ia wafat, kenapa? karena ia mengingkari hal-hal yang telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW, sepanjang usianya hingga ia wafat ia dirundung kesedihan.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Rasul SAW bersabda: “sammu bi ismii wa laa ta,tanuu bi qudyatii” kalau mau beri nama, beri nama seperti namaku kata Rasulullah, (Muhammad) wa laa ta,tanuu bi qudyatii” jangan pakai gelar yang diberikan kepadaku yaitu (Rasulullah SAW), didalam riwayat lain (Abu Qosim), tapi yang disunnahkan menamai dengan nama beliau SAW, semampu kita, jika punya keturunan atau teman yang ingin mempunyai keturunan, ingat sunnah sang Nabi, warisi keberkahan nama Muhammad SAW.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.Kita bermunajat kepada Allah SWT, semoga Allah SWT membangkitkan rahasia kemuliaan dalam diri kita, Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzal Jalali wal-Ikrom, kami bermunajat kepada-Mu demi kebangkitan muslimin muslimat, untuk lebih banyak lagi yang mencintai sunnah Nabi-Mu Muhammad SAW, Ya Robb kami mengadukan kepadanya gelapnya hari-hari kami dengan kesulitan, dengan dosa, dengan kegundahan, dengan kesedihan, gantikan dengan cahaya kebahagiaan.
Ya Rahman malam hari ini kami mendengar betapa indahnya doa istighfar, malam ini kami mendengar betapa indahnya doa cahaya, maka Robbi Robbi terangi jiwa kami dengan cahaya, terangi penglihatan kami dengan cahaya, terangi pendengaran kami dengan cahaya, terangi depan kami dengan cahaya, terangi belakang kami dengan cahaya, terangi seluruh penjuru kami dengan cahaya, terangi darah kami dengan cahaya, terangi tulang tubuh kami dengan cahaya, terangi pemikiran kami dengan cahaya, terangilah hari-hari kami dengan cahaya, Ya Rahman cahaya keindahan-Mu, wahai yang menamakan diri-Mu An-Nuur, Maha Bercahaya, terangilah hari-hari kami, terangilah sakaratul maut kami, terangi kubur kami kelak, dan bangkitkan kami di yaumil qiyamah bersama yang terang benderang, bersama orang-orang yang bersama Rasulullah, sebagaimana firman-Mu: “yauma laa yukhzillaahunnabiy walladziina amanuu ma’ahuu nuuruhum yas’a baina aidiihim wa bi aimaanihim” hari dimana Allah tidak mengecewakan sang Nabi, hari kiamat Allah tidak akan membuat beliau sedih, tidak akan pula mengecewakan para pengikutnya “walladziina amanuu ma’ahuu nuuruhum yas’a baina aidiihim” cahaya mereka menerangi seluruh tubuh mereka, menerangi depan belakang mereka, demikian keadaan orang-orang yang bersama Rasulullah kelak.
Robbi pastikan nama kami tertulis bersama mereka, pastikan wajah kami bercahaya terang benderang di yaumil qiyamah, sebagaimana firman-Mu: “wujuuhuyyaumaidzin naadhiroh, ilaa robbiha naazhiroh” wajah-wajah yang terang benderang bercahaya kata Allah di yaumil qiyamah, “ilaa robbiha naazhiroh” memandang kepada Tuhannya yang Maha bercahaya, Robbi pastikan wajah kami bercahaya dan memandang indahnya cahaya-Mu ya Allah, Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzal Jalali wal-Ikrom Ya Dzathouli wal-in’am, hadirin hadirot, disaat Allah mengumpulkan mu’minin mu’minat, Allah membukakan dan menyikap cahaya keindahan Dzat-Nya, maka mereka semua bersujud kehadirat Allah, Allah SWT katakan kepada mereka: idfau’ ru,uusakum ‘ibaadii undzuru ilaiha” angkat kepala kalian dari sujud kalian wahai hamba-hamba-Ku, pandanglah keindahan Dzat-Ku, disaat itu semoga nama kita akan bersama mereka yang memandang indahnya Allah, amin Allahumma amin.
Hadirin hadirot, disaat jiwa manusia yang terakhir keluar dari api neraka, tidak ada lagi orang lain yang keluar dari api neraka terkecuali dia yang terakhir, entah ratusan ribu tahun ia melewati gelapnya api neraka, merintih , mati, dan dihidupkan kembali dengan kulit yang baru, terbakar dan hangus lagi dan lagi dan lagi, entah ratusan ribu tahun ia dikeluarkan, dan Allah memperlihatkan keindahan Dzat-Nya kepada hamba ini, lalu ia ditanya; pernahkah engkau merasakan siksa api neraka? berapa lama wahai hambaku? hamba itu berkata; aku tidak pernah merasakan siksa neraka Robb, hilang seluruh kepedihannya, terbakar dan hangus selama ribuan tahun, ketika memandang indahnya dzat Robbul’alamin, ingat detik-detik perjumpaanmu dengan Allah disaat itu

Wednesday, June 11, 2008

MENGHIDUPKAN RASA MATI DALAM JIWA


Rasa mati adalah perasaan kesadaran yang tinggi bahwa suatu hari kita akan terbujur kaku selama-lamanya di sebuah pusara yang tertulis di atasnya nama, tanggal lahir dan tanggal mati kita. Perasaan ini merupakan sebuah warna yang sudah lama pudar dalam jiwa mayoritas manusia. Indikasi pupusnya rasa mati dalam diri manusia tercermin dalam kecintaannya yang keras terhadap harta dan kemewahan dunia yang diburunya siang malam. Padahal ia tahu semua yang dicapainya pasti akan ditinggalkannya. Indikasi tersebut juga terjabarkan dalam kedahagaan yang mencambuk nafsunya sehingga beringas melanggar seluruh aturan Tuhan demi tercapainya hasrat dunia yang sementara. Atau pada keacuhan hatinya terhadap perintah-perintah Alloh yang semakin menjauhkan dirinya dari kasih dan sayang Alloh SWT. Setiap hari manusia berlari ke sana ke mari mengusung nafsunya dan tenggelam dalam kesibukan duniawi yang 'berhasil' menjadikannya lupa atau pura-pura lupa akan hakikat mati. Banyak sekali yang akhirnya malah benar-benar terkapar dalam keindahan semu dunia sehingga habislah keyakinannya terhadap hakikat mati. Kondisi seperti inilah yang Alloh tegur dalam firmanNya berikut: "Katakan, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, justeru ia yang akan menemui kamu'. (Surah al-Jumu'ah 62: 8). Manusia yang telah habis keyakinannya terhadap hakikat mati adalah manusia yang paling tidak punya nurani. Seluruh fakta tentang kematian yang lalu lalang di hadapannya setiap saat bagaikan angin lalu yang tidak memberi kesan apapun kepada dirinya. Ia acuh saja mendengar keluarga dekatnya, sahabatnya atau handai taulannya meninggal dunia. Bahkan menyaksikan pembantaian saudara-saudaranya sesama Muslim di kaca TV, masih bisa dilaluinya sambil menikmati semangkuk sup hangat tanpa merasa terganggu sedikitpun. Fenomena seperti ini mengingatkan kita pada hari Idul Adha, di mana kita menyaksikan seekor kerbau disembelih, dikuliti dan dipotong-potong dagingnya. Sementara kerbau lain di sebelahnya masih bisa menikmati setumpuk rumput hijau tanpa merasa terganggu sedikitpun. Padahal ia jelas-jelas akan disembelih pula pada keesokan harinya. Beginikah Rasanya Mati? Bayangkan sejambak rambut di kepala dicabut, atau selembar perban yang melekat di atas luka badan sejak seminggu dicabut. Tentulah sakit sekali rasanya. Lalu bagaimana pula gerangan jika nyawa yang sudah lekat di badan selama puluhan tahun dicabut? Kita tidak akan pernah dapat membayangkan kecuali dengan menyimak sumber berita yang berasal dari Nabi SAW dan para salafus soleh. Dalam sebuah hadits marfu' diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Na'im r.a. bahwa Rosululloh SAW telah bersabda: "Demi yang diriku berada di tanganNya, kenyataan (sakitnya) maut itu lebih dahsyat dari seribu bacokan pedang." Amru bin Ash ketika menghadapi sakaratul maut ditanya oleh anaknya tentang rasa sakit yang dialaminya. Beliau berkata dengan lemahnya : "Demi Alloh wahai anakku, keadaan tubuhku seakan-akan berada dalam selimut api yang panas membara dan seolah-olah aku bernafas melalui lubang jarum. Aku juga merasa seakan-akan nyawaku melekat pada satu pohon yang penuh duri, kemudian ditarik dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun." Selanjutnya Amru bin Ash menangis seraya berkata, "Kukejar dunia ini seakan-akan diriku kekal abadi. Sedangkan dibelakangku berlari sang maut menapaki langkahku. Duhai anakku, cukuplah kematian itu sebagai nasehat." Demikianlah kesaksian yang dinyatakan oleh sahabat Nabi SAW. Bagaimana pulakah gerangan pengalaman kita peribadi kelak, saya dan anda? Sebaiknya kepada Alloh saja kita segera berlindung agar diberi kemudahan dan keringanan saat akhir menutup mata. Menyiapkan Bekal Kembali Sahabat Nabi SAW Utsman bin Affan begitu gentar sekali hatinya setiap kali melewati tanah pekuburan. Sering didapati ia menangis sebaik saja melewati sebuah pemakaman. Ketika ditanya oleh seseorang ia menjawab, : "Ketahuilah olehmu, bahwa kubur merupakan pintu gerbang penentuan apakah seseorang akan kekal selama-lamanya dalam kebahagiaan atau kekal selama-lamanya dalam kesengsaraan dan penderitaan." Kita sama-sama mengetahui dan menyadari bahwa akhirat merupakan negeri abadi. Abadi berarti kekal dan tidak ada akhir atau penghujungnya. Malangnya lagi kita juga dihadapkan dengan kenyataan bahwa yang menentukan apakah kita akan senang dan bahagia, sengsara atau menderita dalam keabadian itu adalah rekor amal kita di dunia yang sebentar ini. Dalam arti lain, meskipun dunia ini akan bergulir seratus juta tahun lagipun, kesempatan kita untuk beramal hanya di sini,saat ini dan sekarang ini. Sebagai ilustrasi, jika seseorang bekerja dengan sebuah perusahaan di Jakarta dan tiba-tiba diperintahkan oleh direkturnya untuk segera berangkat ke cabang Medan besok pagi untuk jangka waktu lima tahun. Kira-kira apa yang akan dilakukannya? Tentulah sedapat mungkin ia akan sibuk mempersiapkan diri dalam tenggat waktu yang amat singkat itu. Dalam 24 jam itu pasti ia akan mengepak barang-barangnya, mencari pinjaman uang ke sana kemari, pamitan dan mohon maaf ke seluruh keluarga dan kawan-kawannya dan lain-lain. Bahkan hampir dapat dipastikan malam itu ia tidak bisa tidur memikirkan keberangkatannya yang mendadak itu. Ketahuilah bahwa waktu yang tersedia untuk kita mempersiapkan bekal perjalanan menuju akhirat lebih singkat dari ilustrasi di atas. Bahkan jangka waktu untuk kita menetap di sana adalah kekal abadi dan tidak terbatas. Yang dapat menyelamatkan kita hanyalah suatu kesadaran yang tinggi dan gerak amal yang konsisten bahwa setiap helaan nafas, ayunan langkah dan tangan selama di muka bumi kita niatkan benar-benar untuk beribadah kepada Alloh. Kemudian kita sadari pula bahwa seluruh apa yang Alloh perintahkan kita laksanakan dengan sekuat daya upaya kita. Begitu juga apa yang Alloh larang harus serta merta kita tinggalkan sama sekali. Marilah kita sama-sama mencari cahaya Alloh dengan berbuat sebanyak mungkin kebajikan di muka bumi, menebar kasih sayang, melakukan amal jariah, mempersiapkan anak-anak sholeh yang dapat mendoakan kita saat terbaring di pusara dan menyumbangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat. Hanya setelah itu saja kita baru akan merasa sedikit siap untuk berangkat kembali ke kampung akhirat, dan agak berani menunggu kedatangan malaikat Izrail. Rabbana wahai Tuhan kami. Anugerahkan kami taubat sebelum maut, kasih sayangMu saat menghadapi maut dan ampunanMu seusai maut menjemput. Amin..